TO BE 12

2.1K 192 3
                                    

Sekarang Lio tengah di baringkan di box bayi khusus untuknya, netra Lio tidak henti memandang kamar yang di desain khusus untuknya, terlebih lagi disana juga sudah tersedia semua benda yang di perlukan untuk seorang bayi.

Lio terpukau sejenak, tapi itu tidak dapat meluluhkan hatinya, dan sejak tadi ia berfikir, mungkin untuk kedepannya ia tidak akan merepotkan orang orang yang berada di dekatnya, walau pun tubuhnya yang berada di raga bayi, karena ia takut kebaikan keluarganya sekarang akan berubah setelah ia tumbuh dewasa, dan ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menepatinya.

"Lio tunggu sini dulu ya, bunda akan keluar sebentar." Pamitnya pada sang anak, lalu keluar dari kamar.

Sedangkan Lio yang di tinggalkan seorang diri, ia malah merasa tenang, tetapi Lio juga heran, kenapa ia selalu merasa kantuk walau pun hanya beberapa saat setelah ia bangun?

Sudah lima belas menit terlewati, Nindira tidak kunjung menampakkan diri, malahan sekarang kakak keduanya yang datang berkunjung.

Ethan berjalan dengan sangat hati hati, ia takut jika akan mengagetkan adik kecilnya.

"Hai adik." Sapanya, kemudian ia mengusap pelan pucuk kepala sang adik.

"Kamu lucu..." sanjungnya pada sang adik.

"Ah ya, bunda masih di bawah, habis ini bunda kesini, yang sabar ya, adik pinter walau pun sendirian nggak takut." Jelasnya walau pun dirinya tidak yakin adiknya akan mengerti semua yang ia ucapkan.

Ah Ethan jadi ingin menciumi pipi sang adik karena terlalu gemas, apalagi saat adiknya itu seolah olah mendengarkan apa yang ia ucapkan.

Lio hanya bisa mengedipkan mata layaknya bayi berusia satu bulan saat sang kakak berbicara padanya.

Ya mau bagaimana lagi, memang apa yang bisa ia lakukan saat berada di tubuh seorang bayi yang masih berusia satu bulan?

"Ethan ngapain?" Tanya Nindira setelah melihat Ethan berada di kamar anak bungsunya.

"Ini bunda, aku tadi cuma mau liat adek aja kok, kan kasian kalo bunda tinggal sendirian." Balasnya.

"Baiklah, ini waktunya bagi adik kamu untuk minum susu." Ucap sang bunda.

Ethan bergeser ke samping saat bunda berjalan ke box bayi tempat Lio.

Nindira memposisikan Lio kedalam gendongannya, kemudian ia mulai menyusui Lio, namun sepertinya anaknya itu menolak, bahkan sekarang anaknya itu enggan untuk membuka mulutnya.

"Ayo Lio, ini saatnya kamu minum susu!" Ucapnya.

"Ada apa bun?" Tanya Ethan yang berada di samping sang bunda.

"Adikmu ini tidak mau membuka mulutnya, padahal sekarang sudah waktunya untuk minum susu." Khawatirnya.

"Biar aku panggilkan ayah bun." Ucap Ethan lalu keluar dari sana untuk memanggil sang ayah.

Nindira berusaha memasukkan nipple miliknya, namun anaknya juga semakin enggan untuk membuka mulut kecilnya, itu membuat Nindira khawatir.

"Ada apa sayang?" Tanya Gerald menghampiri sang istri.

"Ini mas, Lio nggak mau membuka mulutnya untuk minum susu." Jelasnya.

"Apa perlu kita panggil dokter?" Tanya Gerald pada sang istri.

"Tidak perlu mas, mungkin Lio masih kebingungan, karena sebelumnya ia minum menggunakan selang." Tolaknya.

"Lebih baik kau bantu aku untuk membuka sedikit mulut Lio, walau pun tidak tega, tapi kita harus." Pintanya.

Mendengar permintaan sang istri, Gerald mengangguk dan menghampiri sang anak yang berada di gendongan istrinya.

Tangannya terulur membuka mulut Lio dengan lembut, walau pun ada sedikit paksaan.

'Tidak, aku tidak mau'  kekeh Lio di hati.

