12

88 16 1
                                    

Mau nambah dan remind tags ya : typos, mature content (21+)

.
.
.

Aksi bersenggamanya Ken dan Aisa terus berputar di kepala Ella. Seperti kaset rusak. Mencoba untuk mengenyahkan bayangan kotor itu, bayangan itu seakan menerornya. Mereka yang bersenggama Ella yang menahan malu setengah mati.

Tapi kalau dipikir-pikir, Ella bukannya malu juga. Iya, itu bisa menjadi salah satu alasan kenapa wajahnya bersemu merah sekarang. Tapi ada alasan lain yang Ella terka pada dirinya.

Mungkin menonton adegan panas tadi menjadi pengalaman pertama dimana Ella menyaksikan secara langsung bagaimana dua insan sedang bernapsu mencari kepuasan. Bahkan mereka sampai tidak sadar kalau pintu ruangan tidak tertutup rapat. Ella yakin pasti sebelum ia memergoki mereka, ada orang lain yang melihat kegiatan panas mereka lebih dulu.

Atau mereka memang sengaja mempertontonkan aksi tak senonoh itu?

Ella tak mau memikirkan berbagai macam atau seribu alasan kenapa mereka ceroboh tidak menutup pintu dengan rapat ketika mereka sedang menyebarkan hormon napsu mereka. Itu salah mereka sampai Ella harus frustasi sendirian dibawah pohon saat ini.

Ella pikir dengan menjauh dari kandang neraka itu dan melihat adanya sungai yang mengalir di dekat rumah preman mampu mengurangi debaran yang menggila dan mengganggu Ella sat ini.

Namun ada rasa aneh yang tak dapat Ella pahami dan maklumi. Rasanya ada yang mengganjal ketika Ken menatap lekuk tubuh Aisa, penuh damba. Maniknya bergerak meneliti bagaimana Aisa sedang berusaha keras menyatukan tubuh mereka dan memuaskan Ken dengan erangan halus ketika penyatuan mereka semakim dalam.

Ella dapat melihatnya secara langsung melalui kilatan mata itu.

Dan bodohnya kenapa Ella semakin memikirkan mereka sampai Ella memahami sirat napsu itu.

Dan bodohnya juga pria itu melakukan seks dengan lengan yang belum sembuh.

Apa memang semua pria cuma gila sama seks?

Seharusnya Ella kabur saja dari awal dan tak perlu mencari Ken susah payah.

Tatapan Ella memandang jernihnya air sungai tersebut. Deru air yang tampak deras terdengar mendayu di telinganya ibarat musik merdu. Ella perlahan tenang memandangi sungai yang bergemuru melewati bebatuan tajam dan tumpul.

Sampai Ella tidak sadar kalau ada seseorang datang membawa kantong plastik besar dan ia jatuhkan ke pangkuan Ella.

"Kata Ken, lo suka coklat. Jadi gue beliin coklat."

Angger mendekat dan duduk tepat di samping Ella. Ella menengadah dan memeriksa isi kantong plastik itu. Ada coklat, minuman dingin dan snack.

Sebelumnya Angger membawa Ella ke sini. Katanya di sini tempatnya kalau Angger ingin sendirian. Jadi Angger suruh Ella duduk di gundukan batu besar di dekat sungai sementara Angger berlalu.

"Aku nggak suka coklat—lagi—terima kasih." Ella hanya membuka snack, karena ia pikir mereka akan memulai perkenalan mereka dan akan dipenuhi banyaknya cerita satu sama lain. Angger hanya diam memerhatikan Ella.

"Apa kita akan duduk berlama-lama di sini?" Tanya Ella.

"Gue pikir lo nggak betah di rumah gue. Makanya gue ajak ke sini." Pungkas Angger.

"Oh, itu rumahmu? Aku kira markas kalian aja." Ella menengok ke arah rumah besar itu. Dari sini Ella masih bisa melihat dengan jelas penampakan samping rumah Angger yang seram. Ia pun juga masih bisa mendengar suara kendaraan. Sangat ribut karena mereka merakitnya semau mereka.

Taste RelieverNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