13🍁

1K 83 52
                                    

Sore itu, papah menggedor-gedor pintu kamar Tama dengan keras. Papah benar-benar panik karena Tama mengunci kamarnya dan saat papah panggil, Tama tidak kunjung menyahut. Papah teringat ucapan dokter yang mengatakan bahwa Tama bisa saja mencoba membunuh dirinya sendiri jika ia merasa dirinya tertekan dengan perasaannya. Papah takut hal itu benar-benar terjadi. Tidak mungkin putranya akan melakukan itu. Ia sudah membesarkan putranya dengan baik. Ia tidak pernah ajarkan itu pada Tama. Tama tidak boleh melakukan hal semacam itu!

"Kak! Buka pintunya, kak! Ini papah! Buka pintunya, kak!" teriak papah sambil terus menggedor pintu Tama supaya Tama mau membuka pintu kamarnya.

Sedangkan remaja laki-laki yang baru duduk di bangku SMA kelas 1 yang bernama Saka itu tampak menangis sambil memangil-manggil kakaknya.

"Kak Tama! Buka pintunya! Kakak di dalam, kan?! Jawab papah, kak!" teriak papah.

Tidak ada sahutan apapun dari kamar Tama, membuat papah dan Saka semakin panik.

"Pah.. gimana, pah? Aku takut kakak di dalem kenapa-napa!" ucap Saka sambil menangis.

"Diam, Saka! Kamu cuma bisa nangis sekarang?! Ini semua juga gara-gara kamu!" bentak papah.

Papah lalu segera mencari kunci cadangan kamar Tama yang papah simpan di lemari pakaiannya.

"Tunggu di sini! Papah mau cari kunci cadangannya di kamar papah," ucap papah lalu segera berlari menuruni tangga untuk mencari kunci cadangan kamar Tama di kamar papah yang berada di lantai bawah.

Setelah menunggu beberapa saat, papah kembali ke depan pintu kamar Tama sambil membawa kunci cadangan itu. Papah segera membuka pintu kamar Tama dengan menggunakan kunci cadangan itu. Setelah terbuka, papah dan Saka terkejut karena sang pemilik kamar ternyata tidak berada di tempat. Papah dan Saka lalu mengalihkan perhatian ke pintu kamar mandi yang tertutup. Tidak ada suara gemericik air di dalam kamar mandi. Hening.

Papah lalu mengetuk pintu kamar mandi itu dan memanggil nama putra sulungnya.

"Kak! Kak Tama di dalam?!" ucap papah sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.

Tidak ada sahutan dari dalam kamar mandi.

"Kak?! Jawab papah, kak! Kakak baik-baik saja kan di dalam?!" ucap papah.

"Pah.. aku takut terjadi sesuatu sama kak Tama. Gimana kalo kak Tama pingsan di dalem?!" ucap Saka.

"Kak, kalau kakak ngga mau jawab, papah dobrak pintunya ya, kak!" ucap papah.

Tetap tidak ada sahutan apapun dari dalam kamar mandi, membuat papah akhirnya memutuskan untuk mendobrak pintu kamar mandi Tama.

Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya papah pun berhasil membuka pintu kamar mandi milik Tama. Begitu pintu kamar mandi dibuka betapa terkejutnya papa dan Saka saat melihat Tama yang sudah berada di dalam bath-up yang berisi penuh air. Papa lalu segera mengangkat tubuh Tama dan berusaha mengeluarkan tubuh Tama dari dalam bath-up. papa tidak menyangka ternyata Tama sudah mencoba menenggelamkan tubuhnya sendiri di dalam bath-up yang penuh air itu.

Papah lalu membaringkan tubuh dingin Tama di atas lantai kamar mandi. Saat itu, tubuh Tama terlihat basah kuyup dan kulitnya sudah berubah warna menjadi pucat seperti mayat. Tangan dan bibirnya mulai membiru membuat papah dan Saka semakin khawatir melihatnya. Karena Tama tidak sadarkan diri, papah pun mencoba untuk menyadarkan Tama. Papah benar-benar takut karena saat itu papah hampir tidak mendengar detak jantung Tama. Papah lalu mencoba untuk melakukan CPR pada tubuh Tama. Papah menekan berulang kali dada Tama hingga akhirnya Tama mengeluarkan air dari dalam mulutnya.

"Ayo, kak! Kakak harus hidup!" ucap papah sambil terus menekan dada Tama.

Setelah berulang kali papah menekan dada Tama, akhirnya Tama pun sadarkan diri dan terbatuk beberapa kali.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang