17. hilang sepatu

184 24 0
                                    

Chapter 17. Hanyut terbawa air. Tangis dalam hujan. Di ketik dengan 1344 kata.

-Mengapa dunia begitu kejam kepada kami yang tidak pernah jahat padanya? Apakah tolak ukur kebahagiaan itu dari harta, sehingga yang miskin akan di lupakan? (Rahfa halawiandra)

-Mengapa dunia begitu kejam kepada kami yang tidak pernah jahat padanya? Apakah tolak ukur kebahagiaan itu dari harta, sehingga yang miskin akan di lupakan? (Rahfa halawiandra)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jam delapan pagi, olahraga sudah di mulai. Semua murid kelas XII IPA6 sedang melakukan pemanasan, Dania memakai baju olahraga milik Rahfa sehingga terlihat kebesaran di badan ya. Pak Anton terus mengamati setiap murid hanya berkecak pinggang dengan mata menyelidik.

"Yang keras!" tegas pak Anton pada seluruh murid cowok dan cewek, akhirnya mereka pun menaikan suaranya dalam menghitung pemanasan.

Pemanasan sudah selesai, semua murid kompak mengusap keringat nya yang bercecer ke leher. Mereka melakukan pemanasan sebanyak tiga balikan, karena pak Anton terus meminta untuk di ulang. Resiko di ajari guru ini, terkadang selalu marah-marah tidak jelas.

"Dania, kenapa celana kamu di gulung terus tiap kali memakai olahraga? Kenapa?" tanya pak Anton menyiapkan peralatan untuk praktek lari maraton di lapangan. Semua murid terdiam, dan hanya seseorang yang berceletuk, mungkin untuk membalas dendam karena pernah di tampar oleh Dania.

"Dania, kan, tiap olahraga pasti suka minjem pakaian nya Rahfa, gak modal." Laila berkata sinis sembari melipatkan kedua tangan nya di depan dada. Dania menoleh dengan memberengut. "Maksud, lo, apa!"

"Dania, Laila," tegur pak Anton, membuat atensi semua murid teralihkan pada yang berbicara di depan. Cowok berumur tiga puluh tahun.

"Kalian mau saya hukum berlari sepuluh keliling di tambah maraton?"

*****
Praktek berlari maraton telah selesai, kumpulan kelas XII IPA6 di perbolehkan jajan di kantin dan berganti baju. Dania dan Nana sedang duduk di bangku luar kelas nya. Berniat mengganti baju tapi Dania sangat malas karena merasa lapar. "Yuk, ke toilet," ajak Nana berdiri dari kursi.

"Enggak ah, males. Perut gueee." Dania berselonjor di kursi sampai ke lantai, ia meremas perut nya karena kruyukan tidak tepat pada waktunya. Tiba-tiba saja sebuah bekal terasong di samping Dania, membuat Nana meneguk ludah kasar. Tidak ingin menjadi nyamuk, cepat-cepat dirinya pergi.

"Aku duluan, Dan!"

Mata Dania memutar malas, lagi-lagi Kiano yang mendekatinya. Masalah semalam bersama Rahfa saja belum kelar, hari ini akan di tambah lagi? Lebih baik dirinya pergi ke toilet saja. "Mau kemana?" Kiano menahan baju olahraga gadis itu.

"Apa lagi? Lo, sengaja, kan, pengen gue sama Rahfa berantem dan akhirnya persahabatan kami hancur!" bentak Dania tak asa-asa. Ia menghentakan kakinya sebal. Kiano duduk di kursi itu, kemudin meletakan kotak bekal di sana.

"Mau di ambil apa enggak juga gak masalah, mungkin bakalan di makan sama tukang kebun SMA Merpati," ancam Kiano menaikan satu kakinya menjadi bertumpu. Tangan nya juga berada di belakang kepala seperti tengah bersantai.

Tangis dalam hujan [Season 1] SELESAI✓Where stories live. Discover now