Ibu Tiri julid

80.8K 4K 25
                                    

~~Happy Reading~~

^^Tandai jika ata typo^^

°°Terima kasih sudah membaca °°

¤¤ Jangan lupa comen dan votenya ¤¤

Amora melangkah dengan gusar kesana ke sini. Wajahnya nampak panik dengan kedua tangan berdecak pinggang.

Tadi saat pulang sekolah ia di telpon seseorang dengan nama kontak Daddy, pria yang mengaku ayahnya Amora itu mengatakan kalo ia memetintahkan amora untuk pulang kerumah malam ini.

Amora ingin menolak, bagaimanapun juga ia belum tau amora asli gimana, dan nanti pasti ia akan terlihat aneh.

Namun belum menyampaikan penolakanya ancaman dari suara di sebrang sana berhasil membuat amora mengiyakan dengan terpaksa.

Hey pria itu mengatakan jika amora tak datang tak ada uang bulanan. Mana uang amora yang dulu sudah hampir abis lagi di belanjaain amora.

"Pake baju apa? Aku nanti harus gimana? Ah pasti nanti ada drama, amora kan punya ibu tiri ples kakak tiri, mampuslah" ucap amora, ia ingat saat membaca sebuah diary amora asli bahwa ibu tirinya cukup menyebalkan dan memuakkan.

"ah udah jam tujuh, aku harus siap-siap cepat ini"

Amora segera bersiap, ia sudah mandi dan hanya tinggal mencuci wajahnya.

Selesai mencuci wajah lalu ia melangkah ke arah lemari pakaian, ah ia tak tau harus memakai apa. Baju-baju amora asli yang kekurangan bahan sudah ia simpan di tempat aman, ia juga tak punya dress atau apalah.

Kebanyakan bajunya hanya baju kaos dengan ukuran jumbo serta celana kulot.

Lama memikirkan baju apa akhirnya amora memutuskan mengenakan celana kulot berwarna crim dan kaus jumbo betwarna hijau tua.

Sekarang ia berpindah pada meja riasnya, di sana hanya ada scincare dan liblam. Amora segera mengikat poninya yang sudah mulai panjang. Rambut panjangnya yang lurus ia biarkan tergerai. Lalu amora segera menggunakan serum serta liblam untuk bedak itu tak perlu.

Amora menatap pantulanya di cermin, cukuo sederhana. Ah ia nanti akan mengenakan hodie, malam ini pasti dingin.

"Serah deh, kan cuma kerumah bapaknya Amerta, bukan ke acara penting" ucao amora dan segera beranjak keluar dari apartemenya.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤

"Wah, gede juga"

Amora berdiri di depan sebuah rumah berlantai tiga, dengan halaman yang luas serta lampu-lampu di mana-mana.

Ia melangkah dengan santai, padahal di dalam hatinya sekarang sudah terkagum-kagum.

Ada beberapa pelayan yang amora jumpai, mereka nampak tersenyum sopan, amora yang merasa segan membalasnya tak jala sopan.

"Non, tuan sudah menunggu di ruang makan" seorang wanita paru baya datang mendekatinya.

Amora mengangguk, rumah ini luas--jadi di mana ruang makannya?

Mengikuti insting Akhirnya amora sampai di sebuah ruangan yang sudah di isi oleh beberapa manusia berbeda usia.

Semua mata menatap ke arahnya, amora sedikit gugup namun dengan cepat mencoba berpura-pura asyik..

"hehe, sorry telat" ucap amora cengengesan dan lansung duduk di bangku yang kosong.

"Gak papa sayang, nah sekarang kamu makan dulu yah" Amora terdiam sesaat, makanan yang ada di hadapanya ini sangat jarang Amora dapat memakanya.

Tak perlu ia sebut satu persatu, amora memilih makan makanan yang sudah di ambilkan wanita yang menyapanya tadi.

