Chapter 07

2 1 0
                                    

Jangan lupa FOLLOW + tinggalkan jejak kalian ya

Asal kalian dari mana aja?


Sekitar pukul setengah tujuh Damar baru sampai dirumahnya. Dia memasukkan motornya ke dalam garasi. Disana dilihatnya mobil berwarna hitam juga sudah terparkir dengan rapi. Sepertinya ayahnya sudah pulang.

Damar bahkan belum keluar dari dalam garasi rumah mereka. Namun, cowok itu sudah disambut oleh wanita berusia tiga puluhan tahun. Dengan tatapan yang begitu khawatir.

"Kemana aja sih, Bang. Kok sampai maghrib baru pulang?" Hesti memperhatikan anaknya dari atas sampai bawah, "Tadi kehujanan di jalan?"

Damar hanya menggeleng pelan, lantas menjawab pertanyaan ibunya dengan lembut, "Enggak kok, Ma. Tadi Damar uda sempat neduh. Paling lembab doang," katanya.

"Terus ini kami pakai punya siapa, Bang? Kayaknya kamu gak punya hoodie kaya gini?" tanya Hesti. Dia hapal betul semua pakaian yang dipakai oleh anggota keluarganya.

"Oh ini---"

"Ma...Udah mau maghrib. Ajak Damar masuk dulu!" bariton suara Jorgi terdengar dari dalam rumah. Damar dan Hesti segera menuruti, lalu meninggalkan garasi kemudian masuk kedalam rumah.

Sebelum masuk, Damar membuka sepatu dan kaos kakinya yang hampir basah. Untung saja besok libur. Kalau tidak, dia pasti harus cari sepatu cadangan untuk sekolah. Rencana Damar akan mencucinya langsung sebelum mandi nanti.

Usai membersihkan diri, dan memakai pakaian bersih, Damar turun kebawah untuk berkumpul dengan anggota keluarganya. Mereka sudah menjadi satu dimeja makan.

Mama Damar membuatkan sup ayam untuk mereka hari ini. Padahal hanya kerandomannya saja ingin memasak itu. Eh, ternyata sore ini malah hujan. Jadinya, sup-nya cocok sekali untuk dinikmati pada suasana seperti sekarang ini.

Cowok itu menarik kursi, lalu mulai duduk bergabung. Seperti biasa, adiknya---Nastiti---sudah lebih dulu memulai memgunyah makanan dengan mulutnya. Padahal Jorgi dan Hesti masih menunggu anggota keluarga lengkap, baru mulai makan bersama.

Tidak ada percakapan saat itu. Hanya Hesti yang bersuara. Menanyakan seberapa banyak nasi yang diinginkan suaminya, lauk apa saja yang ingin dimakan, dsb. Sepertinya semuanya sudah lapar, dan lebih mementingkan untuk mengisi perutnya segera.

Suara sendok beradu dengan piring mendominasi diatas meja makan. Hingga berakhir dengan bersihnya piring makan milik masing-masing orang disana. Tidak ada yang beranjak. Sampai akhirnya Jorgi membuka suara pertama kali.

"Abang kejebak hujan tadi? Makanya pulangnya jadi terlambat?" tanya Jorgi.

"Lebih tepatnya terlambat karena abis nganterin temen ceweknya pulang sih, Pa."

Damar langsung melotot. Bukan dia yang berkata seperti itu, melainkan Nastiti---adiknya. Sementara Nastiti hanya membalas dengan senyuman tengil miliknya.

"Ah yang bener, Dek? Abang baru tiga hari loh masuk sekolah. Masa sudah dapet cewek?" Jorgi malah lebih tertarik pada anak perempuannya itu. Mencoba mengulik lebih lanjut informasi-informasi yang dimiliki Nastiti.

"Gak gitu kok, Pa. Damar cuma nganterin temen doang. Apaan sih, Dek!" Damar lalu menatap sengit adik perempuannya itu.

Namun, Damar jadi curiga. Darimana Nastiti tahu kalau dia tadi mengantarkan teman ceweknya pulang. Tidak salah lagi, pasti si Musa yang jadi biang kerok semua ini. Awas saja kalau nanti dia bertemu dengannya. Akan Damar tarik bibirnya itu, supaya tidak tukang ngaduh dan asal ngomong.

"Iya juga gak apa-apa sih, Bang. Papa sih yes aja, asal gak ganggu kegiatan belajar kamu," Jorgi masih berkata dengan begitu santainya. Ayah dua orang anak itu memang selalu terlihat enteng dalam berinteraksi dengan mereka.

Asmara : DAMARA SANDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang