8. Lompat Lantai Dua

2.4K 80 0
                                    

Happy reading ✨

Tangan Freya meraba-raba kasur di sebelahnya yang ternyata kosong. Ia membuka matanya perlahan tidak menemukan Aaron di sampingnya, entah kemana pria itu pergi. Freya merenganggkan otot-otot nya, membersihkan diri, lalu pergi keluar kamar. Kedua alisnya menyatu saat menyadari tidak ada satupun anak buah Aaron yang berdiri di depan pintu. Apa mereka tidak takut jika dirinya mendadak kabur?

Freya mengedarkan pandangannya, manison berlantai tiga ini sangat luas. Ia bahkan belum menyempatkan diri untuk melihat-lihat, karena dari kemarin ia dihadapkan dengan adegan diluar nalar. Ia bergidik ngeri, bayangan darah segar itu kembali muncul. Langkah kakinya membawanya ke ruang baca yang di sana terdapat banyak sekali buku. Ia rasa Aaron benar-benar menyukai buku, karena jumlahnya yang sangat banyak. Di lantai dua ini juga banyak kamar tidur mungkin untuk para anak buahnya. Kakinya berhenti ketika sampai di depan ruangan penyiksaan, seperti itu tulisannya.

"Pagi nona," sapa Nick hangat.

Freya menoleh ketika ada suara yang memanggilnya. "Pagi juga Nick,"

Ternyata Nick tengah bermain bola biliar dengan anak buah yang lain. Entah siapa namanya, Freya tidak tahu. Luas sekali ternyata lantai dua ini, melihatnya saja bisa membuat Freya terbengong.

"Nona mencari tuan?" tanya Nick.

"Kau tahu dimana dia sekarang?"

"Ada di ruang kerjanya nona," balas Nick.

Freya membulatkan mulutnya. "Oke!"

Ada sebuah ruangan kosong di samping ruang kerja. Freya melihat ke dalam hanya ada layar besar disana, juga kursi sofa dan lemari pendingin. Ia tidak tahu ruangan apa ini, lebih baik jika ia keluar dan mencari keberadaan Aaron di ruang kerjanya.

Freya menemukan Aaron yang berdiri sambil mengotak-atik laptop miliknya. "Kau sedang apa?"

"Sudah bangun?" tanya Aaron mengabaikan pertanyaan Freya dengan tetap fokus ke layar laptop.

Freya memanyunkan bibirnya ketika pertanyaannya diabaikan begitu saja. "Dah," balasnya duduk di sofa kesal.

Aaron mengangkat kepalanya. "Singkat sekali,"

Tidak mendengar tidak adanya bantahan Aaron langsung menutup laptopnya. Ia mendekati Freya dan mengangkat dagunya. "Maaf. Aku sedang ada pekerjaan," jawabnya mengecup puncak kepala Freya.

"Tidurmu nyenyak?"

"Bagaimana menurutmu?" tanya balik Freya merajuk.

Kejadian kemarin membuat Freya kesusahan tidur, setiap terlelap ia akan terbangun karena mimpi buruk. Tapi untunglah ada Aaron yang selalu menenangkannya.

"Baiklah. Maafkan aku," ujar Aaron mencium kedua punggung tangan Freya secara bergantian.

Freya langsung menarik tangannya, sikap yang ditunjukkan Aaron selalu membuat jantungnya berdetak tidak normal.

"Mari ke bawah untuk sarapan," ajak Aaron mengacak-acak rambut gadisnya.

"Berantakan ih!" rengek Freya tanpa sadar.

Aaron terkekeh ia mengandeng tangan gadisnya keluar ruangan.

"Aku bisa sendiri!" seru Freya berjalan lebih dulu.

Freya terus berjalan tanpa menoleh ke bawah, barulah saat ingin turun tangga ia menoleh ke belakang menatap Aaron yang juga menatapnya. Freya mengibaskan rambutnya tidak peduli, ia berjalan cepat menuju dapur. Aaron menaikkan alisnya bingung dengan sikap gadisnya yang selalu berubah-ubah.

Freya menunggu Aaron sampai di bawah. Ia menarik kursi dapur lalu menjulurkan lidahnya bermaksud untuk meledek Aaron. Mata Freya berbinar melihat ada buah pepaya yang sudah dipotong dadu di depannya. "Ambilkan aku garpu!"

Dream Of 31 Days || mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang