5. Ayah Nyakitin Bunda, Ya?

Start from the beginning
                                    

"Jangankan kejebak lift, kejebak pesonanya Kak Senja aja gue nggak takut," cetusnya, tengil. Kemudian tertawa sendiri. Gadis bersurai hitam sepunggung itu merogoh saku baju seragam, mengeluarkan ponsel ibunya -yang ia pinjam.

Sambil menunggu lift diperbaiki, Nancy yang nggak ada takut-takutnya justru membaca isi pesan antara ayah dan ibunya. Mereka sangat romantis -sama seperti kakek dan neneknya. Ah, Nancy jadi rindu nenek dari pihak ibunya. Hampir seminggu mereka tidak bertemu karena wanita paruh baya itu mesti bertolak ke Jerman.

Tak lama, lift terbuka. Keano dan Melody langsung menerobos masuk. Dipeluknya putri semata wayang mereka dengan penuh kelegaan, sementara Nancy yang terkejut nyaris mengumpat. Sebab tidak hanya jantungnya yang hampir copot, ponsel di tangannya pun hampir jatuh.

"Eci?" Dekapan Keano terurai, ia tatap putri cantiknya dengan gurat panik. "Eci nggak apa-apa, Sayang?"

"I'm okay, Ayah," jawabnya, lalu melirik sisa es teh yang tumpah di dekat ayahnya akibat pergerakkan pria itu. "Tapi sekarang nggak okay, karena es teh aku tumpah. Ayah mesti ganti rugi!" tuntutnya.

"Eci!" tegur Melody, menatap tajam sang putri.

Nancy menoleh, membalasnya dengan tatapan seolah-olah apa yang salah.

"Kamu tahu nggak? Ayah, Bunda, Uyut, dan yang lainnya panik gara-gara kamu kejebak lift! Sekarang kamu malah mikirin es teh!" bentak Melody, berlinangan air mata. "Ayahmu nih, paniknya setengah mati, sampai semua orang kena marah," bebernya, emosi. "Tapi yang dikhawatirin sama sekali nggak ngerti! Dewasa, Nancy! Kamu bukan anak SD lagi!"

"Kok, Bunda jadi nyalahin aku sih?!" balik Nancy, tersinggung.

"Bunda nggak nyalahin kamu!" sanggah Melody, masih dengan nada tinggi. Keano mencoba menengahi, ia genggam lengan istrinya -yang bersitatap dengan sang putri, namun wanita 33 tahun itu tetap pada amarahnya. "Makanya kamu itu belajar bedain antara negur, nyalahin, dan ngingetin. Jangan dikit-dikit bantah, ngeyel, tersinggung. Nanti kalau Ayah dan Bunda udah nggak ada, nyesel kamu!"

"Tapi Ayah salah, Bun! Ayah numpahin es tehku!" Nancy terus membela diri.

"Ya udah, Ayah minta maaf," sela Keano. Menyita perhatian Nancy. "Abis ini Ayah beliin lagi. Tapi-"

"Nggak usah!" tukas Nancy, kemudian beranjak meninggalkan lift.

Disaksikan puluhan pasang mata.

Sedang Melody menunduk -meminimalisir emosi.

"Kembali dan lanjutkan pekerjaan kalian!" titah Risma.

Segera para staf membubarkan diri.

Begitu lengang, Risma mendekati Keano -yang membantu Melody bangkit. "See? Nancy kelihatan nggak nyaman sama ibunya." Risma memanfaatkan momen. "Jadi, untuk apa kamu pertahanin perempuan ini?"






HOW CAN?





"Eci!" Barithon memanggil, menghentikan langkah-langkah panjang Nancy yang hendak menuju halte. Gadis itu menoleh, menemukan Raskal -adik dari ibunya- lengkap dengan motor besar laki-laki itu.

"Om Raskal?"

Raskal menghentikan laju motornya, lalu mematikan mesin. Ia naikkan kaca helm full face-nya agar bisa menatap wajah sang keponakan. "Ngapain di sini?"

"Aku mau ikut Om aja."

"Kamu lagi berantem sama Bunda?" tebak Raskal. Pasalnya tiap berselisih paham dengan Melody, Nancy akan meminta bantuan Raskal, membombardir nomornya lewat pesan seperti Om Raskal jemput aku sekarang, Om Raskal kayaknya aku bukan anaknya Bunda deh, Om Raskal tolongin aku, dan masih banyak drama yang kerap keponakannya itu buat.

Break EvenWhere stories live. Discover now