TO BE 5

2.6K 219 0
                                    

Pukul sepuluh malam, Enthan baru tiba di mansion, setelah seharian penuh ia keluar bersama dengan sang bunda, awalnya ia menolak, namun, mendengar rengekan sang bunda yang ingin menghabiskan waktu berdua dengannya ia jadi tidak tega, akhirnya ia memilih menuruti kemauan sang bunda dengan menemani bunda berbelanja bahkan berkumpul dengan beberapa teman sang bunda.

"Bun, Ethan ke kamar dulu ya!, mau bersih bersih sekalian langsung istirahat." Pamitnya pada sang bunda.

"Iya, lebih baik kamu langsung aja istirahat, jangan begadang nanti!" Peringatnya pada sang anak.

"Ah iya, terima kasih udah mau temenin bunda ya!" Ucapnya penuh kasih.

"Hem.. aku ke atas dulu" pamitnya.

Ethan berjalan memasuki kamar miliknya, dalam fikirannya, ia seperti melupakan sesuatu, namun ia tidak ingat apa itu, akhirnya ia memilih abai dan membersihkan dirinya, kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang sambil bermain ponsel miliknya.

Ethan merasa tidak enak, entah kenapa semakin ia ingin mengabaikan perasaan yang mengganjal malah semakin membuat hatinya tidak tenang.

Ia berusaha mengingat ingat, selang beberapa menit kemudian, akhirnya dia ingat apa itu setelah melihat beberapa riwayat panggilan dari zang adik, ia telah berjanji pada sang adik bahwa dirinya akan menjemput adiknya.

Dengan perasaan tidak enak ia memutuskan menghampiri sang adik, saat tiba di depan kamar Lio, Ethan mengetuk pintu kamar beberapa kali, namun tidak ada sautan dari sang adik, ia kemudian mencoba masuk, namun pintunya telah di kunci, Ethan sedikit bingung, tumben sekali adiknya mengunci pintu kamar.

TOK TOK TOK

"Lio ini kakak!" Tidak ada sautan, ia mencoba lagi

TOK TOK TOK

"Lio....." panggilnya sedikit keras.

'Tumben banget dia nggak denger' monolognya dalam hati, kemudian pergi dari kamar Lio.

Perlu di ingat, ada satu peraturan yang semua wajib di patuhi saat tinggal di mansion ini, yaitu jangan pernah mengunci pintu kamar, itu bertujuan agar memudahkan orang masuk jika terjadi hal yang tidak di inginkan.

Sekarang mereka semua tengah mengistirahatkan tubuhnya, tanpa menghiraukan sosok Lio yang terbaring di dinginnya lantai kamar mandi.

Sedangkan Gerald sedang berada di ruang kerjanya, bahkan ayah tiga anak itu tengah memeriksa berkas yang tadi di bahas pada saat rapat tadi.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia memutuskan untuk kembali ke kamar miliknya, senyum tipis terukir saat melihat sosok perempuan yang selama ini hidup bersamanya tertidur pulas di atas ranjang.

Gerald kemudian ikut merebahkan tubuhnya, lalu memeluk tubuh sang istri yang berbaring di sampingnya.

Ia berfikir, mungkin hidupnya akan sangat sempurna jika anak bungsunya itu tidak membuat ulah, perlahan matanya mulai terpejam menuju alam mimpi.

.
.
.
.

Sang fajar mulai sedikit menampakkan sinarnya, semua orang bersiap pada kegiatannya masing masing tanpa terkecuali di mansion milik Gerald, kegiatan di mulai seperti biasa.

Untuk kali ini, Gerald akan berangkat ke kantor lebih cepat dari biasanya karena ada meeting penting yang harus ia hadiri.

Setelah bersiap diri, Gerald memutuskan untuk membuka pintu kamar Lio, kemudian menuju kamar mandi yang kemarin ia kunci.

Pintu kamar mandi telah ia buka,namun tidak ada sosok sang anak keluar.

"LIO keluar, saatnya sekolah!" Panggilnya dari balik pintu.

TO BE PERFECT(D.R) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang