15. Bersama Kiano

197 20 0
                                    

Chapter 15. Bermain kerumah mewah. Tangis dalam hujan. Di ketik dengan 1200 kata.

-Hanya sebuah janji yang terucap, tergenggam dalam hati, dan belum tentu suatu saat akan ku tepati. (Rahfa halawiandra)

Di malam hari yang dingin, Dania dan Rahfa sedang berada di sebuah warteg dekat kontrakan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Di malam hari yang dingin, Dania dan Rahfa sedang berada di sebuah warteg dekat kontrakan mereka. Keduanya kompak memakai kaus tanpa di alasi jaket. Mereka beralaskan sandal jepit saja yang membuat penampilan Dania dan Rahfa terlihat sederhana.

Sudah beberapa minggu, cewek dan cowok itu tidak mampir untuk makan di kedai milik pak Somad. Padahal mereka adalah langganannya, apalagi dengan lauk telur rebus dan tempe oseng, sang pemilik warung sudah hafal itu.

Karena tidak mendapatkan kehadiran kedua remaja tersebut, sang bapak paruh baya menganggap bahwa Dania dan Rahfa telah pindah kontrakan. Ternyata, mereka tidak mampir dengan alasan banyak lauk sisa keripik yang di berikan ibuk kontrakan, itu semua bisa di jadikan sebagai penghemat saat makan.

"Gue juga udah tahu, kok. Kalo Kiano main-main sama gue," kata Dania sambil mengunyah nasi nya. Rahfa mengaduk-ngaduk makanan dengan lesu, sebenarnya ia masih kepikiran dengan surat tadi.

"Ya," jawab Rahfa memasukan satu suapan ke mulutnya. Dania menatapnya sekilas, Rahfa barusan memberitahu bahwa Kiano hanya menjebak Dania dan membawa diri gadis itu kedalam dendamnya terhadap Rahfa. Mungkin dengan alasan ingin merebut salah satu keberhargaan Rahfa yang tersisa, yakni gadis ini.

"Mau dong kerupuknya, punya gue udah abis! Satu biji aja," rengek Dania memohon. Tanpa mengatakan apapun, Rahfa memberikan banyak kerupuk ke dalam piring milik Dania. Sehinggaa membuat gadis itu menatap takjub.

"Gak usah banyak-banyak! Gue balikin lagi, ya."

"Pamali," ucap Rahfa meneguk air teh yang sudah di sediakan. Dania mengerucutkan bibir, antara perasaan senang dan tak enak hati pada sahabatnya, mau tak mau ia harus menghabiskan sisa dalam piring nya itu.

Mata Dania menatap pada cahaya terang yang tersorot lewat jendela besar di seberang. Itu adalah sebuah restosan terbesar dan mahal yang ada di ibu kota. Tepatnya berhadapan dengan warung kecil milik pak Somad. Setiap kali makan di sini, Dania selalu menonton orang-orang yang berlalu lalang sedang memesan makanan mewah.

Dalam hati berkata, kapan aku merasakan itu semua?

Rahfa melihat piring Dania yang masih banyak, ternyata gadis itu tidak melanjutkan acara makan nya dan malah mematung sambil melihat orang-orang dalam restoran. "Pengen makan di sana juga?" tanya Rahfa mengetahui isi hatinya.

Dania mengerjap beberapa kali, ia menggelengkan kepala lalu kembali memakan nasi dan juga kerupuknya. "Enggak, biasa aja. Lebih enakan makanan pak Somad, udah murah baik lagi sama kita."

"Jujur aja."

"Udah jujur itu."

"Masa?"

"Iya deh iya. Kapan-kapan gue pengen ngerasain makan di sana. Fa, lo, kan pernah, tuh, di traktir buk Agus makan kebab, gimana, sih, rasanya? Enak?" tanya Dania mengingat cerita Rahfa waktu kelas sepuluh lalu ketika menang Olimpiade.

Tangis dalam hujan [Season 1] SELESAI✓Where stories live. Discover now