2. Dare Touch Mine You Will Die

3.9K 126 4
                                    

Happy reading ✨

Aaron merenggangkan otot nya. Ia melepaskan kedua kancing bajunya yang teratas. Ia akan sedikit bersantai di pesawat kali ini.

“Hei, apa yang kau lakukan!”

Freya ikutan berdiri, ia menarik lengan pria ini ke sebrang lalu memaksanya untuk duduk, seperti yang dia lakukan padanya tadi.

“Kau duduk disini!” suruh Freya.

“Mengaturku adalah kesalahan besar,” balas Aaron duduk lalu memejamkan matanya.

“Terserah, aku tak peduli!” seru Freya kembali ke tempatnya.

Freya kembali duduk, ia mengusap kursi pesawat dengan perasaan membuncah. Senang sekali, tangannya bergerak lincah mengetik sesuatu di layar depan. Apakah ini bisa untuk menonton film?

Tidak sampai di situ, Freya mencoba memakai headphone. Rasanya sangat nyaman, telinganya ada benda empuk yang membuatnya hangat. Ia mengetikan sesuatu di layar dan suara alunan musik mulai terdengar, ia memejamkan mata, lengkungan bibirnya terbentuk dengan sendirinya. Sangat senang.

Aaron membuka matanya. Gadisnya benar-benar mengabaikannya? Ia melirik ke samping mendapati Freya yang tengah asik sendirian. Untuk pertama kalinya gadisnya menaiki pesawat, wajar jika sangat antusias. Manis sekali. Biarkanlah, Aaron akan istirahat untuk beberapa menit ke depan. Baru memejamkan matanya sejenak, pramugari datang membawakan makanan. Ini sudah waktunya makan, Aaron melirik ke samping lagi ingin melihat bagaimana ekspresi Freya yang terlihat lucu baginya. Tapi betapa terkejutnya saat menoleh, tidak ada gadisnya.

Refleks Aaron bangkit dari tempat duduknya. “Aiden! Dimana gadisku?” tanyanya dengan muka panik.

“Sepertinya ada di toilet tuan,” jawab Aiden tidak yakin, karena dirinya juga tengah beristirahat.

“Sepertinya?!” ulang Aaron dengan nada tinggi.

Sialan. Aaron mengumpat, dengan langkah kakinya yang panjang menuju toilet. Ia tidak bisa berpikir jernih, bagaimana jika memang gadisnya kabur?

Langkahnya terhenti, ketika melihat Freya sedang mencuci mukanya di wastafel. Rasanya sungguh melegakan, Aaron langsung memeluk Freya dari belakang.

Freya terperanjat kaget, tidak terbiasa dengan sebuah pelukan. “A-apa yang kau lakukan?”

“Kau membuat jantungku berhenti berdetak,” sahut Aaron semakin erat memeluknya.

Freya merinding sekali mendengarnya, ia melirik ke samping, wajah pria ini memang terlihat panik. Apa benar menghawatirkan dirinya? Sampai seperti ini? Freya menarik napasnya, ia melepas kedua tangan yang melingkar di pinggangnya.

“Aku tidak akan kabur,” ujar Freya.

Aaron tertegun, ia menatap gadisnya dengan cermat. Mukanya terlihat serius. “Apa jaminannya?”

“Dasar payah! Kita sedang berada di pesawat, bagaimana caraku kabur?” ledek Freya.

Aaron mundur beberapa langkah, ia memijat pelipisnya yang pusing karena memikirkan gadisnya. “Kau tidak akan tahu, bagaimana khawatirnya aku padamu!”

Freya menatapnya sinis. “Tenang saja, aku akan membuatmu lebih khawatir saat nanti turun dari pesawat.”

“Aku akan kabur darimu,” bisik Freya berjalan mendekat.
“Tidak akan!”

Aaron mendorong tubuh Freya hingga terbentur ke wastafel. “Sejak kapan kau menjadi berani, hah?!”

Mendadak nyali Freya ciut, ia meneguk ludahnya kasar. Ia tidak berani menatap Aaron, wajahnya terlihat marah, dan napasnya yang memburu itu menerpa kulit wajahnya. Jarak mereka begitu dekat, hingga kedua dahi mereka saling menempel.

Dream Of 31 Days || mafia Where stories live. Discover now