"Iya, dia emang ramah, cantik, dan menggoda. Makanya aku cinta mati sama dia," sahut Handoko, lalu iseng mengedipkan sebelah mata.

"Dad, ada anak dibawah umur," peringat Qia.

Menyadarkan Handoko dari tingkah genitnya. Pria paruh baya itu nyengir. "Daddy lupa ada oknum jomlo di sini."

"Jomla jomlo," gerutu Qia. "Ntar giliran aku diapelin cowok, cowoknya diusir," sindirnya. "Dibilang masih sekolah jangan cinta-cintaan." Menirukan kalimat andalan sang ayah dengan bibir agak dimonyongkan, menampilkan raut meledek.

"Ya minimal kalau mau ngapelin anak kesayangan presiden tuh bawa saham. Martabak doang mah Daddy bisa beli kali," cebik Handoko.

"Bener ya?" Qia menganggap tantangan ayahnya dengan serius.

Tepat ketika beberapa ART menghidangkan sarapan di atas meja.

"Apa sih!" dengkus Handoko, "Udah, makan aja yang banyak, biar nggak kurus gitu. Ntar dikiranya nggak dikasih makan Daddy atau parahnya disangka nggak bahagia."

"Ibu mau lauk apa?" tawar Grace.

"Saya nggak ikut sarapan," balas Risma.

"Ya berarti jangan di meja makan dong, Raisa Sarasvati," seloroh Qia.

"Qi," tegur Grace lagi.

"Keano," sebut Risma, meminta perhatian.

Keano masih sibuk berdialog dengan sang istri. "Cukup, Sayang, segitu aja."

"Mau sama tempe?" tawar Melody, mengambilkan lauk-pauk.

"Boleh," angguk Keano.

"Keano," panggil Risma lagi.

"Iya, Oma?" sahut Keano, melirik sekilas.

"Oma tunggu kamu di kantor, pagi ini jam sepuluh." Risma bangkit, "Dan Oma harap, kamu mau menghandle Prabaswara Group daripada ngurusin kafe dan toko rotimu yang nggak jelas itu."

Celaan itu bukan ditujukan kepada dua tempat usaha Keano, melainkan kepala yang mengembangkan. Ya, Senandung Melody. Sejak awal Melody masuk ke keluarga ini, ada beberapa kerabat yang tidak mengkehendakinya, terutama Risma. Terlepas kontroversi yang melibatkan nama Ayumi Said -ibunya, dan sederet fitnah yang dilayangkan pesaing politik Arbi Waradana -ayahnya, Risma menilai Melody tidak sepadan dengan Keano.

Wanita itu menganggap Melody sebagai benalu di hidup Keano.

Dan Risma juga selalu terang-terangan mengatakan bahwa Kaia lebih pantas.

"Ayo, Kaia, kita pulang!" tukas Risma, menggiring Kaia pergi.

Dikawani Melody lewat tatapan nelangsa.

Lelucon apa lagi yang akan ia temui di kemudian hari?






HOW CAN?







Lulus SMA, Keano memilih terjun ke lapangan dan menerima pekerjaan apa pun. Dari menjadi karyawan bengkel, staf gudang, sales, dan sederet pekerjaan yang justru dianggap rendah oleh keluarga besarnya. Tapi, Keano enggan ambil pusing. Toh, orang tuanya sama sekali nggak keberatan. Malah mereka sangat mendukung pilihannya.

Lalu hasil jerih payahnya itu ia kumpulkan untuk membangun bisnis kafe. Dan singkat cerita, selang satu bulan setelah grand opening kafe, ia bertemu mantan adik kelasnya -yang sekarang menjadi ibu dari anaknya. Melody yang kala itu masih menjadi maba di salah satu universitas negeri, memutuskan menghabiskan waktu senggangnya di kafe milik Keano. Kemudian terjalinlah interaksi antara mereka.

Break EvenWhere stories live. Discover now