chapter 21

732 61 3
                                    

⚠️ rawan typo



"saya tidak suka kamu dekat dengannya!" ujar pria itu sambil menunjuk, tapi tangan itu langsung ditepis dengan keras.

"jangan kasar dengan anak saya, hans!"

"i don't care, saya tidak mau melihat hanni dekat dengan gadis miskin itu, paham?"

sementara hanni memegang kepalanya, pusing dengan pertengkaran yang terjadi secara tiba-tiba.

"stop pa, jangan bilang dia miskin!" marah hanni.

"DIA MEMANG MISKIN? KAMU GA TERIMA HAH?" bentak sang papa tepat didepan wajah hanni, sontak mama hanni yang melihat langsung menolak pria paruh baya itu untuk menjauh dari hanni.

"jangan kasar dengan anak saya, silahkan anda pergi dengan selingkuhan anda, jangan pernah urusin urusan kami, PERGI!" usir sang mama.

pria bernama hans itu menatap mantan istrinya dengan murka.

"DIA ANAK SAYA, DIA HARUS TUNDUK SAMA SAYA! kesal nya.

"ANDA SAMA SEKALI TIDAK BERKONTRIBUSI DALAM MEMBERSARKAN ANAK ANDA, HANS PRANATA! JADI STOP MENCAMPURI URUSAN ANAK SAYA!" potong sang bunda dengan emosi menggebu-gebu.

papa hanni menggelengkan kepalanya tidak percaya, ia tidak menyangka anak istrinya memiliki sifat yang tidak jauh beda, keras kepala.

"hei, sadarlah arine, anakmu tidak pantas bersanding dengan orang miskin seperti itu, ayolah jangan terlalu bodoh, kamu kurang becus dalam menjaga anakmu sampai ia bisa dekat dengan orang miskin huh? menjijikan" ejek pria itu sambil menatap mama hanni dengan remeh.

"orang selingkuh jauh lebih hina hans, tolonglah anda berkaca agar tidak menjudge orang sembarangan!" ujar mama hanni dengan lantang

dari atas hyein melihat langsung pertengkaran itu, bukan ia tidak mau menengahi, tapi ia juga tidak mau mencampurinya, takut dibilang anak kecil tidak perlu ikut-ikutan.

kemudian papa hanni beralih menatap hanni dengan tatapan tajamnya.

"dengarkan saya sefia hanni, jauhin dia atau kamu dalam masalah dengan saya, tolong jangan mempermalukan keluarga, dia bukan orang kaya, saya bisa mencarikan mu yang lebih dari dia" jelas sang papa berusaha membujuk hanni.

"tapi aku maunya dia pa, tolong jangan urusin urusan ku, aku sudah besar, aku bukan anak kecil lagi, dan tolong pa, jangan pernah datang kalau hanya ingin mencari keributan, aku udah bahagia sama mama dan hyein, tinggal dirumah ini, tinggal dengan kehangatan seperti ini tanpa papa" ujar hanni dengan air mata yang terus mengalir sejak tadi.

*plakk

hanni memegang bekas tamparan diwajahnya, perih dipipi dan sakit dihati ia rasakan secara bersamaan.

"HANS, ANDA KETERLALUAN!" bentak sang mama, ia langsung mendekati hanni lalu menelepon satpam untuk menyeret mantan suaminya itu keluar dari rumah ini.

hyein yang awalnya hanya melihat akhirnya ikut turun mendekati hanni, ia menatap papa nya sekilas lalu tangannya langsung terulur membawa hanni jauh dari keributan itu.

"kak, telpon kak minji"

hanni mengangguk, ia menyuruh hyein masuk ke kamar dan hanni buru-buru keluar rumah karena tidak tahan dengan keributan, juga ingin menghubungi minji untuk menyuruhnya datang ke sini, tapi keberuntungan sedang berada dipihaknya, minji datang disaat yang tepat.

minji memeluk hanni semakin erat, ia memang sedari tadi melihat bekas merah di pipi hanni, tapi minji tidak mau banyak bertanya karena takut hanni semakin sedih.

MY PHAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang