04

943 93 6
                                    

🦋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🦋

Hari-hari menjadi istri seorang Nanami, kehidupan (Name) tidak ada yang berbeda dengan kehidupan masa lajangnya. (Name) masih bisa bermain ke sana dan kemari tanpa harus khawatir pekerjaan seorang istri di rumah. Bahkan, dia beberapa kali hangout bersama teman-teman kuliahnya dulu.

Mau bagaimana lagi? Setiap dia bangun, rumah Nanami yang terbilang mewah sudah bersih berkilau, sarapan selalu disediakan sebelum dirinya tiba di dapur. Satu-satunya yang berubah adalah, ketika Nanami pulang kerja.

(Name) akan setia menunggu Nanami di ruang tamu, setelah Nanami pulang, dia akan memijat badan Nanami yang pegal karena seharian terus duduk sambil menatap komputer. Lalu, mereka sama-sama terdiam setelah basa-basi pendek yang terjadi setiap kali (Name) selesai memijat Nanami.

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Baik. Bagaimana harimu?"

"Biasa saja. Mau aku seduhkan teh?"

"Ya, boleh."

Maka, (Name) pergi ke dapur dengan gesit. Memaksa pelayan yang bekerja di bagian dapur untuk mengizinkannya menyeduh teh. Karena (Name) bersikeras, pelayan itu mengizinkan dengan berat hati.

Lalu, (Name) akan kembali dengan secangkir teh hangat dengan aromanya yang membuat pikiran rileks. Nanami meminumnya. (Name) diam. Kemudian mereka saling memerhatikan, sampai salah-satu di antara mereka mengajak tidur.

****

"Nanami, apa aku boleh pergi?" tanya (Name) di pagi hari yang cerah tatkala Nanami sedang di teras rumahnya, bersantai sejenak sebelum pergi ke kantor.

Ya, setiap akhir pekan, pekerjaannya akan sedikit. Jadinya, Nanami mengatur waktu untuk dirinya beristirahat sebentar sebelum tancap gas ke kantor.

Nanami yang sedang meminum kopi panas, mengernyit. "Aku selalu mengizinkanmu pergi bermain, (Name)."

(Name) cemberut. Nanami ini tipe pria yang bodoamatan. Bukan seperti tipenya yang ingin memiliki suami cemburuan agar dia merasa dicintai.

"Aku hanya meminta izin, Nanami."

"Baik, baik. Silahkan, Nyonya. Bersenang-senanglah."

(Name) tahu ketika Nanami sudah memanggil "Nyonya" pada dirinya, itu berarti Nanami terganggu. Dia mendengus sebal, berjalan sambil menghentakkan kakinya sepanjang keluar dari perkarangan rumah Nanami.

Nanami hanya bisa mengusap dada dengan sabar. Dia merasa bahwa sikap (Name) masih labil meski istrinya itu sudah berusia 22 tahun. Karena dia yakin (Name) akan baik-baik saja, Nanami kembali menyeruput teh sambil memandang langit.

Forever [Nanami Kento]Where stories live. Discover now