Di-Double Penetration Di Depan Istri Hamil (2)

Start from the beginning
                                    

“Asal kamu tahu, jadi gay itu banyak resikonya, Mar… Kami rawan terkena HIV karena anal seks itu sangat rentan dengan luka yang bisa menjadi sarana penularan HIV!”

“Iya, kagak usah pukul kepala gue, lah!” kata Mario merengek sambil mengelus-elus kepalanya.

“Jadi gay itu berat, Mar… Kebanyakan dari pria gay di Indonesia kurang edukasi. Dengan tidak mungkin pria hamil, mereka berpikir pria bebas berhubungan seks tanpa alat kontrasepsi,” jelasku pada Mario. “Padahal, yang sebenarnya mengancam kaum kami adalah penyakit menular seksual, seperti HIV, sifilis, chlamydia, dan banyak penyakit menular lain yang mematikan. Apalagi, anal seks berisiko lebih tinggi dalam menularkan penyakit-penyakit tersebut… Jadi, itu sebabnya aku bilang ini merupakan alat perang kami…”

“Iya, Mike,” jawab si Mario mengerti.

“Tapi…”

“Tapi apa?” tanya Mario bingung.

“Kamu enggak takut kan sama aku? Maksudku…” aku jadi sangat grogi dan ketakutan bertanya terus terang pada Mario. “Kamu tidak jijik kan sama aku? Kamu tidak takut tertular penyakit dari aku, kan?”

Si Mario pun bangkit untuk duduk dan memandang wajahku polos, “Kalau tertular dari kamu, aku rela, Mar…”

“NGAWUR!” kataku sambil menampar si Mario sebal. “JANGAN NGOMONG HAL NGAWUR GITU!”

Si Mario memegangi pipinya yang kutampar dan merengek sebal, “Apa sih, Mike! Jahat banget elo sama gue! Kenapa elo tampar gue? Seumur-umur, gue kagak pernah tuh tampar elo!”

Ilustrasi: Michael Gondokusumo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ilustrasi: Michael Gondokusumo

“Maaf maaf…” kataku mengelus-elus wajah si Mario. “Aku reflek menampar kamu, Mar… Aku kaget aja sama jawaban ngaco kamu! Aku marah kamu ngomong ngawur gitu!”

“Marah tuh elo cium kek,” jawab si Mario masih kesal dan menampel tanganku pergi dari pipinya. “Jahat banget elo… Sumpah deh! Seumur-umur, dua puluh tiga tahun gue bersahabat sama elo, gue kagak pernah melayangkan tangan gue ke elo… Tega banget elo sama gue…”

“Maaf ya, Mar,” kataku minta maaf, lalu mengusap-usap kedua pipi Mario. “Mana mungkin aku tega sama kamu… Cuma, aku reflek. Masa kamu bilang kamu rela ketularan penyakit kelamin mematikan dari aku! Ngawur banget kan kamu itu!”

KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto GonzalesWhere stories live. Discover now