"Pelan dong sayang, nanti keselek, kayak gak pernah makan lima hari aja.... Hihihi yakan mas? "

Amora berhenti menyuap, menatap wanita yang sama lalu matanya beralih menatap seorang pria paru baya yang masih terlihat tampan walau sudah beruban.

"Iya tante, tapi gak lima hari...cuma sehari kok" ucap Amora sambil tersenyum polos.

Ia sedikit risih mendengar ucapan wanita itu, walau ada kata 'sayang'tapi amora merasa jika wanita itu mengejeknya. Terserah yang penting dia kenyang, dapat duit trus cabut deh.

'ehem'

"Makan dulu sayang, nanti kita baru ngobrol yah" pria paru baya itu membuka suara, namun bukan untuk Amora.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

"bagaimana sekolah mu? "

Suara bas itu memecah keheningan, Amora yang sedari tadi fokus bermain hanphone menatap pria paru baya itu.

"Baik-baik aja" jawab amora sedikit ragu, ia berfikir mengingat apakah sekolahnya mengalami kerusakan apa tidak. Seingatnya tidak, sekolahnya masih aman dan masih berdiri kokoh. Jadi tak salah ia mengatakan baik-baik aja.

"benar ni?? Kata kakak mu kamu gak di pilih ikut olimpiade tahun ini?? Terus kamu tidur di kelas? Trus katanya kamu pacaran terus di belakang sekolah" wanita yang belum di ketahui oleh Amora namanya siapa itu nampak memancing singa untuk keluar kandang rupanya.

"Oh ya tan? Emm anak tante benar kok, cuma gak semuanya benar, amora bukannya gak di pilih cuma emang gak mau aja, terus amora gak pacaran kok" jawab amora

"oh ya? Berarti kakak mu salah dong sayang, maafkan mommy"

"gak papa tante, amora ngerti kok"

"Amoraa!! dari tadi daddy perhatikan kau tidak mamanggil mommy"

Amora terdiam, ia menatap lelaki paru baya baya yang menegurnya denhan suara datarnya.

Amora tersenyum lebar menanggapinya. Dalam hatinya seadang berperang mendengar teguran itu, hey jangankan manggil ibu tirinya mommy mangggil ayah kandungnya daddy saja amora lansung geli.

Ia tak terbiasa dan merasa tak pantas, ingat dia bukanlah Amora Vendiras Amerta melaikan Amora Lendari.

"sorry, aku nggak terbiasa"

"Biasanya kamu manggil mommy kok sayang, gak papa mas mungkin amora lagi kesal sama aku"

"gak kok, kapan aku bilang kesal sama tante, aku cuma ngerasa gak pantas bilang mommy agak lain"

"hah mommy kira kamu sudah menerima mommy amora"

"biasa aja ah"

Aron daddy amora menijit keningnya, pusing mendengar perdebatan antara anak dan istrinya. Ia tak mau membela di sini, kalo ia membela istrinya maka Amora akan merajuk dan bertambah jauh darinya namun jika ia membela amora maka nangan harap dapat jatah malam ini.

'Ehemm'

Yah sepertinya ia harus mengakhiri ini secepatnya.

"Uang bulanan mu sudah daddy transfer, jangan terlalu boros... Dann daddy harap kau mau kembali ke rumah Amora, tinggal sendiri tidaklah aman" ucap si daddy itu terdengar tenang.

Amora mengangguk, biarkan saja si daddy ini berharap namun amora tak akan mewujudkan harapanya. Enak saja ia di suruh kembali kerumah dan tinggak dengan ibu tirinya yang julid dan suka mancing-mancing emosi, di tambah lagi dengan anak-anaknya, walau tak bertemu secara lansung dengan si kakak yang memfitnahnya Amora yakin kakak nya itu lebih menyebalkan dari si adik yang sedari tadi hanya menatap amora tajam.




Jangan lupa vote nya dan comen dan follow akun ku :)

Terima kasih sudah membaca :)


Amora (END)Where stories live. Discover now