Bab 14. Penyusup

242 29 1
                                    

Dengan cahaya remang remang dari lentera yang Liliana bawa, ia memberanikan diri menyusuri hutan disaat matahari sudah terbenam sepenuhnya.

Meski terbilang masih cukup dini untuk menginjak waktu malam, namun melihat sekitar hutan gelap yang hanya diterangi cahaya kecil kunang kunang. Liliana merasa jika keputusannya untuk mencari tanaman obat disaat matahari sudah terbenam memang bukanlah keputusan yang bijak.

Ia mulai menyesalinya.

Titi, burung kenari kucing kecil yang selalu setia menemani Liliana menjelajah hutan terdengar bercicit diatas lentera yang Liliana bawa.

Liliana merengut. "Kau benar, bukankah bodoh untuk mencari sesuatu dikeadaan gelap seperti ini."

Titi kembali berkicau.

"Aku tahu, tapi ramuan yang sedang kukerjakan benar benar membutuhkan tanaman ini. Dan tidak bisa menunggu lama, jika aku menunda terlalu lama. Efeknya tidak akan terlalu baik." timpal Liliana.

Titi kembali bercicit seolah menimpali ucapan gadis itu.

Liliana tersenyum. "Tidak masalah, aku memilikimu untuk terus menemaniku kapanpun bukan?"

Titi terbang, dan hinggap di lengan putih Liliana sebelum berkicau dengan lembut.

Liliana tersenyum tipis dan terus melanjutkan perjalanannya menyusuri sekitar hutan.

Namun, setelah beberapa saat. Liliana mulai kehilangan senyum lembut miliknya diawal, raut wajahnya tampak menatap sekitar dengan lemah.

"Kupikir kita sudah terlalu jauh Titi." Ucapnya.

Titi berkicau.

"Aku ingat dengan jelas itu berada disekitar pohon sebelumnya, kenapa aku tidak bisa menemukannya sekarang." Sambungnya seraya menghela nafas. Raut wajahnya tampak sedih.

Titi mengepakkan sayapnya dan beralih hinggap di bahu Liliana, ia berkicau pelan disebelah telinga gadis itu.

Liliana mengangguk lemah. "Kau benar, kurasa aku akan mencari tanaman itu kembali besok. Kita sudah pergi terlalu jauh sekarang."

Titi bercicit menyetujui.

Liliana melirik sekelilingnya beberapa saat, berharap akan dengan tidak sengaja menemukan tanaman yang ia cari. Namun ternyata harapannya terlalu tinggi.

Ia kembali menghela nafas panjang, menyesuaikan posisi lentera ditangannya.

"Ayo kembali Titi." Ajaknya lalu berjalan kembali kearah darimana mereka berasal.

"Wah tempat apa ini?"

"Ini terlihat sangat berbeda dengan hutan gila yang sebelumnya kita lewati."

"Apakah ini benar benar tempat didalam hutan kasar dan liar sebelumnya?"

Liliana mematung ketika mendengar sayup sayup suara beberapa orang tengah mengobrol.

Raut wajahnya perlahan mulai terlihat panik.

Siapa itu?

Itu bukanlah suara Kyle maupun Asher.

Bagaimana mereka masuk?

Mendengar gemerisik suara pakaian bergesekan dengan rumput tinggi, serta derap langkah kaki yang terdengar berat.

Nafas dan juga detak jantung Liliana mulai bertambah cepat.

Ia dengan sigap mematikan lentera ditangannya, berjalan dengan langkah cepat kearah berlawanan dari arah sekumpulan suara itu datang.

Ia berjongkok, bersembunyi diantara deretan pohon tinggi melingkar yang memiliki ruang ditengah tengah. Tersembunyi dibalik rerumputan tinggi dan tanaman liar lainnya.

FIELD OF DAISIES Where stories live. Discover now