22

386 49 25
                                    

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Derap langkah yang beradu dengan lantai di lorong rumah sakit membuat suara gaduh di antara keheningan yang menguasai. Berkali-kali dia menabrak satu atau dua orang, mungkin juga dia sudah menabrak hantu gentayangan di sini. Dia tidak peduli sama sekali. Bahkan piyama tidur merah mudanya masih dikenakan, badan pun sudah banjir keringat.

Mata gadis itu tak lelah ke sana-kemari, mencari ruangan yang sekiranya pria pirang itu di dalamnya. (Name) terengah-engah, matanya sudah berair dari awal menerima panggilan telepon dari rumah sakit.

"Nanami ...." (Name) memanggil lirih, berharap Nanami muncul di depan mata dan memeluk erat sambil berbisik bahwa dia baik-baik saja.

"(Name)!"

(Name) berhenti berlari secara mendadak, badannya agak terhuyung ke depan. Gadis itu memutar badan, mencari sumber suara tadi.

Terlihat seorang laki-laki tak jauh di belakangnya tengah melambai, pakaian kantor yang dipakainya kusut. (Name) tahu bahwa dia adalah bawahan Nanami di kantor, kalau tidak salah, seingat (Name) namanya Junpei.

"Ju–Junpei!" panggil sang gadis seraya berlari mendekat, wajah (Name) dipenuhi peluh dan air mata yang tak hentinya mengalir. "di mana Nanami?! Apa dia baik-baik saja?! Apa dia sudah siuman?! Dia tidak krisis, 'kan?!"

Junpei tampak bingung dihujani empat pertanyaan sekali napas dari (Name). "Di sini. Tuan belum siuman, tapi kata dokter dia baik-baik saja." Segera, tangannya membuka pintu ruangan yang tertutup.

(Name) menunggu dengan harap-harap cemas, bahkan kakinya tidak bisa diam. Begitu pintu terbuka lebar, gadis itu justru malah mematung. Cemburu langsung menyeruak kembali, di dalam sana ada Anna sedang duduk di samping ranjang rumah sakit yang ditiduri Nanami.

Junpei menepuk jidat, lupa bahwa Anna ada di dalam sana. Pergelangan tangan wanita cantik itu segera ditarik.

"Silakan, (Name). Maaf sebelumnya, Anna yang menemukan Nanami kecelakaan dan dia menghubungiku untuk menemaninya. Aku harap kau tidak salah paham."

Anna menunduk tak berani menatap mata dingin yang mengarah kepadanya. "Nanami baik-baik saja, (Name)."

Meski masih sebal dengan sikap Anna beberapa waktu lalu, tapi (Name) tetap harus berterimakasih. Gadis itu hanya mengangguk dengan helaan napas gusar, selanjutnya dia meminta waktu dan privasi kepada mereka.

Anna dan Junpei langsung pergi. Pintu tertutup, menyisakan (Name), Nanami yang terpejam, dan atmosfer udara yang terasa hampa di dalam sini.

Iris mata (Name) terpaku pada suaminya. (Name) mendekat dengan sisa tangis, Nanami baik-baik saja, itu kata mereka. Dia bisa bernapas lega dan bersyukur lukanya tidak terlalu parah. (Name) menarik kursi yang tadi diduduki Anna agar lebih dekat dengan Nanami.

Netranya menelusuri setiap jengkal wajah tegas itu, rambut pirang yang semula ditata rapih dengan gaya belah pinggir dipadukan undercut, menghilang digantikan rambut berantakan. Mata (Name) bergulir, menatap perban di salah-satu dahi suaminya.

Forever [Nanami Kento]Where stories live. Discover now