38. hinaan

188 24 0
                                    

Chapter 38. Hinaan. Tangis dalam hujan. Di ketik dengan 1672 kata.

-Bahkan hewan pun memiliki perasaan. Lantas, mengapa manusia yang sempurna bisa lebih kejam di bandingkan mereka? (Dania hasafa)

Seorang gadis yang memakai baju khusus asisten rumah tangga itu tampak mengepel lantai. Dania di tawari kerja di rumah Aliza oleh perempuan itu sendiri. Awalnya ingin menolak, tapi di sisi lain Dania sangat membutuhkan biaya hidupnya.

Tangan nya perlahan mengusap keringat yang mengucur. Ia menarik nafas nya lega, semua lantai sudah ia bersihkan saat pertama kalinya di terima kerja di sini. Bahkan, untuk istirahat saja dirinya nyaris tak sempat.

Dania memasukan gagang pel ke dalam ember yang berisi air keruh. Dia berniat untuk membawanya ke dalam wc, akan tetapi dirinya berpapasan dengan seorang perempuan yang sedang berjalan melangak-lengok. Calista lalu sengaja menyenggol Dania hingga membuat air dalam ember tumpah.

Dania menggeram, gadis itu mengepalkan tangan nya. Padahal lantai baru saja sudah kinclong tanpa ada kotoran, dan ulah Calista sukses mmebuat emosi Dania kembali meluap.

"Lo, kalo jalan hati-hati, dong, Dania! Sengaja banget mau nabrak gue?"

"Ohh, atau biar baju gue yang mahal ini, lo, kotorin gitu? Mau gue laporin tante Aliza?" ancam Calista mendelik. Dania membiarkan gadis itu mengoceh sendirian. Jangankan adu jotos, membalas dengan omongan saja rasanya sudah malas.

"Terserah," gumam nya sadir. Ia kemudian berbalik badan berniat mengambil air di wc untuk mengepel lantai lagi. Calista yang melihatnya pun langsung tertawa terbahak-bahak. Namun, selang beberapa detik mulai terdengar suara sesuatu yang terjatuh.

Brugh!

Dania menoleh ke belakang, betapa kagetnya Calista sudah tepar seraya memegang pinggul yang terasa nyeri. Dania terkekeh pelan, ia menatap cewek itu dengan amatir. "Emang enak?" ledek nya menjulurkan lidah.

"Calista!"

Calista tersenyum penuh kemenangan, dan itu seketika kekehan Dania tak lagi terdengar. Seorang lelaki yang betubuh jangkung tengah berjongkok untuk membopong Calista menuju kursi. "Dania," tegur Rahfa padanya sambil berjalan mengangkat tubuh sang gadis.

Dania memungut pel-an yang semula terjatuh. Padahal itu adalah karma untuk seorang perempuan yang sekalu menyombongkan hartanya semacam Calista. "Lo, harusnya bisa berterimakasih," ujar Rahfa.

Dania menunduk sambil mengulum bibirnya, dirinya tak berani menatap lawan bicara. "Berkat dia. Lo, bisa kerja di rumah ini."

"Kalo bukan gak ada yang bantuin, mungkin sekarang, lo, udah gelandangan," gumam Rahfa lagi. Dania memelototkan matanya, perkataan Rahfa mampu membuat hatinya sedikit sakit. Apakah lupa cowok itu bahwa dulu dirinya juga pernah merasakan menjadi gembel?

"Rahf---"

"Yaampun, Calista!"

Dania mlirik ke samping, Aliza sangat terkejut menghampiri tubuh Calista yang sedang terbaring lemah sembari memijat pinggul nya. "Kamu kenapa?" tanya nya.

"Gara-gara dia, tante...." Calista menunjuk wajah Dania yang ambigu. "Enggak! Cal, lo, jangan asal nuduh, dong! Lo, kan, tadi jatuh sendiri," bela Dania pada dirinya.

"Tante, Calista, kan, lagi menstruasi, gimana kalo gara-gara jatuh jadi mandul?" rengek Calista mengasal. Dania menautkan kedua alisnya tak suka. Kalau bukan kerja di sini, ia mungkin sudah membala omongan itu dengan penuh blak-blakan.

"Awas aja, lo!" kesal Dania berlirih. Aliza berdiri dan kemudian menunjuk ke arah lantai. "Berjongkok kamu, dan minta maaf sama calon menantu saya!" perintah nya kasar. Dania terdiam, ia tidak mau menuruti nya.

Tangis dalam hujan [Season 1] SELESAI✓Where stories live. Discover now