bab 1

160 23 2
                                    

"Jika di tanya siapa manusia paling egois di dunia ini maka dengan lantang akan ku katakan bahwa manusia yang paling egois adalah orang tua"

F

lashback

Terlihat seorang anak kecil yang berumur 5 tahun tampak semangat menjilati eskrim ditangannya, tak lupa headset yang membuatnya tak mendengar keadaan yang terjadi di sekitarnya, dimana kedua orang tuanya sibuk bertengkar dibelakang mereka entah karna apa.

"Kakak mau" ucap Anka kecil menyodorkan eskrim di hadapan kakaknya, Marvin yang tampak sibuk memeluknya. dia adalah kakaknya yang beda 3 tahun dengan Anka.

"Gak dek makan aja" ucap marvin tersenyum lembut pada adiknya yang terlihat sangat polos.

"Dek, apapun yang terjadi kita gak boleh saling pisah dan harus terus bareng ya. Adek harus bahagia, sehat selalu jangan sampai sakit ngerti" ucap Marvin tersenyum kearah adiknya. Sang adik yang di beri pernyataan seperti itu langsung terheran.

"Emm tentu, kitakan adek kakak jadi kita gak boleh saling tinggal dan selalu bareng" ucap Anka kecil dengan polos hingga suara pot pecah mengalihkan netra Anka.

Dengan kaki kecilnya, Anka berlari kearah ibunya yang ingin dilempari oleh ayahnya, dengan cepat Anka berusaha menahan lemparan ayahnya yang dilayangkan untuk ibunya

"AYAH JANGAN" Marvin datang dan mendorong lengan ayahnya agar tak mengenai ibu dan adiknya tapi karna ayahnya yang sudah kepalang kesal langsung berbalik menyerang Marvin hingga lemparannya mengenai kepala pria cilik tersebut.

Darah merembes dari kepala Marvin kecil, Anka yang melihat kakaknya berlumuran darah langsung berlari dan memeluk kakaknya.

"KAK... KAKAK"Teriak Anka panik dengan kondisi kakaknya.

"Anka..." panggil Marvin dengan lemah.

"Kak...kakak gak boleh sakit, gak boleh" larang Anka dengan mata yang sebab, air matanya sudah turun dengan deras.

"Anka gak boleh nakal ya... Harus nurut sama ayah bunda. Anka gak boleh sedih, Anka harus sehat terus. Ingat kakak bakal selalu ada di sini... Ngerti" ucap Marvin dengan sayu menunjuk dada Anka sebelah kanan, darahnya sudah keluar banyak dirinya tak yakin jika dirinya bisa bertahan.

"Iya Anka gak bakal nakal Anka gak bakalan bantah perintah kakak, kakak gak boleh tinggalin Anka. gak boleh" tangis Anka kecil semakin membesar dirinya menatap kedua orang tuanya yang masih sibuk saling menyalahkan.

"Anka... Ingat kakak bakalan sayang sama kamu selamanya. Tetap berjuang walaupun gak ada yang dukung kamu ya, ingat kakak bakalan selalu ada" ucap Marvin tersenyum lembut dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Anka kembali melihat kembali kedua orang tuanya dan menatap kakaknya yang tak bernafas lagi.

Flasback end

"KAKAK JANGAN TINGGALIN ANKA" teriak Anka dengan terengah-engah

Dirinya kembali mengingat kenangan menyedihkan didalam hidupnya, awal mula dari semua kesialan yang menimpanya.

Dengan cepat Anka bangun dari kasurnya dan langsung bergegas mandi. Setelah selesai mandi dengan telaten Anka memakai seragam sekolahnya,anka sudah duduk di bangku kelas 3 SMA hingga dirinya harus fokus belajar, agak membosankan tapi mau bagaimana lagi jika dirinya tak ke sekolah dirinya akan dihukum oleh ayahnya.

Setelah insiden tersebut kedua orang tuanya berpisah dan ibunya sama sekali tak menginginkannya karna mengira jika dirinya merepotkan dan terpaksa dirinya harus hidup di naungan ayahnya yang penuh dengan tekanan.

Anka mengambil Hpnya dan menuliskan hal yang mengganggu pikirannya, ini lah hal satu-satunya yang bisa membuatnya tetap waras di dalam dunia yang gila ini.

