4. Terjebak

208 33 3
                                    

Kaget, kemaren ada yang nanyain cerita ini ke base. Nggak nyangka bangettt, asli. Padahal aku udah kehilangan mood buat ngetik cerita ini. Tapi mendadak semangatku bangkit lagi eaa ~

BTW jangan lupa share cerita ini ke base yak hehe

Oiya, chapter ini agak panjang. Spesial nemenin malam minggu kalian.

Happy reading!














"Keano!"

Mengurungkan niat, kakinya bergerak menuju ambang pintu. Berhenti di sana, dijumpainya Risma -nenek Keano- datang bersama perempuan cantik yang dua minggu lalu sempat menggegerkan publik. Melody meringis. Cepat atau lambat, momen ini akan terjadi. Seperti pernyataan Risma waktu itu.

"Kaia hilang arah karena kehadiran kamu. Jadi saya minta, setelah Keano bebas nanti, kamu pergi dari sini. Dan soal hak asuh Nancy, akan saya perjuangkan untuk cucu saya."

Dan Melody tidak membantah, tapi juga tidak akan tinggal diam.

Keano suaminya. Belasan tahun mereka bertahan, meski dengan cara paling tidak masuk akal, tapi ... itulah kekuatan cinta mereka. Sekalipun Kaia sahabat Keano sejak kecil dan sempat dijodohkan dengan pria itu, bukan berarti Melody bakal dengan sukarela melepaskan ayah dari anaknya. Well, Melody tidak bermaksud egois, tetapi ini soal hati dan rumah tangga. Siapapun yang berani mengusik, Melody siap berperang -walau harus berhadapan dengan orang terdekat.

"Akhirnya kamu pulang juga." Satu pelukan hangat Risma berikan untuk sang cucu tercinta, tidak lupa kecupan sayang di pipi Keano sebelum atensinya tersulih pada perempuan berambut pirang yang berdiri tidak jauh dari meja makan. "Kaia," panggilnya.

Yang dipanggil meresponsnya dengan senyum manis.

"Oma," sambut Melody, menyita seluruh atensi. Wanita yang berprofesi sebagai guru itu menghampiri Keano, dipeluknya leher pria itu. Keano mendongak sambil menyungging senyum. "Oma kok nggak bilang kalau mau ke sini?" Itu cuma basa-basi.

"Ngapain juga saya mesti laporan ke kamu?" ketus Risma.

"Oma jangan galak-galak dong sama istriku," tegur Keano, kalem.

Risma enggan menggubris, fokusnya dilempar ke Kaia lagi. "Kaia, sini, Sayang," titahnya, lembut. "Katanya kangen Keano? Sini!" Dan dengan wajah malu-malu, Kaia mendekat. Berhenti di samping Risma yang tampak lebih pro kepadanya. "Kei, nanti malam kita diajak dinner sama Tante Mona dan Om Dion."

"Nggak bisa, Oma," sela Qia, yang duduk di samping Grace.

"Diam kamu, Qia! Oma nggak minta jawabanmu!" sentak Risma.

Qia memutar mata muak. "Tapi Abang emang nggak bisa diajak dinner, Oma, soalnya udah ada janji sama Dokter Fatur. Mau rongent paru-paru." Tolong! Melody mau ngakak sekeras-kerasnya. Itu jokes andalan Pak Dhika di acara sitkom bertajuk kepolisian -favorit Nancy.

"Jangan bercanda ya, Qi! Orang abangmu sehat begitu."

"Yang kelihatannya sehat-"

"Qia," tegur Grace, pelan.

"Kaia, sini duduk sebelah Keano!" titah Risma, sengaja.

Tapi dengan segera Melody mendahului, duduk di samping kanan Keano, sedang di sisi kiri pria itu ... Qia. Si gadis SMA menjulurkan lidah -meledek Kaia. Dan Kaia terlihat dongkol sedongkol-dongkolnya. Selagi Grace melayangkan sindiran. "Lagi free, Ka? Nggak takut kursinya direbut?"

"Han," panggil Risma, beranjak duduk di sebelah Handoko.

Pemimpin negeri ke-8 itu menoleh. "Ya, Bu?"

"Ramah banget istrimu itu," nyinyir Risma.

Break EvenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang