172. Bab 33: Membaca Lagi (3)

25 2 0
                                    

Ibuku terdiam sesaat. Kesunyian membuatku sedikit terhibur. Fakta bahwa ibuku mengharapkan aku untuk mencintainya dan gagasan bahwa aku dapat melukai perasaannya membuatku senang.😭

Namun, ibuku berbicara dengan nada yang terdengar seperti dia yang seolah sudah mengharapkan itu terjadi. "Hmmm, begitu."

"..."

"Aku masih ingin mencobanya. Itu bisa mengakhiri nasibmu. Bagaimanapun, kau masih memiliki banyak nyawa."

"Jangan bicara seolah kau melakukan ini untukku."

"Aku mencintaimu."😭😭😭😭😭😭😭

Aku merinding. Kenapa dia tiba-tiba mengatakan itu? "Apa artinya itu?"

"Aku ibumu."😭😭😭

Aku melihat ibuku yang tersenyum dan satu sudut hatiku terasa sakit. Apakah dia benar-benar percaya bahwa kata-kata seperti itu dapat diterima? Nilai penderitaan satu dekade saja tidak dapat disangkal karena kata-kata ini.

Aku memelototi ibuku.

Kasih ibu...

Aku tidak menggunakan Lie Detection padanya. Terkadang ada kata-kata seperti itu di dunia. Bahkan jika itu benar, itu cukup menyakitkan untuk disebut salah.

Aku menghela nafas dan berkata, "Sudah terlambat."

"Aku tahu."

"Lalu mengapa..."

"Aku hanya ingin mengatakannya sekali saja. Kurasa aku belum pernah memberitahumu sebelumnya."😭

Kami terdiam dan tidak mengatakan apa-apa untuk sementara waktu. Hanya jarum detik dari jam dinding yang memberi tahuku bahwa waktu telah berlalu. Itu seperti halaman tanpa apa-apa di atasnya. Seperti seorang penulis menekan kalimat pertamaku, aku nyaris tidak bisa membuka mulut. "...Bagaimana hidupmu di penjara?"

"Kau sering datang menemuiku. Apakah ada kebutuhan..."

"Kau tidak memberitahuku apa-apa."

"..."

"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa? Aku pergi menemuimu berkali-kali..."

Aku tidak membenci ibuku sejak awal. 

Bahkan ketika ibuku membunuh ayahku.

Bahkan ketika dia masuk penjara.

Bahkan ketika keluargaku bergegas mengambil aset kami dan aku diperlakukan seperti produk sisa.

Aku tidak membenci atau menyalahkan ibuku.

"Bagaimana mungkin seseorang begitu tak tahu malu?" Alasan mengapa aku membenci ibuku adalah sederhana. "Kenapa kau diam saja? Dan mengapa... kau menulis cerita seperti itu?"

Seseorang mungkin mengatakan ini: Kau menjadi kaya. Bukankah bagus dia menjual buku itu? Aku tidak tahu apakah royalti dari ibuku membantu hidupku. Kerabatku selalu memperlakukanku seolah aku bukan orang.

"Aku mengalami kesulitan. Setiap kali aku pergi ke sekolah, berjalan di jalanan, atau bertemu seseorang, sepertinya semua orang berbicara tentangku. Itu sama ketika aku pindah sekolah. Setiap saat, aku adalah putra seorang pembunuh."

Mereka yang tidak pernah mengalaminya tidak akan pernah tahu. Dunia itu ulet. Para wartawan berdiri di depan rumahku dan rasanya seolah seluruh mata di dunia mengejarku.

"Mungkin, mungkin saja, aku bisa menanggungnya."

Mungkin baik-baik saja jika ibuku mengatakan sesuatu kepadaku. Jika dia menyuruhku menahannya, aku pasti bisa. Andai saja ibuku memberi tahu aku dia ada di pihakku, bahkan jika dia menjual cerita kami untuk mendapatkan uang. 😭😭😭😭😭

OMNISCIENT READER'S VIEWPOINT #1Where stories live. Discover now