Chapter 05

3 1 0
                                    

Jangan lupa FOLLOW + tinggalkan jejak kalian ya

Asal kalian dari mana aja?

Sekitar pukul dua siang kegiatan ospek resmi berakhir. Kebanyakan siswa di SMA Gandara lebih memilih untuk langsung pulang. Sebagian ada yang masih berkumpul dan mengobrol dengan teman-temannya.

Damar menghampiri Musa yang tengah mengobrol dengan Indra, teman sekelas mereka, lalu bertanya "Mau langsung pulang gak?"

Musa mengendikkan bahunya, lantas menjawab, " Lho, katanya kita sekelas mau ngumpul ke kafe dulu bukannya?"

"Ya kan, Ndra?" Dia memastikan dengan Indra. Cowok itu mengangguk.

"Bener. Katanya Kenzo yang traktir."

Damar bingung. Dia tidak tahu bahwa ada rencana mereka akan berkumpul di kafe setelah kegiatan di sekolah ini selesai. Lalu Kenzo? Ah, Damar tau siapa cowok itu. Dengar-dengar kabarnya dia adalah anak tunggal kaya raya. Damar mendengarnya tak sengaja dari teman sekelasnya saat mereka mengobrol. Sejujurnya Damar juga kurang suka dengan cowok itu yang terlihat sinis padanya.

"Terus lo gimana? Mau ikut?" Setau Damar sahabatnya itu sejak awal memperlihatkan gelagat tidak suka pada Kenzo.

"Ya ikutlah," jawabnya semangat, "Supaya solidaritas kita makin kental," imbuhnya.

"Bener tuh yang Musa bilang," suara Tara menyerobot, membuat ketiga cowok itu berpaling kearahnya.

"Jadi lo juga harus ikut," imbuhnya, tertuju pada Damar.

"Kalo gue gak ikut gak masalah kan? Maksud gue ini gak wajib untuk datang, bukan?"

"Masalah tentunya. Terutama buat gue," godanya.

Musa dan Indra berubah jadi patung semenjak Tara mengambil alih percakapan. Sejak awal teman sekelas mereka sudah paham bahwa Tara terlihat tertarik pada Damar. Jadi, mereka tidak kaget melihat adegan barusan.

"Ayo dong ikut. Kita kan belum pernah sekalipun kumpul kaya gitu," Tara membujuk, mengeluarkan tatapan manja seperti anak bayi. Musa dan Indra menahan tawa mereka. Apalagi wajah Damar yang masih terlihat lempang-lempang saja.

"Tiga hari belakangan kan kita selalu kumpul," ucap Damar.

Tara sebenarnya kesal bercampur dengan gemas. Cowok yang banyak dibicarakan oleh siswi SMA Gandara belakangan itu tampak dingin sekali. Apalagi kalau Tara mendekatinya. Padahal kan dia cuma ingin dekat, tidak sampai menggigit. Kecuali Damar yang minta.

"Itu beda dong. Pokoknya lo harus ikut. Kalo enggak gue bakal buntutin lo kemanapun lo pergi," ancam cewek itu membuat Damar jadi merinding.

"Ya uda gue ikut." Daripada harus meladeni kekonyolan cewek itu, lebih baik menuruti saja apa omongannya.

Tara tersenyum puas, "Kalau gitu gue ikut lo ya?"

Damar langsung melotot, "Ngapain ikut gue. Gak ada! kan masih banyak orang yang lain," tolaknya mentah-mentah. Bibir Tara langsung manyun. Tidak mudah memang mendekati si batu itu.

"Udah sih gak apa-apa sekali-kali, Dam. Lagian biar ada teman ngobrol pas dijalan," timpal Musa setengah menggoda. Dia yakin sahabatnya itu sudah kesal sekali sejak Tara menghampiri mereka. Tetapi momen yang cukup menghibur ini memang sayang kalau dilewatkab begitu saja.

Asmara : DAMARA SANDANAOnde histórias criam vida. Descubra agora