"Amora" panggil Felix dingin.

"Lepasin aku Felix, tangan aku sakit" ucap Amora lirih

"Aku gak salah apa-apa, kenapa di borgol kek tahanan" lanjutnya meninggikan suaranya.

Felix diam, ia meletakkan kembali Piring yang ia pegang di nakas. Lalu menatap ke arah Amora dengan tenang.

"Kau bisa lepas, tapi berjanjilah untuk tidak dekat dengan pria manapun" ucap Felix datar.

Amora terdiam 'apa-apaan, mana tahan hidup ku Tampa menggatel Ama cogan' batin Amora kesal.

"Memangnya aku dekat dengan siapa hah? Aneh, oh atau kamu cemburu saat aku dekat dengan mas zar....."

"Jangan memanggil siapapun dengan panggilan itu" potong Felix tajam.

"Lah, itu cuma panggilan Felix , Lagian mas...."

"Amora..."

"Oke...lagian om zaren itu udah aku anggap sebagai Abang aku sendiri, dia baik, perhatian dan...."

"Stop Amora, atau kau tetap berada di sini selama- lamanya" potong Felix, terdengar menyeramkan.

"Makanlah"

Felix menaruh piring berisi nasi di dekat Amora, lalu melangkah meninggalkan Amora sendiri.

"Bangsat, cemburu bilang boss... Ni lagi, aku di suruh makan pake tangan kiri gitu? Fuck you FELIX!!" Teriak Amora kesal.

Namun percaya lah, Amora berharap Felix tak mendengar umpatan kekesalannya itu.

Amora masih tak menyangka akan di borgol begini oleh Felix,  menurut Amora ini sedikit berlebihan.

Lucu, Felix memborgolnya hanya karna tak ingin Amora dekat dengan zaren.  padahal dia sendiri dengan santai dekat dengan seorang Eca, bahkan lebih dekat dari yang di bayangkan.

Amora juga cemburu saat itu, namun ia tak pernah berniat memborgol Felix atau menghukum pria itu.

Merasa lapar, Amora terpaksa makan dengan tangan kirinya, walau agak ke susahan namun ini demi cacingnya yang sedari tadi berdemo.

"Lagian, borgolnya tangan kiri kek, ini malah tangan kanan..... Sialan emang" ucap Amora di sela kesusahannya memotong daging ayam.

Pintu kembali terbuka, Amora menoleh dan mendapati wajah datar Felix dengan tangan menenteng buah - buahan.

Felix mendekat, mendapati piring tadi telah kosong. Ia tersenyum tipis lalu meletakkan piring itu di nakas. Ia meraih segelas air putih lalu memberikannya pada Amora.

Amora yang memang ke hausan menerima dengan enggan gelas tersebut, lalu meneguk nya hingga tandas.

"Aku akan membebaskanmu,  jika kamu mau berjanji Amora " ucap Felix datar, tangannya sibuk mengupas apel yang ia bawa.

"Hmm"

"Makanlah"

Felix menyodorkan sebuah apel yang telah ia kupas pada Amora, dan  di sambut baik oleh gadis itu. Walau Amora nampak enggan menatapnya.

"Tidurlah setelah ini"  ucap Felix lalu melangkah kembali keluar dengan nampan berisi piring serta gelas kotornya.

......

Nadira menatap pintu kamar Felix dari kejauhan, ia tadi sempat mengintip saat bi Imah memasuki kamar itu dan sekilas melihat Amora yang di borgol.

Bukan Nadira kegirangan sekarang, melainkan khawatir. Ia takut Felix akan mencincang-cincang Amora.

Nadira bukanlah gadis jahat, dan sudah ia katakan pada Amora jika ia sudah tak ingin lagi memperjuangkan Felix.

Amora pernah baik padanya, Amora pernah menolongnya dari bullyan kedua sahabat gadis itu. Jadi inilah waktu Nadira untuk membalas Amora.

Sedari tadi Nadira memikirkan cara untuk membantu Amora, namun kamar Felix terlalu susah untuk di masuki.

Selain di jaga oleh dua orang bodyguard juga terdapat beberapa cctv di sana. Nadira juga sayang nyawa, ia juga bukan gadis baik yang rela mengorbankan diri demi Amora.

Jadi, yang Nadira fikirkan sekarang menyelinapkan sesuatu yang bisa membuat Amora lepas dari borgolnya. Setidaknya itu bisa sedikit membantu.

Namun sudah berjam jam ia memikirkannya, tetap saja otak Nadira tak bisa menemukan jawabanya.

Lelah, Nadira memilih untuk tidur berharap Amora akan baik - baik saja, dan di bebaskan esok harinya.

.....

Pagi harinya, Amora terbangun dengan tangan yang masih di posisi yang sama, gadis itu menduduki dirinya mengucek pelan matanya dengan tangan kirinya.

"Pengen pipis" ucap Amora pelan.

Tak ada yang bisa Amora lakukan selain menahan kencingnya, menunggu Felix datang.  Tak mungkin kan ia mengencingi kasur mahal Felix.

Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka menampilkan sosok Felix yang nampak telah menggunakan pakaian kantornya.

"Lepasin aku Felix... Atau kamu boleh aku pipisin kasurnya" ucap Amora cepat.

"Berjanjilah terlebih dahulu, baru ku lepaskan kau" ucap Felix santai.

Amora menghela nafas pasrah, ia meraih tangan Felix menatap sendu ke arah pria itu.

"Aku janji, aku janji gak akan deketin pria manapun itu" ucap Amora dengan wajah seriusnya

'tapi aku tak berjanji untuk tak menatap cogan lain ya kang' batin Amora.

Felix nampak tersenyum tipis dan mulai melepaskan borgol Amora. Amora tersenyum senang saat tanganya telah bebas, lalu Tampa menoleh pada Felix segera berlari menuju pintu yang ia tebak adalah toilet kamar Felix.































Vote comen gaes






Amora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang