Bab 23. Tawaran

216 28 0
                                    

Suhu pagi hari terasa sangat menusuk tubuh Kyle.

Pria itu menggeliat dengan malas diatas ranjang kayu miliknya, berusaha menutupi tubuhnya dengan selembar kain yang sedari awal digunakannya sebagai selimut.

Namun, seolah udara dingin itu mampu menembus masuk hingga meniup langsung kulitnya. Kyle pada akhirnya terpaksa terbangun dan duduk diatas ranjangnya dengan wajah tertekuk.

Tidurnya semalam benar benar tidak membaik sama sekali, selepas kejadian penyerangan tiga hari lalu. Tidak satu malam pun Kyle bisa memejamkan matanya dengan tenang dan tertidur dengan nyenyak.

Bayangan seseorang yang seolah olah hendak mendobrak masuk pintu rumah kapan saja terus membayangi Kyle setiap malam, membuatnya terjaga hingga dini hari.

Dengan pikiran yang masih berkabut dan tidak fokus, matanya menatap kearah ranjang kayu milik Asher. Dan mendapati ranjang kosong dan juga selembar kain selimut diatasnya telah terlipat dengan rapi.

Matanya beralih menatap jendela yang terbuka lebar disebelah ranjang Asher, ia menduga jika kapten itu sengaja meninggalkan jendela dalam keadaan terbuka untuk membangunkannya.

Kyle menghela nafas, bangkit dari ranjang setelah sempat terdiam beberapa saat. Merapikan bantal serta selimut miliknya, dan berjalan gontai menuju pintu.

Ia menarik pintu kayu itu seraya menguap dan menggaruk kepalanya, matanya tampak masih belum mendapat kesadaran sepenuhnya.

Sebelum disaat berikutnya, matanya secara spontan terbuka lebar, cerah dan sadar sepenuhnya.

Ia menggosok matanya beberapa kali, berusaha memastikan keaslian penglihatannya.

Setelah dirasa pemandangan didepan matanya asli, Kyle berjalan dengan tergesa mendekat kearah meja makan diruang tengah.

"Lily.." panggilnya pelan.

Sesosok gadis berbalut gaun yang dilapisi syal, serta rambut panjang putih yang di ikat santai itu menoleh ketika mendengar panggilan Kyle.

"Selamat pagi Kyle." Jawab gadis itu amat sangat lembut hingga seolah terasa seperti bisikan.

Kyle menatap fokus wajah kuyu, lemah, dan pucat Liliana. Sama sekali tak menghiraukan penampilan acak acakan nya saat ini.

Fokusnya benar benar tertuju kearah gadis yang saat ini duduk tenang dikursi meja makan.

Melihat Liliana kembali, berbagai macam pertanyaan serta kecemasan yang selama beberapa hari telah menumpuk dalam diri Kyle seolah membeludak. Namun ketika melihat sosok lemah dan juga halus gadis itu saat ini, berbagai pertanyaan dan juga permintaan maaf yang hendak ditanyakan Kyle seolah tersapu bersih, menguap begitu saja. Hanya menyisakan pertanyaan mengenai bagaimana kondisi gadis itu.

"Apakah kau.. Baik baik saja?" Tanya Kyle amat hati hati, seolah takut suaranya yang terlalu keras akan membuat gadis itu terkejut.

Melihat sorot cemas yang sangat jelas dikedua bola mata pria itu, seulas senyum tipis terbit di bibir kering dan pecah pecah gadis itu.

"Aku baik baik saja." Timpal nya lembut.

Kyle menghela nafas penuh beban.

Tatapannya menyapu sosok kekar yang tengah duduk dikursi diseberang meja tepat dihadapan Liliana, sementara sosok itu tampak sama sekali tak menatapnya, tatapannya tertuju lurus. Menatap Liliana.

"Makanlah sesuatu."

Liliana menoleh begitu mendengar suara Asher kearahnya.

Ia menggeleng pelan. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan."

FIELD OF DAISIES Where stories live. Discover now