SPECIAL PART: BASE SEKOLAH

273 35 4
                                    

***

2018

"Mau kemana sih lo?!"

"Emang kenapa sih? Posesif banget,"

"Dih," Enok pengen ludahin muka Hadin detik itu juga tapi masih mikir.

Gimana dia nggak nanya kalau temannya ini sampai nabrak dia padahal bisa???? jalan???? santai???? aja gitu. Koridor sekolah masih luas banget. Bel masuk juga belum berbunyi. Ini yang paling aneh. Dia datang pagiiiii banget. Enok nggak terbiasa berangkat bareng Hadin sepagi ini.

"Lu ada apa-apa ya sama Grit?"

"Ada apa-apa APA MAKSUD LU?!"

Pas Enok mention nama Grit, Hadin langsung menghentikan langkahnya. Tegak pinggang depan pemuda itu. Lu tahu gayanya tengil gimana??? Enok kalau bisa menghindar lebih baik menghindar dah tapi hari ini kayaknya gantian Enok yang akan tengil. Dilihatnya Hadin dengan senyum iseng.

"Kenapa sih lu?"

"Nggak papa," Enok ketawa-ketawa dan berlalu pergi.

Hadin itu orangnya nggak bisa dibikin penasaran. Yah siapa juga mau dibikin penasaran kan. Dikejarnya dan dihalangi langkahnya. "Apaan sih?"

"Lu pacaran kan sama Grit?"

"ORGILLLLL," Dia berteriak kencang. Matanya melotot, nyaris keluar. "Orgil mana yang lu temeniiiinnn, Rayeno Devrian???!?!"

Kalau dia nanyanya begitu, harusnya dia udah tahu jawabannya. Dari lahir juga orang gila yang ditemenin Enok kan cuma dirinya sendiri. TK-SD-SMP sampe SMA juga satu sekolah dan satu kelas. Nggak tahu apakah itu yang namanya takdir. Enok jujur enggan untuk mengakuinya.

"Kita temenan bukan sehari dua hari, Dinnn."

"Sotoy ayam banget lu." Hadin bolak-balik udah kayak setrika. Dia nyari alasan buat membantah dugaan Enok yang benar itu. Dia takut kalau Grit tahu soal ini dan dia marah soalnya mereka udah janji buat backstreet.

Enok masih di sana, menahan tawa tanpa merasa bersalah sudah menciduk sang teman. "Kenapa sih? Nggak boleh orang-orang tau ya?"

"Hooh," Dia menjawab cepat tapi langsung menutup mulutnya karena keceplosan. Harusnya dia nggak mengiyakan tanya Enok. "Ah elah!"

Enok mengambil langkah kembali, udah merasa terlalu lama mereka diam di sana. "Lu kok berani ya nembaknya? Gue kira nggak."

"Jangan bocor ya, Nok."

"Yang ada lu sendiri, Nyet. Mulut lu tuh dilakban."

Dia langsung menampilkan wajah ngambek dan mukul pelan lengan Enok bikin itu cowok geli sendiri. Kalau orang-orang lihat Hadin disukai teman-teman seangkatannya dan kakak kelas terus bisa gampang dapat cewek, jawabannya tidak benar. Yah mungkin yang mau sama dia banyak tapi yang dia mau nggak di antara yang banyak itu gimana. Bukan maksudnya pemilih, Hadin memang bukan yang gampang jatuh cinta dan gonta ganti pacar. Enok jadi saksi hidupnya. Dia susah buat menyatakan perasaannya. Dan Enok nggak nyangka kalau dia bisa dengan berani nembak Grit.

Memang sih mereka itu sering diceng-cengin karena miripppp banget. Kayak Hadin itu versi cowoknya Grit dan Grit versi ceweknya Hadin. Semua orang berharap keduanya pacaran tapi Enok nggak sepercaya itu Hadin berani walaupun dia tahu temannya itu memang udah naksir duluan. Karena tahu dia nggak berani, Enok nggak pernah banyak bunyi. Dia nggak maksa-maksa. Dia biarin aja temannya itu berantem sama isi kepalanya sendiri. Dan ternyata dia berhasil juga menghadapinya.

Enok bangga juga, sih.

Tapi ternyata Grit agak deg-degan.

"Kita baru pacaran satu minggu udah ada yang tahu?"

THE CAPTAINSWhere stories live. Discover now