Setelah selesai Anka turun kebawa untuk sarapan tapi dirinya hanya mengambil selembar roti dan pergi tanpa berpamitan, kepada siapa dirinya harus berpamitan, ayahnya saja jarang pulang ke rumah.

Anka mengambil sepeda motornya dan melajukannya menuju sekolah tak lupa headset tertanam dalam telinganya menemani dirinya berkendara, dirinya tau memakai headset saat berkendara adalah hal yang ilegal karna bisa saja kecelakaan tapi dirinya tetap hirau.

Sesampainya di sekolah Anka memarkirkan kendaraannya dan membesarkan volume headsetnya dirinya tak ingin mendengar suara manusia kurang kerjaan yang setiap saat selalu menggosipinya. Dirinya benci dengan hal itu apalagi jika dirinya di kasihani dia tak butuh.

Walaupun sedang menggunakan headset masih ada terselip suara yang mengganggu pendengarannya, hingga Anka memilih untuk bergumam mengikuti lirik lagu yang dirinya putar.

Indah tapi tak sempurna lagu yang sama dengan hidupnya sekarang, hidupnya hancur karna kedua orang tuanya

Dikelas dirinya duduk di paling pojok belakang, tidak ada yang ingin berteman dengannya karna memang dirinya menjauhkan dirinya dengan orang-orang, bahkan saat ada tugas kelompok pun tetap menjadi tugas individu untuknya

Anka duduk di tempatnya dengan nyaman melihat interaksi teman sekelas, mereka tertawa dengan bebas tanpa tekanan...Anka cukup iri dengan hal itu tapi dirinya cukup trauma dengan masa lalunya dimana semua teman yang sangat dirinya percayai ternyata mengkhianati dirinya.

Bel masuk berbunyi dan pelajaran dimulai Anka belajar dengan giat karna dirinya memiliki cita-cita untuk menjadi dokter hewan, dirinya dan kakaknya adalah pecinta hewan jadi mereka sepakat untuk menjadi dokter hewan dimasa depan tapi nyatanya kakaknya lebih dahulu meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian jam istirahat berbunyi, Anka keluar membeli sebungkus roti dan minuman kaleng untuk menemaninya. Anka duduk di taman belakang sekolah, taman yang jarang sekali di kunjungi, karna banyak rumor yang mengatakan tempat ini angker tapi Anka tak peduli dengan hal itu.

Anka menatap taman tersebut dengan tatapan kosong dengan sesekali menggigit rotinya dirinya kembali mengingat kenangan pahit yang membuat kakaknya meninggalkannya. Kejadian tersebut sudah 13 tahun lamanya tapi Anka masih mengingat dengan jelas dan detail kejadian tersebut.

Karna hal tersebut, Anka memiliki trauma terhadap suara barang pecah, pernah sekali dirinya tak sengaja memecahkan piring di rumahnya nafasnya menjadi sesak dan pandangannya menjadi buram, untung saja pembantunya datang menolongnya dengan cepat jika tidak entah apa yang terjadi padanya nanti.

Saat sedang sibuk melamun Anka mendengar suara yang sedang bertengkar dengan seseorang, Anka mencoba untuk tak peduli dan kembali melamun tapi pikirannya tak bisa teralihkan dengan hal tersebut. Dengan terpaksa Anka mendekati asal suara tersebut, ternyata ada seorang yang sedang di keroyok.

Anka melihat sekitar, kosong tak ada orang yang bisa dirinya mintai bantuan, dirinya terlalu malas untuk ikut dalam pertarungan tersebut hingga Anka memilih untuk mengintai saja dan berdo'a agar pertengkaran mereka cepat selesai.

Anka mengamati pertarungan tersebut dengan saksama hingga seseorang memegang botol kaca yang ingin dihantamkan ke kepala orang yang di keroyok. Mata Anka melotot dan mengingat kenangan masa lalunya

"HATI-HATI" tanpa Anka sadari dirinya mendekati pria tersebut dan menolongnya hingga botol tersebut mengenai kepalanya.

Anka langsung tumbang dan orang yang mengeroyok pria tadi langsung panik dan pergi meninggalkan Anka dan orang tadi.

Nafas Anka memburu dan matanya memburam traumanya kambuh, Anka dengan samar-samar merasakan jika dirinya di gendong oleh pria tadi dengan gampangnya, apakah dirinya tak berat tanyanya dalam hati dan akhirnya Anka pingsan.

To be continuous

Zanka Mahardhika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang