09

686 82 4
                                    

Anna sedang merapihkan dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya. Hari sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dan entah kenapa hari ini dia bekerja agak santai dari hari sebelumnya. Beberapa karyawan sudah pulang karena pekerjaan mereka sudah selesai, begitu pula Anna.

Wanita itu sudah menenteng tasnya dan menghisap sisa kopi dingin di cangkir, lalu segera berjalan menyusul karyawan lain. Namun, ekor matanya menangkap seseorang.

Di kejauhan ada seorang perempuan datang, beberapa karyawan bersapa dengannya. Dia tersenyum kecil saat berjalan melewati Anna yang tak berkedip.

Anna merasa ada yang janggal. Gadis itu selalu datang, mendatangi Nanami di ruangannya, dan tak pernah keluar sampai kantor benar-benar sepi. Atau, Nanami hampir setiap hari membawa gadis itu ke kantornya.

Jika keponakan atau hanya sepupu, tidak mungkin mereka berduaan di ruangan Nanami sampai mengunci pintunya, 'kan? Anna jadi gundah sendiri, dia berbalik arah, membuntuti (Name) dari jauh.

Tepat dugaannya, (Name) masuk ke ruangan Nanami, bahkan pria pirang itu membukakan pintu untuk (Name). Mereka berdua bersitatap sebelum akhirnya (Name) benar-benar masuk.

Terdengar bunyi kunci diputar dari dalam sana.

"Aku curiga, apa yang mereka lakukan?" Anna bermonolog di belokan lorong. Dia melihat sekeliling, mengembuskan napas, dan mendekati pintu.

"Nanami! Itu geli!"

"Diamlah."

"Tapi, aku sensitif, tahu! Aw!"

"Berisik sekali."

"Itu titik sensitif tubuhku!"

"Oh, akhirnya kelemahanmu terungkap."

Ruangan kembali sunyi, Anna semakin curiga saja, apalagi mendengar percakapan keduanya tampak sangat intim dan mesra. Layaknya sepasang ... kekasih? Anna menggeleng, tidak mungkin. Para karyawan di kantor saja tidak tahu Nanami mempunyai kekasih. Tapi, siapa yang bisa menjamin hal itu? Nanami itu orang yang tertutup.

"Apa aku tidak mengapa menguping lebih?" tanya Anna pelan saat sadar dia sudah melakukan hal yang seharusnya tidak dia lakukan. "Jika tuan Kento tahu, dia akan memecatku."

Wanita tersebut menggigit bibir. Gelisah sekali. "Tapi, aku juga curiga dengan keduanya."

Tidak memperdulikan hati nurani yang menariknya untuk pulang, Anna menempelkan telinga ke pintu. Mengatur deru napasnya yang tiba-tiba menjadi memburu.

"(Name) .... "

"Ya?"

"Kau ... manis."

"Nanami, kau kesambet apa?"

"Lupakan."

Anna dapat mendengar suara Nanami menjadi lebih rendah dan berat dari biasanya. Tiba-tiba ada rasa sesak yang hinggap di dada, bibir ranum wanita itu bergetar menahan perih.

Tidak ada obrolan lagi, tapi Anna tahu mereka berdua sedang bersentuhan fisik, mungkin pelukan?

"(Name) .... "

Nanami memanggil gadis itu lagi, lalu tak ada obrolan lanjut lima menit berikutnya, Anna segera angkat kaki dari sana. Dari percakapan pendek tadi, dia menyadari bahwa (Name) bukanlah keponakan atau sepupu Nanami, melainkan lebih dari itu.

Anna pergi dengan mata berlinang butiran bening, dia segera menyetop taksi begitu sampai di tepi jalan. Ada Junpei di sana yang memperhatikan dari jauh, terkejut dengan raut wajah Anna.

Forever [Nanami Kento]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz