27

404 56 9
                                    

Perlahan-lahan kelopak matanya terbuka. Ada secercah harapan yang berpendar redup di balik sana. Harapan bahwa kejadian beberapa jam ke belakang tadi merupakan mimpi semata. Gadis itu melenguh merasakan pegal di sekujur tubuh, terutama di bagian leher.

Menguap sebentar sembari meregangkan otot-otot badan. Kemudian, harapan itu mencelus, sekarang dia masih ada di sana. Di balik jeruji besi itu. Masih belum mengetahui ini sudah malam, atau bahkan sudah pagi. Tidak ada ventilasi udara di sini sehingga cahaya sulit masuk.

Sekejap juga merasa aneh. Kenapa tidak ada satupun jendela di sini? Jujur saja ruangan sempit yang diterangi oleh obor dan lentera di atas meja itu tambah pengap saja dengan terbatasnya udara segar masuk.

(Name) mengucek, dan mengerjapkan mata. Menoleh ke samping. Megumi masih di sana, tertidur dalam keadaan duduk. Mungkin tanpa sadar (Name) juga tidur di bahunya selama berjam-jam, gadis itu mengelus tengkuk, pantas saja dia merasa pegal.

Sebuah nampan tak jauh di hadapan mereka tersedia. Kali ini ada dua piring nasi goreng dan dua gelas air mineral.

"Gumi," panggil (Name) kemudian. "bangun."

Megumi perlahan membuka mata, menguceknya. "Apa?" Dia bertanya dengan suara serak khas orang setengah sadar dari tidur.

"Makan."

Tangan (Name) menggeser nampan ke arah Megumi. Menyuruhnya makan. Sama seperti (Name), lelaki itu melenguh dan meregangkan badannya dulu sebelum menyuap nasi goreng. Mereka makan dalam bisu, hanya terdengar denting sendok ketika beradu dengan piring.

Diam-diam Megumi memperhatikan sang gadis. Lebam-lebam di tubuh (Name) masih ada. Mungkin jika orang lain yang mengalami, mereka tidak memiliki nafsu untuk makan akibat syok. Namun, lihatlah, (Name) yang pelan-pelan melahap dan mengunyah, berusaha tegar menghadapi masalah.

Sisa setengah piring, tiba-tiba (Name) menghentikan kegiatan makannya. Dia menenggak segelas air sampai tandas, mengusap butiran air yang mengalir ke dagunya.

"Kenapa?" tanya Megumi heran. Dia ikut menyimpan piring lantaran (Name) yang tidak kembali melanjutkan makan.

(Name) menggeleng-geleng tak karuan, meremas rambut. Menyalurkan kekhawatiran ke sana. Terlihat sekali badannya mulai bergetar, bahkan gadis itu sudah menggigit bibir. Ketakutan. Megumi beringsut mendekat, menepuk-nepuk bahu (Name). Menenangkannya.

"Mungkin aku akan mati di sini," gumam (Name) seraya tersenyum kecut. Sedikit keringat muncul di dahi akibat kecemasan yang tiba-tiba datang. Napas gadis itu naik-turun layaknya orang selesai lari maraton berpuluh-puluh meter.

Gadis itu berdiri, mendekati deretan jeruji besi. Tangannya terulur, seolah berusaha menggapai kebebasan. Seekor kupu-kupu yang entah dari mana asalnya hinggap di jari. Di saat seperti ini, melihat kupu-kupu yang sayapnya indah seperti melihat sisi lain dari keindahan dunia yang belum pernah dia lihat.

 Di saat seperti ini, melihat kupu-kupu yang sayapnya indah seperti melihat sisi lain dari keindahan dunia yang belum pernah dia lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Forever [Nanami Kento]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang