2

11.9K 638 13
                                    

"Ma Kevan tidak mau makan ini, tidak enak." Pagi hari Kevin harus mendengar rengekan kembarannya itu di meja makan. Dia hanya mampu melihat saja di pojok dikarenakan Papanya duduk di sebelah pingir kiri dan Kevan di tengah di ampit oleh Mamanya.

Sedangkan kedua kakaknya di sebelah orang tuanya.

"Kalau aku jadi kamu walaupun nggak enak, tetep aku makan Van soalnya itu masakan Mama," Ucap pelan Kevin sambil melanjutkan sarapan paginya.

"Dimakan Dek, nanti Mama buatin kue deh." Balas Gina kepada Kevan, anaknya ini memang sangat susah soal makanan maka dari itu dia harus pandai - pandai membujuk agar mau menghabiskan makanannya.

"Nggak mau aku bosen sama kue terus." Tolak Kevan, cemberut, melihat itu Gio dengan gemas mencium seluruh wajah sang anak.

"Hentiin Pa, risih tau." Kata Kevan sambil menghindar.

"Yaudah nanti Mama buatin sesuai keinginan kamu jadi makan sekarang yah," Balas Gina agar sang anak mau makan.

"Kevan mau Mama masakin makanan kesukaan Kevin biar nanti makan bersama." Ucapnya dengan semangat disertai senyum harapan.

Kevin yang namanya disebut tersentak kaget, enak - enak menikmati sarapan pagi sambil menahan perasaan sendiri supaya tidak iri, dia malah terkena libat pula.

Semua pasangan menatap kearah Kevin, melihat itu dia hanya tersenyum canggung bingung harus apa??

"Kamu suka makanan apa?" Tanya Gina.

Kevin hanya tersenyum kecut, bahkan Mama yang melahirkan dirinya. Sendiri pun tidak tahu soal makanan yang dia suka ataupun tidak sukai.

"Ayam balado," Jawab singkat Kevin.

"Kevin suka Ayam balado Ma, masakin yah buat Kevin. Soalnya Kevan mau makan juga." Ucap Kevan dengan nada cerianya, dia sangat berharap bisa makan bersama kembarannya itu.

"Tidak bisa sayang, bukannya kamu tidak suka pedas. Mama nggak mau kamu sakit hanya karena makan - makanan yang pedas." Ucap Gina khawatir, dia tidak bisa melihat anaknya masuk rumah sakit. Hatinya akan terluka saat melihat itu wajar bukan seorang Ibu mengkhawatirkan anaknya.

"Kevan nggak mau tau Ma, pokoknya harus masakin makanan kesukaannya Kevin soalnya Kevan tuh mau makan bersama." Ucapnya masih Keras kepala, Kevan hanya ingin dia makan bersama kembaranya tanpa halangan apapun itu saja. Dia ingin dekat dengan kembarannya.

"Apa kamu tidak ada makanan lain yang kamu sukai? seperti soup? saya akan memasakan untukmu jika suka, karena itu makanan favoriet Kevan." Tanya Gina kepada Kevin yang diam saja dari tadi mendengar pedebatan.

Awalnya Kevin senang saat Mamanya akan memasakan makanan untuknya walaupun dia kurang suka dengan sayuran. Akan tetapi saat mendengar ucapan terakhri Mamanya, kalau itu makanan favoriet Kevan, dan lagi - lagi dia hanya bisa menelan perasaan sakitnya itu.

"Yah Kevin suka itu Ma," Dan yang keluar hanya jawaban itu saja.

"Tapi Ma itukan makanan favoriet Kevan bukan Kevin," Bantah Kevan karena merasa tak terima saat makanannya yang disebut bukan Kevin.

"Kevan jangan membantah, ini demi kebaikanmu sekarang makan - makanan mu lalu kita kedokter setelah itu." Gio sang kepala keluarga sudah merasa risih karena pertengkaran dan, bertidak turun tangan saat melihat istrinya tertekan terus di paksa. Lagian jika di luar negeri tidak seperti ini suasananya pasti akan ada kebahagian tapi baru dia pindah kenapa malah pertengkaran yang ada.

Areksa dan Mentari hanya diam saat mendengar semuanya akan tetapi jika sudah melewati batas mereka akan ikut berbicara langsung.

Setelah makan sudah selesai Kevin berjalan kearah orangtuanya berniat salim untuk pergi kesekolah.

"Mau apa?" Tanya Gio.

"Salim Pa,"

"Tidak usah langsung pergi saja." Jawab tanpa melihat kearah Kevin dia dari tadi fokus kearah anaknya Kevan yang sedang makan itu pipinya sangat lucu saat makan.

"Oke," Dan jawaban itulah yang hanya Kevin berikan kepada sang Papa.

***

Tak butuh waktu lama Kevin sudah sampai disekolah, menatap sekeliling masih sedikit siswa berkeliaran di area sekolah, di karenakan ini masih pagi. Sengaja dia datang kesekolah pagi - pagi karena takut ketinggalan bis.

Sampai dikelas Kevin segera melangkah kearah bangku belakang dekat jendela. mendudukan dirinya lalu menatap kearah jendela yang tanpa sadar dia malah melamun.

"Vin ada pr nggak," Tanya seseorang.

"Woy Vin." Ucap seseorang tadi cukup keras merasa orang yang dia panggil tidak mendengar ucapanya itu.

Kevin yang sedang enak - enak melamun tersentak kaget saat di kagetkan dengan suara keras.

"Apasi nganggu aja," Kata Kevin dengan nada tak suka

"Hehe, sorry habisnya lo di panggilin nggak denger. Ngelamunin apa si?" Ucap seorang tadi lalu duduk di sebelah Kevin. Dia Raka Pratama salah satu teman Kevin dan juga teman sebangku.

"Nggak ada, panggil kenapa?" Ucap Kevin langsung keinti.

"Ada pr nggak?" Tanya sekali lagi Raka.

"Nggak ada."

"Oh oke,"

***

Bel kantin berbunyi menandakan waktu istirahat dimulai Raka yang semula tidur di atas meja seketika segar saat mendengar bel sekolah berbunyi.

"Gue kekantin dulu ya Vin," Kata Raka tanpa menoleh kearah Kevin langsung pergi bersama teman - teman lainnya yang sudah menunggu di depan kelas.

Tidak perlu repot - repot menjawab Kevin kembali menidurkan kepalanya di atas lipatan tangannya yang berada di atas meja, yah dia memilih tidur di banding membeli makanan.

Sudah dikatakan bukan, Kevin terbiasa sendiri maka dari itu dari kecil tidak ada yang mau berteman dengannya mungkin mereka mengirah dia tidak ada orangtua maka dari itu di jauhin.

Teman lainnya itu hanya memanfaatkannya saja, ada juga yang munafik berteman dengannya, karena nyatanya mereka tidak benar - benar tulus berteman dengannya termasuk Raka.

***

Lelah satu kata menggambarkan Kevin, setelah pulang sekolah dia harus mengikuti esktra yaitu karate. Sengaja mengikuti olahraga itu karena untuk melampiaskan rasa sakitnya.

Selain bisa mengitar, kelebihan Kevin adalah menggambar dia suka dengan menggambar alasannya hanya satu mengalihan rasa sakit, dengan menggambar bayangan masalalu bisa hilang kapan saja.

"Habis dari mana?" Ucap Gio kepala keluarga itu.

"Latihan Pa," Jawab Kevin seadanya.

"Buat apa? nggak guna mending belajar aja biar pinter saya ingin kamu kerja di kantoran ingat." Dengan nada tak suka Gio mengucapkan kalimat itu kepada Kevin.

"Tapi Kevin nggak suka di perkantoran Pa, Kevin mau jadi Pilot."

"Saya tidak mau tau buang impian mu jauh - jauh, saya ingin keturunan saya kerja di perkantoran saya jika kamu keberatan kamu boleh pergi dari keluarga saya." Nada bentakan yang lagi - lagi keluar dari mulut sang Papa.

"Lalu Kevan?" Ucap Kevin tak mau kalah.

"Ngapain kamu melibatkan Kevan dalam masalah ini? Kevan tidak akan Papa tuntut dia berhak dengan apa yang dia inginkan."

Terkekeh pelan "EGOIS," Ucap Kevin dengan keras.

"JAGA BICARAMU," Kata Gio dengan nada bentakan balik.

"Papa egois, kenapa Papa kek gini ke Kevin tapi ke Kevan Papa nggak nuntut apapun Pa ?? Kenapa,"

"Ini semua demi kebaikanmu,"

"Ciuh," Hanya kata itu yang mampu Kevin keluarkan setelah itu pergi kekamar tanpa mau repot - repot mendengar ucapan sang Papa lagi.


Different || END ||Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora