35

413 44 11
                                    

Raga di hadapannya itu belum puas ingin menumbuk titik nikmat yang menyala seperti api di dalam sana. Dia jarang mengerang, tapi gemetar tangannya menunjukkan betapa dahsyat hasrat yang kini menggempur. Lidahnya terus menari di leher, naik ke atas dengan lihai berlabuh di cuping telinga, menggigit kecil.

Sayup-sayup helaan napas beratnya membuat (Name) merinding. Pria ini tengah menahan gejolak nafsu yang semakin naik dari menit ke menit. Pupil mata gadis itu bergulir ke bawah, seketika merona merah melihat roti sobek milik Nanami yang begitu menggoda.

Nanami mengekori arah pandang itu, tersenyum tipis saat menemukan (Name) terkesima dengan kematangan miliknya. Dia menarik pelan tangan (Name) yang tidak diperban, mendaratkan telapak tangan hangat itu di atas otot-otot maskulin.

"Hm? Suka?" bisik Nanami merayu sang istri. (Name) tak bisa menyangkal, dia mengangguk patah-patah.

Malu tapi mau, (Name) membelai pelan. Bermaksud memuji keindahan di depannya ini. Permukaan yang keras dan menonjol tak ayal membuat (Name) kesusahan menelan ludahnya sendiri. Sementara Nanami memejam, geli yang menggelitik membuat bulu kuduknya meremang. Pria itu menyambar kedua tangan (Name), menahannya di setiap sisi tubuh gadis itu.

Giliran sang gadis yang dibuat geli, Nanami sedikit membungkukkan badan, menggigit benda kenyal yang kini telah menjadi candu. Seperti bayi, dia menghisap 'chocochips' milik sang istri yang sudah menegang.

"Nanami ... le–lepas!"

Tubuhnya memberontak kecil. Nanami cukup puas melihat reaksi sang istri, tapi ini semua belum selesai. Inti dari penyatuan mereka belum terlaksanakan. Pria itu sengaja ingin menaik-turunkan nikmat yang dirasakan (Name), ingin melihat (Name) memohon-mohon lebih.

Tanpa menghentikan aktivitasnya, Nanami melebarkan lagi kedua kaki (Name) yang tertekuk dan sempat merapat. Mencari keluasan agar dirinya bisa masuk. Air dalam bak beriak seiring tubuh (Name) memberontak, putus asa ingin membebaskan dadanya dari bayi besar satu ini.

"(Name) .... " Nanami mengerang, dia sudah siap-siap mengarahkan rudalnya, membuat (Name) menegang dan memekik tertahan merasakan benda di bawah sana melesak masuk.

"Pe–perih, cukup .... "

Nanami menggeleng, dahinya bersandar ke bahu sang istri sementara pinggulnya terus bergerak mendorong.

"Hangat," bisik pria pirang itu. "Padahal belum setengahnya masuk."

Nanami hampir memiliki gadis itu seutuhnya, tatkala di antara rintihan dan ringisan sang istri, suara pintu kamar mandi yang diketuk keras-keras mengejutkan keduanya. Sontak (Name) menoleh sambil menggigit bibir, menahan suaranya.

"(Name)!"

Netra cokelat yang tertutup sebagian helai rambut pirang itu berputar malas. Suara Yuraka di luar sana mengacaukan keintiman mereka.

"Cepat, aku juga ingin mandi!" tambahnya lagi, kali ini gedoran di pintu semakin keras. Bahkan engselnya bisa saja copot.

(Name) yang mengatur napas dan perih di bawah sana patah-patah menjawab, "Y–ya! Sebentar!"

Suara dari luar sana tidak merespon lagi, dua insan itu saling bersitatap. Rona merah di masing-masing pipi belum sirna sama sekali.

"Mungkin belum waktunya," rintih (Name) di sela-sela deru napasnya yang belum normal. "Maaf .... "

"Daijoubu." Kecupan mendarat di puncak kepala. "Gomen, aku menyakitimu."

(Name) menggeleng sambil tersenyum, dia menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. Mendengar detak demi detak yang kencang di baliknya. Tenang.

Forever [Nanami Kento]Where stories live. Discover now