Walau pun Nindira adalah ibunya, tapi sekarang jiwanya berusia enam belas tahun, ia merasa sungkan untuk melakukan hal seperti itu.

Lio berusaha menolak, namun sang ayah masih memaksanya untuk membuka mulut kecilnya, mungkin tidak ada pilihan lain selain ia menangis, padahal dirinya sudah berjanji tidak akan merepotkan orang terdekatnya.

'Maaf' batinnya sebelum melakukan aksinya.

OEK OEK OEK

Nindira mengambil kesempatan dengan memasukkan nipple miliknya, bukannya diam sang anak malah lebih mengeraskan tangisannya.

Suara tangisan itu bahkan sampai terdengar di lantai satu, Nindira dan Gerald di buat kelimpungan, sebenarnya ada apa dengan anak bungsu mereka?

Akhirnya Nindira mengalah, tidak ada pilihan lain selain mengurungkan niatnya.

"Udah udah, bunda nggak akan maksa lagi kok, Lio tenang ya." Ucapnya agar sang anak berhenti menangis.

"Gimana ini mas?" Tanyanya pada sang suami.

Gerald bingung mau menjawab apa, karena baru kali ini dirinya juga seperti ini.

"Coba mas buatkan susu dalam dot, mungkin Lio akan tenang setelah minum dari dot" pintanya.

Dengan tergesa gesa Gerald membuatkan susu untuk sang anak, sedangkan Nindira berusaha menenangkan Lio dengan menimang nimang.

Bak di sihir, setelah susu yang Gerald buat mendarat di mulut kecil Lio, bayi itu langsung terdiam, itu membuat mereka tercengang, ingatkan mereka agar selalu memberikan susu dalam dot untuk Lio jika tidak ingin kejadian hari ini terulang lagi!.

.
.
.
.

Semenjak kejadian Lio tidak mau meminum asi miliknya, Nindira hanya membuatkan susu formula untuk Lio dibantu dengan MPASI, ya tentunya dengan kualitas yang menurut Nindira bagus.

Dan sekarang, usia Lio telah menginjak sepuluh bulan, Nindira dibuat khawatir karena tingkah anaknya tidak seperti bayi pada umumnya, anaknya itu lebih pendiam, bahkan anaknya jarang sekali rewel, apalagi anaknya tidak pernah mengeluarkan suara kecuali ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.

Namun ada satu yang membuat bayi kecilnya itu antusias, yaitu saat kedua kakaknya datang untuk bermain dengannya, ya walau pun tidak seaktif bayi pada umumnya.

Dan Lio baru bisa merangkak pada usia sembilan bulan, Nindira tau bahwa tumbuh kembang anak berbeda beda, tapi ia tetap saja khawatir.

Seperti sekarang, saat ini Nindira tengah menyuapi makanan bayi pada Lio, kebanyakan anak pasti akan rewel dan menolak makanannya, namun Lio tidak, ia bahkan memakan habis tanpa rewel.

'Kenapa kak Niel sama kak Ethan belum sampai?' Tanya Lio dalam hati.

Mungkin Lio lupa bahwa sekarang masih jam delapan pagi, kakaknya baru berangkat satu jam yang lalu, mereka berangkat saat Lio masih tertidur.

Tidak ada yang spesial di setiap harinya, apa yang bisa dilakukan bayi sepuluh bulan selain makan tidur dan bermain?

"Wah, anak bunda pintar!" Sanjungnya pada sang anak karena telah menghabiskan makanannya.

"Nah sekarang waktunya minum susu!" Ucap Nindira sembari menyodorkan botol dot milik Lio.

Suara sang bunda melunturkan lamunan kecilnya, tangannya meraih botol dot yang di berikan sang bunda.

Sebenarnya beberapa hari ini Lio merasakan tubuhnya kurang nyaman, terlebih lagi saat ia menghabiskan makanannya, ia hampir memuntahkan makanan yang ia makan, dan beberapa hari ini ia merasakan sepertinya nafasnya menjadi lebih cepat dari biasanya.

Lio tidak rewel, ia tidak ingin membuat orang tuanya kerepotan, cukup tahan dan mungkin ia akan mulai terbiasa dengan kehidupan yang baru ini.
















Jangan lupa Vote and coment juseyo (^-^)/

TO BE PERFECT(D.R) ✔️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant