☠︎ᴄ ʜ ᴀ ᴘ ᴛ ᴇ ʀ 28 - Membunuh

20.5K 1.1K 225
                                    

"Kamu serius gak tahu Zhea ke mana? Dia gak ada hubungi kamu?" Kafka terus mencecar Aletta dengan banyak pertanyaan sedari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu serius gak tahu Zhea ke mana? Dia gak ada hubungi kamu?" Kafka terus mencecar Aletta dengan banyak pertanyaan sedari tadi.

Sementara gadis yang kini sedang duduk sambil menikmati cemilan hanya memutar bola matanya dengan malas. Niatnya ingin beristirahat, tetapi lelaki di depannya justru memaksa untuk bertemu, alhasil cafe dekat komplek perumahan menjadi pilihannya.

"Makanya kalau jadi cowok tuh jangan sasimo. Sana sini mau. Giliran udah gak ada, baru dicariin." Aletta mencebikkan sudut bibirnya. "Heran aku sama kamu, Kaf. Katanya cinta, katanya sayang, ternyata kamu sama aja kaya cowok diluaran sana, gak bisa lihat yang bening-bening dikit. Kata-kata Kang bucin gak layak sama cowok kek kamu!" 

Aletta tak bisa menahan rasa kesalnya kepada Kafka, sehingga semua perkataannya keluar dengan lancar.

"Mending kamu gak perlu nyari Zhea. Biarkan dia sembuh dengan perasaannya, dengan traumanya. Dia itu baik, gak layak dapat cowok kaya kamu!" ujarnya seperti kendaraan yang tidak memiliki rem.

Kafka sengaja tidak menjawab sepatah kata, meskipun bibirnya tidak lagi sabaran untuk membalas, tetapi dia memilih memberikan Aletta ruang untuk meluapkan rasa marahnya. Tidak ada yang salah memang, hanya saja perkataan Aletta cukup melukai harga dirinya.

"Udah cukup, kan?" tanya Kafka masih terlihat tenang, tetapi gadis berambut cepol itu justru mendengkus kasar.

"Kalau udah, kasih aku ruang untuk berbicara."

Aletta hanya mengangkat kedua pundaknya dengan perasaan malas, dan kembali menikmati cemilannya sembari menunggu Kafka berbicara.

"Aku gak pernah mengkhianati Zhea sedikit pun. Apa yang kalian lihat tidak seperti yang terjadi." Kafka menghela napas berat, lalu menatap keluar jendela yang langsung menunjukkan pemandangan pinggir jalan. "Aku sempat bertemu Zhea di rumah Rubby, tapi setelahnya Zhea ditarik paksa pergi dari sana oleh Kakaknya Rubby."

Sempat merasa tidak peduli dengan cerita Kafka yang menurutnya tidak penting, tetapi seketika atensinya benar-benar teralih setelah mendengar Zhea berada di rumah Rubby. Mengapa bisa?

"Abangnya Rubby mengakui Zhea adalah tunangannya yang lari dari acara pertunangan mereka," beber Kafka tanpa diminta.

"What? Tunangan?!" Aletta tak mampu menyembunyikan rasa terkejutnya, hingga tak sadar suaranya memekik keras.

Terlihat Kafka menghela napas berat. "Entahlah. Aku bingung dengan perasaanku sendiri saat ini. Aku ingin pertahankan hubunganku, tapi aku tidak bisa melupakan perkataan Abangnya Rubby tentang siapa Zhea."

"Aku bingung mau bilang apa, Kaf. Karena memang selama ini aku melihat Rubby, yang tidak merasa canggung saat bertemu Zhea. You know lah, Rubby anak baru, tapi pas mereka berinteraksi entah berbicara atau hanya lewat tatapan jelas ada perbedaan." Aletta sendiri masih belum yakin, meski telah melihat beberapa kali interaksi keduanya.

ELANG CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang