Setelah berkendara sekitar lima belas menitan, Pak Adit menepi di depan sebuah toko kue. Memarkir motornya dan masuk ke dalam toko dengan beraneka ragam kue itu. Beberapa kue ada yang di pajang di dalam lemari-lemari kaca di sepanjang dinding depan. Sehingga terlihat jelas meskipun dari luar. Pak Adit mengedarkan pandangan melihat kue-kue itu.

“Ada yang bisa kami bantu, Pak? Sedang mencari kue apa?” Seorang gadis muda penjaga toko menyapa santun.

“Saya ingin pesan kue ulang tahun,” jawab Pak Adit.

“Owh ada tentu saja, Pak. Mari kami arahkan.” Gadis tadi memberikan senyuman lebar.

Pak Adit kemudian menyusul gadis itu menuju  ke depan. Di sana ada lebih banyak lagi pilihan kue. Mulai dari berbagai jenis roti, kemudian bolu yang beraneka ragam dan rasa, hingga kue-kue lainnya dengan tampilan menarik dan menggoda untuk dicicipi.

“Silakan di pilih, Pak.” Gadis tadi menunjuk beberapa model kue ulang tahun. Dari yang ukuran minimalis hingga jumbo. Dengan berbagai pilihan variasi warna dan hiasan.

“Yang ini aja, Mba.” Pak Adit kemudian menjatuhkan pilihan ke salah satu kue cokelat dengan taburan krim dan hiasan stroberi di sisi-sisinya.

“Baik, Pak. Kalau boleh tahu umur berapa yang akan berulang tahun? Biar kami sediakan sekalian dengan lilin dan merchandise lainnya dari kami.” Gadis pelayan toko melanjutkan. Ia terlihat sudah sangat mahir melayani pelanggan, dengan menyebutkan beberapa pelayanan tambahan dari toko mereka.

Pak Adit menyebutkan angka usia seseorang yang akan ditemuinya malam ini. Setelah itu ia menunggu sebentar. Dan akhirnya paket kue ulang tahunnya pun datang. Ia segera melakukan transasksi setelahnya.

“Terima kasih sudah berkunjung ke toko kami. ditunggu kedatangannya kembali," ucap si penjaga toko dengan kedua telapak tangan menempel di depan dada.

Pak Adit sedikit mengangguk tersenyum menanggapi, kemudian keluar. Dan kebetulan di samping toko kue ini ternyata ada penjual bunga, tidak lupa ia membeli seikat bunga sebagai hadiah. Setelah itu Pak Adit pun melaju dengan motornya.

***

Pak Adit berhenti di parkiran sebuah gedung berlantai empat. Ini adalah sebuah panti jompo. Panti Jompo Bina Karya, begitu namanya yang tertulis dengan huruf kapital di tugu yang dilewati Pak Adit tadi. Satpam dan para petugas di sini sudah familiar dengan Pak Adit, karena nyaris setiap hari pasti datang berkunjung.

Pak Adit menuju ruangan nomor 56 dengan kotak berisi kue ulang tahun dan bunga sebagai surprise. Di depan ruangan, Pak Adit berpapasan dengan seorang perawat yang baru saja keluar dari dalam. “Eh, Nak Adit. Oma kamu udah nungguin tuh di dalam.”

Pak Adit tersenyum. Tidak sabar bertemu dengan Oma yang telah merawatnya sejak kecil itu. Setelah menyiapkan semuanya ia pun masuk. “Malam, Oma. Surprise! Selamat ulang tahun.”

Wanita yang kepalanya sudah dipenuhi uban itu tersenyum lebar melihat kedatangan Pak Adit dengan kue ulang tahun. Terharu dengan yang dilakukannya. Pak Adit kemudian duduk di sampingnya. “Kamu masih ingat ternyata,” seru Oma dengan air mata yang menetes.

“Owh tentu saja, Oma. Adit akan selalu ingat. Ditiup lilinnya, Oma.” Pak Adit mendekatkan kue dengan lilin berbentuk angka 63 di atasnya itu. Yang kemudian disambut oleh Oma. Langsung meniupnya. “Yeayyy.” Pak Adit terlihat sangat bahagia. Bunga ia berikan kepada omanya yang sudah tidak muda lagi itu. Seseorang yang ia temui belasan tahun silam kini makin hari makin makin termakan oleh usia. Wanita yang sudah dianggapnya sebagai orang tua sendiri. Pak Adit diadopsi oleh wanita yang dipanggilanya Oma Inggit ini sejak ia kecil.

“Makasih banyak ya, Adit. Kamu sudah tumbuh dewasa dengan kepribadian yang oma tidak perlu ragukan lagi. Kamu anak yang baik.” Oma berusaha merangkul Pak Adit.

Pak Adit tersenyum, “Ayok, Oma. Sekarang dipotong kuenya.” Pak Adit menggeser bunga tadi dan menyimpannya di atas meja di samping ranjang. Kemudian mengambil piring dan sebuah pisau kecil pemotong kue, juga sebuah sendok. Oma pun memotong Sebagian dari kue. Kemudian menyuapi Pak Adit yang tidak bisa menolak. Langsung melahap kue itu sambil tertawa bahagia.

“Terima kasih banyak, Dit. Udah selalu ada buat Oma. Hanya kamu yang Oma punya.” Oma kali ini berkaca-kaca.

“Sudah menjadi tugas Adit, Oma. Oma jangan bersedih. Adit akan selalu ada buat Oma. Bagaimana pun itu, Adit akan selalu berusaha ngasih yang terbaik buat Oma.” Keduanya kembali berpelukan. Sebuah pelukan hangat tercipta. Namun tidak lama Handphone Pak Adit berdering. Ada sebuah panggilan masuk. Pak Adit melihat layar HP-nya itu.

“Diangkat dulu, Dit. Siapa tahu penting,” ucap Oma.

Pak Adit kemudian keluar. Betul, ini adalah sebuah panggilan penting. Ia keluar dari ruangan dengan tergesa, sebelum akhirnya menekan ikon berwarna hijau untuk menerima panggilan.

***

Segitu aja dulu ya. Setelah target tercapai baru kita lanjut lagi.🥳🥳🥳

Jangan lupa vote dan comment ya.🥳
Dan tandain kalau ada typo. Cerita ini masih tahap penulisan. Jadi, mohon maaf kalau ada cacat di sana- sini 🙏

Akun ini udah difollow kan?

Spam "NEXT" di sini.

THE BLOCKADE (TERBIT)Where stories live. Discover now