5🍁

1.4K 104 66
                                    

Hari Senin pagi, Tama sedang bersiap untuk pergi ke sekolah. Libur semester telah usai. Ini adalah hari pertamanya kembali bersekolah setelah sekian lama libur. Ia tampak sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah hari ini. Pasalnya, ia akan memakai sepatu barunya dan juga alat tulis baru yang dibelikan oleh papahnya kemarin. Setelah puas bercermin, ia pun keluar dari kamarnya dan berjalan turun ke lantai bawah untuk melakukan sarapan pagi bersama dengan papah dan Saka. Ia tampak menenteng sepatu dan tasnya menuruni tangga. Setelah sampai di anak tangga paling bawah, ia meletakkan sepatunya di sana. Namun, ia meletakkannya di bagian pinggir supaya tidak menghalanginya jalan. Ia lalu berjalan menghampiri sang papah yang masih sibuk memasak.

"Pagi, pah!" ucap Tama sambil tersenyum.

"Pagi, kak! Sudah rapih, yah? Semangat ya sekolahnya hari ini!" ucap papah sambil tersenyum pada Tama.

"Demamnya sudah turun belum? Kalau masih panas ngga usah berangkat dulu juga ngga pa-pa, kak. Nanti papah nitip suratnya ke Saka supaya Saka kasih ke wali kelas kamu," ucap papah.

"Udah engga, kok. Panasnya udah turun. Panasnya turun karena tahu kakak mau sekolah hari ini. Makannya langsung turun. Lagian masa udah dikasih libur 2 Minggu masih mau libur lagi. Kakak ngga boleh banyak izin, pah. Kakak kan udah kelas 3. Kakak takut ngga lulus ujian besok karena ketinggalan banyak materi gara-gara sering izin ngga masuk," ucap Tama.

"Bener? Papah ngga mau ya kakak di sekolah kenapa-napa, kak," ucap papah.

"Bener, pah. Papah tenang aja, kakak udah baik-baik aja kok sekarang. Papah ngga usah khawatir," ucap Tama.

"Hm, tapi kalau di sana nanti ada yang dirasa sakit lagi atau badannya panas lagi kakak pulang saja, ya? Bilang saja sama gurunya, suruh telepon papah. Nanti papah jemput," ucap papah.

"Iya, pah," ucap Tama.

"Saka mana, pah? Dia belum turun?" ucap Tama.

"Belum, kak," ucap papah sambil mencicipi masakannya dengan menggunakan sendok kecil.

"Dia ngga lupa kan hari ini berangkat? Jangan-jangan dia masih tidur lagi? Kakak coba cek dulu kali yah di kamar?" ucap Tama.

"Ngga usah, kak! Nanti kakak jadi harus naik tangga lagi, terus turun lagi. Jangan capek-capek, kak. Ini masih pagi. Nanti kalau sakit lagi, kakak malah ngga jadi berangkat," ucap papah.

"Cuma ke kamar Saka doang, kok. Naik tangga segitu doang kakak masih kuat lah, pah," ucap Tama.

"Sudah, nurut saja sama papah, kak. Kakak mendingan duduk saja di situ. Tunggu Saka turun. Sebentar lagi pasti juga Saka turun," ucap papah.

"Ya udah, kakak mau bantu papah kalau gitu," ucap Tama sambil menyalakan kran yang ada di wastafel cuci piring. Tama hendak mencuci piring kotor bekas papahnya memasak tadi.

"Jangan, kak! Sudah-sudah, kakak duduk saja di situ! Biar itu papah saja yang cuciin. Nanti seragam kamu basah," ucap papah yang langsung menarik tubuh Tama supaya tidak mencuci piring kotor itu.

Papah lalu mematikan kran air yang dinyalakan Tama. Setelah itu, papah menarik kursi makan supaya Tama duduk di sana sambil menunggu.

"Kakak duduk saja di sini, kak. Papah sebentar lagi selesai masak ini," ucap papah.

"Hm, kenapa sih, pah? Kakak kan mau bantuin papah," ucap Tama setelah duduk di kursinya.

"Sudah, ngga usah, kak.. Nanti biar papah saja yang cuci piringnya. Kakak sarapan duluan saja, kak. Itu papah sudah rebuskan telur untuk kakak. Nanti papah pisahin kuningnya, ya?" ucap papah.

"Em.. Nanti aja, pah. Kakak mau nunggu Saka. Kakak mau sarapan bareng sama Saka. Kakak udah jarang sarapan bareng Saka, soalnya dari kemarin kan kakak sakit. Mumpung sekarang kakak udah baikan, kakak mau sarapan bareng sama Saka, pah," ucap Tama.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz