Phase 1 ; Just A Dream

Start from the beginning
                                    

"Awasi dia"

Mix terhenti di pintu berbalik menatap Earth tajam. "Tenang, gue ga bakal kabur", sinisnya yang kemudian menutup pintu dengan keras, meninggalkan Som dan wanita Jepang yang masih di dalam.

 "Tenang, gue ga bakal kabur", sinisnya yang kemudian menutup pintu dengan keras, meninggalkan Som dan wanita Jepang yang masih di dalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mix hampir saja membuang ponselnya ke laut. Namun ia terhenti sebelum benar-benar melemparnya. Ingatannya kembali ke dua hari setelah pemberkatan, ponselnya tidak lagi bisa dihubungi dan mengakibatkan remuk ponsel lamanya setelah pulang ke rumah mereka.

"Mix, adakah tempat yang mungkin mau kau datangi?", kali ini Som mengambil inisiatif untuk berbicara dengan Mix.

Mix yang masih mendidih dengan emosinya menatap Som dan wanita Jepang itu yang kepanasan. "Kak Som bawa kartu dia?"

Som mengangguk dan mengacungkan sebuah kartu hitam di depan wajah Mix. "Mari kita ke mall", ucapnya yang kemudian berlari kecil meninggalkan pantai.

Selama 2 minggu ini, Som adalah teman sekaligus baby sitter Mix. Hampir setiap ia keluar dari rumah, Som atau satu bawahannya akan mengikutinya seperti anak ayam. Tapi begitulah kehidupan yang mereka jalani selama 2 minggu ini.

"Mix jangan lama-lama ya marahnya"

Som selalu menjadi orang pertama selama dua minggu terakhir ini untuk menenangkan emosi Mix yang setipis tisu. Mix hanya mengangguk, apa lagi yang harus ia lakukan selain mengalah?

"BIsa apa sih aku kak? Baru dua minggu, pernah kakak lihat sehari kita baik?", ujarnya yang masih saja memasukan es krim ke dalam mulutnya.

Kali ini Som tersenyum menanggapi protes Mix, "Earth cuma orang yang kaku kok".

Mix menaikan senyum pahitnya, "Kak Som cuma mau bilang kalau aku harus bersabar kan? Aku tau kok kak. Tidak perlu diulang lagi"

Som menganggukan kepalanya dan memberikan senyum terbaiknya. Tapi Mix justru semakin muram, "Jangan berekspektasi padaku kak"

Selama ini, kak Som lah yang lebih memahami Mix dan hubungannya yang ruwet dengan Earth. Ia kembali mengingat energinya yang terkuras habis mempersiapkan pernikahan mereka setelah ospek kampus.

"Sejujurnya badanku cukup lelah kak, aku hampir hanya tidur 10 jam dalam seminggu kemarin"

Mix memijat pelan kepalanya yang kini semakin cenut-cenut. Som nampaknya menyadari bahwa Mix masih merasakan Jet Lag dari perjalanan -bisnis dan bulan madu- mereka. Dalam waktu 1 minggu ini, mereka hampir seperti mengitari Jepang. Tokyo, Osaka, Hokkaido hingga akhirnya mereka berada di sini Okinawa.

"Aku cuma pengen tidur di kamar seharian", jiwa kemalasan Mix selalu mendominasi.

Som mengangguk, mencoba mengerti keadaan Mix yang secara mental dan fisik sudah sangat lelah. Namun binar matanya masih segar untuk mencicipi masakan Jepang, tak terkecuali jajanan yang ada.

"Mau langsung balik ke hotel kah?"

Mix menerima tawaran Som yang sedang berbicara dengan guide tour mereka. Sepertinya yang Mix butuhkan memang istirahat. Semenjak ia mendarat di Jepang, siang hari Earth yang sibuk dengan kerjaan akan menendangnya keluar dari kamar hotel. Namun malamnya ia harus berada di samping lelaki itu menghadiri pesta bisnis yang menguras lebih banyak tenaga.

Selama 2 minggu mereka bersama, Mix menyadari bahwa ia memang tidak sejalan dengan Earth. Mix yang lively harus menyesuaikan dirinya dengan Earth yang strict. Di tambah jiwanya yang emosional tidak pernah cocok dengan ucapan Earth yang begitu kaku. Mungkin sudah terhitung sebanyak 30 kali perkataan Earth yang hampir sukses membuat Mix menangis. Namun Som, yang menjadi asisten -atau baby sitter- Mix lebih dewasa untuk menekan emosinya yang kadang membuncah.

"Beri aku waktumu 30 menit"

Setelah 2 minggu, Mix kini berani berdiri di depan Earth yang masih sibuk di meja kerja kamar hotelnya. Earth yang menatap Mix kemudian beralih ke laptopnya kembali, "kau boleh bicara"

Pemuda itu menghembuskan nafasnya kasar, lalu dengan sigap menutup laptop Earth dan menampilkan dirinya yang kini sudah bertatapan muka dengannya. Ia memberikan satu map berisi dokumen dari pengacara.

"Hutang tender bokap", ucap Mix memperjelas dokumen tersebut.

"50% Saham gue bisa joint dengan punya lo"

Earth menerima berkas tersebut untuk ia baca, kali ini MIx menarik kursi agar bisa berhadapan dengannya. Nada bicara Mix sedikit kendur, mencoba untuk menghormati Earth yang sekarang statusnya sudah bukan lagi sebagai partner bisnis.

"Kalau aku transfer saham ini ke kakak. Apakah Nikko masih support kita? Chimon masih kelas 11, tahun depan ia berencana ambil kuliah ke Amerika. Kalau pun cukup, aku ga bisa lihat papa sama mama yang udah terbiasa di posisi ini"

Helaan nafas Mix begitu pelan, seolah melepaskan seluruh beban yang ia tanggung. Earth menatap manik mata Mix yang masih menatap dokumen yang sedang ia pegang.

"Bisa aku mengajukan syarat?", ucapnya kemudian.

Mix mengangkat alis, "Aku ga ada apa-apa lagi Earth. Semenjak kita menikah semua barangku itu support dari kamu"

Earth menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak minta material", ucapnya sambil mulai menuliskan perjanjian tambahan.

"Okay. Apapun yang kamu mau, silahkan"

"Tidak ada kata cerai di perjanjian nikah kita"

Kalimatnya begitu dingin menembus permukaan kulit Mix. Bahkan kini, ia bisa merasakan dinginnya AC di setiap tarikan nafasnya. Sayangnya ia sudah berujar dengan apapun syarat yang diajukan oleh Earth. Ia mengangguk lemah.

"Ada lagi?"

Earth menandatangani dokumen tersebut, tak lupa ia menambahkan cap keluarga untuk validasi. Mix menghela nafas.

"How about us?"

Earth terdiam setelah mengangkat cap dari dokumen tersebut. Ia menatap Mix yang seolah putus asa menghadapi situasi ini. Atau lebih tepatnya memang sudah putus asa.

"What are we gonna be?"

Pertanyaan Mix membuat Earth makin bingung. "We are married. What are you supposed to know?"

"A married business couple?", tanyanya kembali.

"What are you trying to say?"

Earth tidak menyukai basa-basi Mix. Tapi Mix hanya membalas dengan hembusan nafas kasar dan mulai menarik dokumen miliknya. "Letakan saja di sini. Besok Som yang akan mengurusnya"

Mix mengangguk meninggalkan dokumen dan Earth yang kembali lagi membuka laptopnya. Jauh di lubuk hatinya, ia berharap kehidupan mereka berdua ke depannya tidak seburuk yang selalu ada di imajinasinya.

Tapi sayangnya, itu hanya mimpi yang tidak bisa terucap.

"It's only just a dream"

To Love With All Your Heart and Soul (EarthMix AU)Where stories live. Discover now