38

372 39 14
                                    

Tak jauh dari perkebunan bunga matahari, beberapa meter dari sana terhampar padang rumput dinaungi sekitar lima pohon rindang yang meneduhkan tempat berlangsungnya sebuah resepsi pernikahan. Bangku-bangku disejajarkan menghadap pelaminan didominasi warna putih. Beberapa petugas tersebar di setiap sudut demi mengawasi tamu undangan yang hadir, tak lupa bepatroli memeriksa dan mengkondisikan tempat.

Banyak wartawan dari jaringan televisi nasional hadir, memberi laporan kepada publik terkait pernikahan Nanami Kento dan Hatsuno (Name). Di belakang para wartawan itu, tamu undangan memeriahkan suasana. Kebanyakan dari mereka mengenakan gaun putih gading, saling tersenyum menyapa satu sama lain, berbincang sebentar berakhir tertawa keras.

Dua ekor kelinci putih berbulu tebal dibiarkan lompat sana-sini, hidung mungil mereka berdenyut-denyut menggemaskan. Nobara dalam balutan dress putih berjongkok, mengelus-elus salah-satu kelinci itu.

"Seandainya aku culik satu, kira-kira (Name) marah tidak, ya?" gumam gadis itu dengan seringai licik. Otaknya membayangkan skenario penculikan hewan mamalia satu ini.

Sebuah jitakan mampir di pucuk kepalanya, Nobara langsung mengaduh dan menoleh. "Bodoh, kelinci itu hadiah dari salah-satu tamu undangan yang penting. Kau mau ditangkap petugas karena dituduh mencuri?"

Gadis itu menggerutu sambil berdiri, berkacak pinggang menghadap laki-laki yang barusan menjitaknya. Si kelinci seketika berlari menjauhi Nobara, menyusul pasangannya yang melompat-lompat menuju danau.

"Tidak usah terlalu serius. Kau sendiri tahu kalau (Name) lebih menyukai kucing daripada kelinci, 'kan? Apalagi aku sahabatnya, yaa ... siapa tahu dia mengizinkanku memelihara salah-satu."

Megumi memutar bola mata malas. Dia memakai jas hitam dengan bunga mawar yang disematkan di sisi kanannya. Merasa jengah, segera saja dia menarik pergelangan tangan Nobara. "Setidaknya jaga harga dirimu, aku tidak mau dipermalukan."

Nobara marah-marah dirinya diseret agak kasar oleh Megumi. Membuat setiap pasang mata memandang heran ke arah mereka.

"Mereka kenapa, ya?"

"Jangan-jangan mereka mau putus?"

"Menyebalkan, seharusnya mereka tidak bertengkar di pernikahan orang! Biar aku panggil petugas!"

Helaan napas terembus berat, Megumi menahan malu dengan menunduk. Sedangkan Nobara masih tidak sadar mereka menjadi pusat perhatian, sampai akhirnya Megumi mendorong gadis itu ke arah Yuuji yang sedang mencicipi berbagai hidangan makanan.

"Berisik sekali," cetus lelaki itu, memasukkan tangannya ke saku celana.

"Oh, Megumi? Nobara? Sudah selesai berkelilingnya?"

Dengan empat tusuk dango di tangan, Yuuji berbalik. Senyumnya merekah lebar mendapati makanan di pernikahan sahabatnya sangat enak. Bahkan saking enaknya, lelaki berambut merah muda itu tidak sadar setengah dari dango sudah dia habiskan. Megumi mengatupkan bibir.

"Jangan bilang kau hampir memakan habis semua dango itu." Melihat ekspresi Megumi, Nobara menerjemahkan apa yang tergambar di mimik wajahnya.

"Tidak juga," sangkal Yuuji cemberut. "Aku baru menghabiskan setengah."

"Bodoh .... "

Entahlah, rasanya Megumi ingin mencaci-maki mereka hari ini. Padahal dia sudah berusaha bersikap tenang dan cool di pernikahan (Name), tapi semua itu rusak karena dia harus datang dengan dua bocah ingusan yang kerjanya hanya membuat malu saja.

"Eh, aku dan Megumi tidak bertemu dengan (Name) dan Nanami-sensei tadi. Di pelaminan juga tidak ada. Ini acara mereka, tapi kenapa dua sejoli itu justru malah menghilang?" tanya Nobara, mengambil hidangan lain tak kalah banyak dari Yuuji.

Forever [Nanami Kento]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum