Chapter 11

0 0 0
                                    

[Jangan lupa FOLLOW & vote ]

Absen kalian dari mana aja


Pagi-pagi sekali gerbang megah milik SMA Gandara sudah terbuka lebar. Pak Wiryo selaku keamanan disana selalu dengan siaga tepat waktu menjalankan tugas -tugasnya. Meski sudah tua, humornya masih masuk di kalangan muda remaja. Dia juga orang yang cukup disegani dan dihormati oleh murid-murid disana. Apalagi bagi mereka yang datang terlambat dan butuh pertolongan dari Pak Wiryo.

Damar datang lebih pagi hari ini, saat teman-teman yang lain belum menampakkan batang hidung mereka. Sebelumnya cowok yang kini sedang berjalan melintasi halaman sekolah, yang luas itu, harus mengantarkan adiknya terlebih dahulu. Papanya tidak pulang karena harus mengunjungi klien dari luar kota. Itulah alasannya kenapa Damar jadi berangkat sedikit lebih awal.

Sambil menyesap udara yang masih sangat murni pagi itu, Dia memandangi sekeliling bangunan sekolah. Baru beberapa murid yang terlihat.
Tepukan dibahu dari arah belakang membuat Damar terkejut.

"Astaga!" kejutnya langsung menoleh.

Damar mendesah pelan ketika mendapati cewek yang menyebalkan baginya akhir-akhir ini.

Tara terkekeh sedikit melihat tampang cowok didepannya itu, "Sorry, ngagetin."

Damar tak menanggapi, cowok itu memutar badannya, melanjutkan jalannya. Tara pun dengan segera menyamai langkah kaki Damar yang cukup lebar itu. Cewek itu berada disamping Damar sekarang.

"Tumbenan pagi-pagi gini udah sampe di sekolah," ucapnya, "Mau nemenin Pak Wiryo ngopi," imbuhnya mencoba bergurau.

"Lo sendiri juga sama. Mau jadi anaknya pak Wiryo? Biar bisa bikinin dia kopi?"

Tara tak bisa tidak tersenyum disamping cowok itu. Diluar prediksinya bahwa Damar membalas gurauannya. Meskipun, cowok itu mengatakannya dengan nada datar seperti biasanya. Tetap saja ini sebuah kemajuan bagi seorang Tara.

"Sebenernya gara-gara kakak gue. Gak tau tuh mau ngapain datang pagi-pagi," ucapnya, "Btw, seandainya kalau gue jadi anak pak Wiryo gak masalah sih. Asal tiap pagi bisa sama lo kayak gini," imbuhnya sambil cengengesan. Peran mereka telah berganti disana, seharusnya Damar yang membuat gombalan seperti ini.

"Ck!" Damar berdecih.

Mereka hampir sampai di lorong lantai satu sekolah. Damar melambatkan laju langkahnya. Bukan karena ingin mengobrol panjang dengan gadis itu, melainkan melihat sekolah yang masih sepi, dia tidak ingin terjebak didalam kelas hanya berduaan saja dengan Tara.

Tara semakin melebarkan senyumnya pagi itu. Tidak tahu mimpi apa dia semalam sampai-sampai bisa berjalan berdampingan dengan cowok itu. Awalnya dia sedikit kesal, karena Reynald mengejarnya untuk buru-buru bersiap pergi ke sekolah tadi. Sepertinya dia harus mengucapkan terimakasih pada kakak laki-lakinya itu.

"Selain jadi orang pinter, cita-cita lo apa, Dam?" Karena tinggi cewek itu hanya sebatas bahu, alhasil membuat Tara harus mendongak tiap kali berbicara dengan Damar.

"Kenapa pengen tau?" tanya Damar.

"Ya, biar tau aja."

Suara gesekkan tapak sepatu dilantai menjadi pengiring obrolan pagi itu.

"Belum tau. Masih belum kepikiran," jawabnya lugas.

"Serius? Biasanya kalau orang cerdas kayak lo gini, semua hal yang ada dimasa depan udah dipikirin matang-matang," Tara berseru antusias mengemukakan pendapatnya. Berbanding terbalik dengan cowok disampingnya yang memasang wajah lempang-lempang saja.

"Gak semua orang itu kayak yang lo pikirin."

"Kalau hobi?"

"Males ngomong," jawabnya asal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Asmara : DAMARA SANDANAWhere stories live. Discover now