6. Positif

159 12 0
                                    

Elira tahu dirinya memang harus mengandalkan kebohongan mengenai kontrasepsi pada Sebasta. Pria itu memang panik mendengarnya, tapi bukan berarti Elira merasa menang. Tidak berdayanya Sebasta tidak membuat perempuan itu bahagia. Justru membuat Elira semakin marah. Kenapa baru sekarang? Kenapa setelah ketahuan? Kenapa sejak awal tidak berusaha menyudahinya? Kenapa dari awal tidak mengatakan keberadaan atasan pria itu? Kenapa dan lebih banyak kenapa lainnya yang bercokol membuat amarah Elira bertumpuk.

Lima tahun bukan waktu yang singkat. Mereka bisa berbagai cerita apa saja. Termasuk wanita yang menjadi atasan Sebasta itu. Jika memang Sebasta memanfaatkannya untuk mencapai kedudukannya saat ini di perusahaan, bukankan sebaiknya sejak awal diceritakan pada Elira? Supaya Elira juga memberikan pendapatnya. Supaya Elira juga sejak awal tidak menaruh perasaannya pada pria yang dijodohkan dengannya. Oh, Tuhan. Kenapa dia menerima perjodohan ini kalo punya wanita lain di hatinya sejak awal? Itu menjadi penyesalan Elira sekarang. Sepuluh tahun suaminya bekerja bersama wanita itu. Tandanya selama lima tahun lebih awal Sebasta dan wanita itu sudah saling mengenal. Mungkin wanita itu lebih tahu dan paham mengenai Sebasta. Lalu, kenapa Sebasta tidak memilih atasannya saja sebagai istri?

"Ibu Elira!"

Begitu namanya diserukan oleh asisten dokter. Elira menarik napas dan bersiap pada segala kemungkinan. Kemungkinan hamil atau tidak hamil. Kemungkinan dia menyembunyikan kehamilannya atau benar-benar menggunakan kontrasepsi. Apa pun hasilnya, Elira siap untuk menghadapi laju kehidupannya.

***

Positif, 14 minggu. Itu artinya memang tamu bulanan yang tidak datang dan masih ada enam pack menurut pengamatan Sebasta memang tepat. Kandungannya berusia lebih dari tiga bulan. Sebasta memiliki intuisi yang cukup kuat rupanya. Elira mengakui bahwa kepala pria itu berjalan dengan baik mengenai persoalan kira-kira. Sedikit rasa bangga menyapa karena secara tidak langsung suaminya itu sangat memperhatikan hal kecil mengenai Elira. Setiap kali datang bulan pasti memiliki dua pack pembalut dengan ukuran berbeda. Sebasta menghitung jumlah persediaan pembalut Elira dan memperkirakan bahwa ada kehamilan, dan memang benar. Elira mengandung anak pria itu.

Sehabis memeriksakan diri, Elira tidak langsung pulang. Dia mampir ke mall Paragon yang terletak di jalan Pemuda, dekat dengan gedung Lawang Sewu yang menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di Semarang.

Elira menenangkan pikirannya dengan mengunjungi klinik kecantikan di sana untuk berkonsultasi mengenai perawatan wajah yang selama ini dijalaninya sebelum mengetahui dirinya hamil. Untungnya memang cabang klinik kecantikan langganan Elira di Jakarta itu mudah ditemukan di sini.

Setelah memastikan dirinya bisa menggunakan beberapa produk sederhana yang bersifat melembabkan saja tanpa kandungan aktif yang bisa berpengaruh pada janin, dan menghentikan penggunaan rangkaian perawatan lainnya. Elira memanjakan diri dengan membeli makanan dan minuman manis. Ada es krim, jus jambu, membeli spaghetti dan piza satu loyang besar yang akhirnya tidak kuat dia habiskan sendiri. Jauh dari biang masalah memang mampu membuatnya tenang. Apalagi ponsel yang sengaja dia nyalakan mode pesawat membuatnya lebih tenang lagi karena tidak ada yang akan sibuk menghubunginya.

Duduk-duduk sendiri, mengamati orang yang berlalu lalang membuat Elira memiliki waktu mengamati. Pasangan, teman, dan keluarga yang datang membuat Elira bertanya-tanya, apa mereka tidak memiliki beban pikiran hingga bisa tertawa-tawa lepas? Sepertinya yang datang di mall itu semuanya bahagia. Lalu, kenapa Elira merasa hanya dirinya yang murung? Apa karena dia hanya sendirian? Tapi mengajak orang lain bersamanya tidak akan memberikan Elira waktu sendiri untuk berpikir tenang.

Memang manusia jika sedang ada masalah segalanya menjadi terasa serba salah. Di satu sisi Elira ingin ada teman berbagi keluh kesah, tapi di sisi yang lain dia tahu berbagi cerita hanya akan menambah sudut pandang baru yang malah membuat pendapat Elira untuk menyelesaikan masalah tidak bulat. Di satu sisi Elira merasa sendirian terlalu berat untuk memikul masalahnya. Menyimpan konflik batin supaya tidak ada yang tahu juga menggedor sisi manusiawi Elira yang ingin berkata, "Aku punya masalah paling pelik saat ini!"

[Baca lengkapnya di Karyakarsa kataromchick. Bisa beli satuan per-bab atau langsung beli paketnya supaya memudahkan kalian beli satu kali bisa baca seluruh bab di sana. Happy reading.]

DUSTA DIBALIK HUJAN / TAMATWo Geschichten leben. Entdecke jetzt