Extra Part (1)

975 63 7
                                    

Kriiiingggg!!!!

Suara jam beker berbunyi nyaring membangunkan seorang remaja laki-laki yang sebelumnya sedang terlelap tidur di atas ranjang empuknya. Remaja itu mengerjapkan matanya pelan, lalu tangan kanannya bergerak mematikan suara alarm jam bekernya yang berbunyi berisik itu. Ia lalu merubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang sambil menatap ke arah semburat cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya melalui ventilasi jendela kamarnya. Ia kemudian beranjak dari ranjang kamarnya dan berjalan mendekat ke arah jendela kamarnya untuk membuka gorden yang menutupi kaca jendela kamarnya. Setelah itu, remaja laki-laki itu tampak berjalan keluar dari dalam kamarnya. Ia lalu menuruni tangga menuju ke lantai bawah rumahnya. Namun, saat baru saja tiba di lantai bawah, ia tampak tertarik untuk melirik ke arah pintu kamar yang berada di lantai bawah sebelah tangga. Kamar itu adalah kamar milik papah-nya. Ia lalu mengetuk pintu kamar itu guna memastikan apakah papah-nya sedang berada di dalam kamar atau tidak.

Tok tok tok!

"Papah?!" panggil remaja laki-laki itu.

Tidak ada sahutan dari dalam kamar itu, mambuat remaja laki-laki itu akhirnya membuka sedikit pintu kamar yang ternyata tidak dikunci itu untuk mengintip ke dalam kamar. Rupanya ia masih penasaran apakah di dalam kamar itu ada papah-nya atau tidak. Saat ia membuka pintu itu sedikit, ia melihat memang ada sang papah yang sedang berada di dalam kamar itu. Namun, saat itu papah-nya tampak sudah mengenakan setelan jas rapih berwarna hitam dan terlihat pria yang ia sebut papah itu sedang sibuk bercermin di depan cermin kamarnya sambil merapihkan dasi hitam yang terpasang di kerah kemeja putihnya.

Remaja laki-laki itu tampak berdiri di depan pintu kamar sambil terus memperhatikan aktivitas sang papah yang sedang berada di dalam kamar melalui celah pintu yang dibuka sedikit. Ia lalu mendengar suara papah-nya yang tampak sedang bicara sendiri di depan cermin.

"Kak.. hari ini kakak harusnya wisuda yah?" ucap papah-nya itu menatap ke arah cermin sambil tersenyum.

"Selamat ya, kak. Kakak udah lulus, kak.. papah bangga sama kakak,"

"Tapi papah sedih, hari ini papah harus dateng ke acara wisuda kakak di sekolah sendirian. Harusnya papah datengnya bareng kakak. Kan kakak yang mau wisuda. Papah harusnya nemenin kakak di acara itu. Papah pengen liat kakak wisuda hari ini, kak,"

"Liat, hari ini papah pake jas yang waktu itu kakak pilih. Kakak katanya pengen pake jas ini di acara hari kelulusannya kakak, kan? Hari ini papah pake jas-nya, kak..," ucap papah lalu tiba-tiba meneteskan air matanya sambil menundukkan kepalanya tak lagi menghadap ke arah cermin.

"Hiks.. hiks.. kakak harusnya yang pake jas-nya hari ini.. bukan papah.. hiks..," ucap papah sambil menangis.

"Sekarang papah tau, kak.. papah tau kenapa kakak waktu itu nolak dibeliin jas baru yang lebih bagus dan malah minta mau pake jas punya papah aja.. hiks.. kakak pasti sengaja pilih jas ini biar papah yang pake, kan? Hiks.. kakak waktu itu pasti udah ngerasa ngga bakal bisa ikut wisuda, kan? Hiks..,"

"Hiks.. kenapa kakak tinggalin papah secepat ini, kak? Hiks.. papah rasanya masih belum percaya kalo kakak udah ngga ada..,"

Mendengar perkataan sang papah, remaja laki-laki yang tengah mengintip melalui celah pintu kamar tadi tampak ikut meneteskan air matanya. Ia menangis karena teringat kakaknya yang telah pergi meninggalkannya untuk selamanya. Kepergian kakaknya itu memang belum lama. Sehingga rasa duka atas kepergian kakaknya pun masih sangat terasa.

"Hiks.. hiks.. kak Tama..," gumam remaja laki-laki itu sambil menangis.

Ya, remaja laki-laki itu adalah Saka. Ia menangis karena teringat kakaknya yang telah meninggal karena sakit ginjal.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Where stories live. Discover now