#9

285 42 0
                                    

***

Grit dengan sepatu converse tipe CT AS Ox Black White andalannya melangkah menyelusuri koridor sekolah. Sambil mengikat rambutnya sembarangan. Tadinya langkah Grit tak punya teman, sampai seseorang dengan sepatu adidas tipe Originals Ozweego datang.

Gimana nggak hapal. Mereka berdua belinya barengan.

"Apaan sih belum pantun tapi udah cakep aja???????"

Perbedaan tinggi antara Grit dan Hadin memang tidak begitu jauh tapi perempuan itu masih harus mengangkat kepalanya kalau berjalan beriringan dan ngomong ke Hadin.

Iya, Hadin sekarang berada di sisinya. Grit tidak tahu kenapa kalau berada di dekat Hadin selalu kecium bau coklat—mungkin karena parfum yang Hadin pake, nggak tahu dah, Grit nggak paham juga.

"Awas,"

Hadin tiba-tiba menarik lengannya, yang baru Grit sadari ia hampir menabrak gerombolan orang-orang di depannya. Yang kemudian cepat dilempar banyak permintaan maaf. Pasalnya mereka papasan sama Hadin yang mereka kenal. 

"Lihat ke depan atuh jalannya."

Grit masih setengah sadar. Kebiasaan suka tiba-tiba mabuk aroma coklat Hadin— padahal ini bukan kali pertama untuknya.

"Kok tumben Dika sama Wira bareng kamu?"

"Nggak tahu drama banget bawa motor." ungkap Hadin mulai bersiap ngomel tapi tangannya masih bisa menemukan serpihan—entah apa di rambut Grit. "Kemaren hp Wira jatuh dari motor. Mau aku suruh bawa mobil aja dah."

"Dih. Belum boleh. Motor aja sebenarnya belom boleh."

"Kelakuan mereka ada-ada aja. Udah sering dibilangin Ibun jangan dikantongin hp kalau bawa motor ntar jatuh. Beneran jatuh kan. Itulah akibat nggak dengerin omongan orang tua."

"Kenapa sih Wira sama Dika nggak satu sekolah aja sama kamu? Enak berangkatnya. Bareng."

"Mereka mau bebas kan. Kalau sekolah di sini kelihatan sama aku." cercah pemuda itu.

"Kamu sih makanya jangan galak-galak."

"Mana pernah aku galak."

"Dih."

"Ya udah. Ntar gue kasih tau anak-anak."

Suara Malik bersamaan dengan kemunculannya dari ruang osis mengejutkan Grit dan Hadin. Dalam langkah mereka, terlihat Malik tengah bicara dengan Yuri. Tapi tidak ada suara tanggapan sang puan. Grit dan Hadin hanya melihat anggukan kepala dan langkah Yuri meninggalkan Maliki di ambang pintu. Masuk lagi ke ruangan osis.

"Belum baikan juga ya lu berdua?"

Memang Hadin ini mulutnya sembarangan.

"Siapa yang berantem,"

"Eh lu sakit, Mel?" tanya Hadin, lain lagi.

"Apaan sih lu? Tiba-tiba." sanggah Malik.

"Lu tidur jam berapa semalam?"

"Emang kenapa?"

"Muka lu jelek banget soalnya." serang Grit.

"Sama aja ya lu ama cowok lu."

"Pasti lu semalam udah mulai begadang ya," Hadin menuduh terus terang. "Ngapain sih belajar, Nyet. Ntaran aja. Sekolah juga belum seminggu. Kurang-kurangin deh keambisan lu itu. Lu bakal tetap jadi anak kampus kuning kok. Santai aja," panjang kalimat Hadin.

"Apaan sih, Anjing. Sotoy banget." Malik kesal karena dituduh seperti itu walaupun memang ia sering melakukannya. "Ntar jam istirahat rapat bentar ya, Grit. Sekalian minta tolong kasih tahu anak-anak." Ia mengabaikan Hadin dengan membahas soal osis ke Grit.

THE CAPTAINSWhere stories live. Discover now