enam belas; run away.

Start from the beginning
                                    

Setelah berhasil keluar dari gerbang penginapan, mereka mencari angkutan umum yang lewat dan menaikinya. Tak lama mereka menunggu untuk sampai, tidak sampai lima belas menit mereka sudah sampai di taman bunga.

Senyuman manis terukir diwajah Ririn. Dengan lembut, Dannis menggenggam tangannya dan berjalan perlahan memasuki kawasan. Cukup lama mereka berjalan untuk menemukan taman bunga yang sebenarnya.

Dan akhirnya mereka benar-benar sampai di taman itu. Senyum Dannis kembali terlihat, ia suka melihat bermacam-macam bunga seperti ini. Rasanya menenangkan, apalagi ia tahu kalau ada Ririn disampingnya.

Ririn sama senangnya dengan Dannis. Perempuan itu tidak berhenti melihat satu-satu bunga itu sambil bergumam.

"Akhirnya, berhasil kabur." ujar Dannis dengan senyuman lebarnya. Ririn terkekeh kecil mendengarnya. "Bagus ya?" Dannis memandang hamparan taman yang begitu luas, ia bisa melihat danau kecil di ujung sana, dan jika ada sunset, disini akan terlihat jelas sekali.

"Udah lama gue gak kesini. Dulu, ayah sering ngajak gue kesini,"

Dannis mengangguk-angguk "Jadi, lo suka?"

Perempuan itu berbalik menghadap Dannis, ia tersenyum manis "Ya gue suka, gue suka setiap lo ajak gue ke tempat yang gak terduga. Mulai dari kebun binatang, pasar tradisional, pasar malam, dan sekarang, taman bunga."

Dannis ikut senang mendengar, kalau Ririn suka dengan tempat ajakannya. "Gimana kabar ayah lo?"

"Setiap hari membaik," Ririn memetik bunga daisy "Lo sendiri?"

"Apa?"

"Kabar lo gimana?"

Dannis terkekeh mendengar pertanyaan Ririn, lalu duduk di rerumputan dengan kedua kaki dipeluk. "Gue baik-baik aja."

"Gue denger dari Amanda, kalau dia pacaran sama Sean," pernyatan Ririn membuat Dannis menegang "Apa lo masih baik-baik aja?"

Cowok itu mengubah posisi duduknya menjadi tidur. Kedua tangannya berada dibelakang kepalanya utuk dijadikan bantalan. Ia menghela napas lelah

"Gue tau, kalau lo gak baik-baik aja, Dan." Ririn duduk disampingnya, ia bisa melihat lingkaran hitam dibawah mata Dannis dengan jelas, laki-laki itu pasti tidak tidur selama beberapa hari ini, karena memikirkan hal itu.

"Gue berusaha melupakannya, tapi, gue gak bisa."

Ririn ikut berbaring disebelahnya, termangu mendengar ucapan Dannis. Ia tidak terkejut mendengarnya, tentu saja ia begitu mencintai Amanda. Dan fakta itu membuat Ririn sakit.

Mungkin bibirnya memancarkan kesenangan.

Tapi, matanya memancarkan kesedihan.

Kedua-duanya sama sakitnya. Sama-sama merasakan rasa sakit yang sama.

"Sakit ya, ketika lo tau, kalau orang yang lo sayang, sama sekali gak tau perasaan lo yang sebenarnya. Tapi, lebih sakit lagi, kalau lo berusaha ngerelain dia, tapi sebenarnya, lo gak bisa. Jadi, satu-satunya pilihan lo adalah bertahan."

Dannis menatap Ririn yang berbaring di sebelahnya, kedua matanya tertutup menikmati udara segar di taman ini. Sedangkan Dannis, ia bertanya-tanya siapa yang dimaksud dengan dia dikalimat Ririn tadi.

Suasan taman yang sepi, serta angin yang sejuk membuat Dannis mengantuk, apalagi mengingat kalau ia belum tidur beberapa hari. Ia hanya ingin beristirahat untuk mengurangi bebannya.

Jadi, ia menyumpal telinganya dengan earphone lalu menyetel lagu. Matanya ikut memejam ketika suara mengalun lembut.

All I want is nothing more

To hear you knocking at my door

'Cause if I could see your face once more

I could die a happy man I'm sure

When you said your last goodbye

I died a little bit inside

I lay in tears in bed all night

Alone without you by my side

But if you loved me

Why'd you leave me?

Take my body

Take my body

All I want is,

And all I need is

To find somebody.

I'll find somebody like you.

A/N: Hai! Selamat berpuasa bagi yang muslim :) x

With YouWhere stories live. Discover now