Bab 32. Berpapasan

Start from the beginning
                                    

Ia menatapnya lama, sebelum kemudian meraih penutup wajah itu dan memakainya.

Liliana berdiri, berjalan mengambil jubah miliknya dan membungkus tubuhnya erat.

Keluar untuk beberapa saat tampaknya tidak akan bermasalah.

Itulah pikiran yang terbersit di kepala Liliana ketika ia mengikat simpul jubah miliknya, dan berjalan keluar dari dalam kamar.

Menyempatkan diri untuk mengetuk pintu kamar Asher dan Kyle beberapa kali, namun tidak ada tanggapan sama sekali. Yang menandakan jika kedua pria itu tampaknya benar benar tengah berada diluar.

Liliana berjalan turun, bergerak menuju pintu keluar penginapan seraya menoleh ke kanan dan kekiri. Mencari dimana Titi berada.

Ia bergerak menuju kearah dimana ia melihat Titi sebelumnya, berbelok menuju gang bagian dimana kamar nya berada dengan langkah yang cukup tergesa.

Hingga tak sengaja bersenggolan dengan sosok yang muncul dari arah berlawanan.

"Maafkan aku tuan." Ucap Liliana cepat, seraya berbalik menatap korban yang telah ia tabrak.

Sesosok tubuh yang sama sama berbalut jubah itu berdiri diam, memunggungi Liliana.

Namun dilihat dari postur tubuh tegap dan kekar, tentu Liliana langsung mengetahui jika sosok dihadapannya merupakan seorang laki laki.

Jubah yang dikenakannya tampak sangat lusuh dan penuh tambalan, namun hal itu malah membuat Liliana mengernyit.

Pasalnya, meski jubah pihak lain tampak sangat sederhana dan compang camping, namun ujung sepatu pihak lain tampak sangat bersih. Bahkan hingga mengkilat tanpa satupun debu yang menempel.

Sementara logika yang bisa Liliana ambil.

Lingkungan desa dimana gang serta jalan utama yang sebelumnya ia lewati tampak lumayan kotor dan berdebu, melihat sepatu pihak lain sangat mengkilat tanpa sedikitpun debu yang menempel. Tentu cukup mengherankan.

"Tidak masalah."

Liliana bisa mendengar suara rendah pihak lain menimpali ucapannya.

Tubuhnya seketika tertegun, mematung tak bergerak hingga pria asing itu kembali melangkah dan berjalan pergi.

Namun meski begitu, Liliana tampak tetap mematung ditempatnya hingga beberapa saat kemudian.

Punggungnya terasa sangat dingin.

Sepersekian detik, sebelum pria itu berbalik. Mata berwarna merah darah itu mengintip dibalik helain rambut hitam serta tudung jubahnya.

Menatap kearah Liliana dengan lurus dan intens.



****




Simon mengangkat gelas berisi minuman berwarna kuning transparan itu kembali kebibirnya.

Meneguk beberapa tegukan besar sebelum kemudian kembali menaruhnya dengan bantingan marah keatas meja.

Jika saja kedai tempat dimana dirinya saat ini tidak penuh dengan para pria yang tengah melakukan hal yang sama, tampaknya tindakan emosional Simon akan terlihat dengan jelas oleh seluruh pengunjung kedai.

Berbeda dengan sekumpulan pria kasar lain yang tampaknya telah kehilangan kesadaran nya akibat meminum minuman yang sama persis dengan yang dimiliki Simon, pria itu tampak masih sangat tegar. Duduk dengan santai diatas kursinya tanpa ada tanda tanda mabuk sama sekali.

Tatapan matanya hanya sesekali menunduk, menatap botol kecil digenggamannya lamat.

Kepalanya seolah terbayang kembali sosok jelita yang tampak tersenyum kearahnya dengan indah.

FIELD OF DAISIES Where stories live. Discover now