FINAL CHAPTER

372 39 7
                                    

***

Mereka cukup menderita sama putusnya Hadin dan Grit. Gara-gara dua orang itu putus, kelompok bermain mereka kebelah dua. Sebenarnya kayak apa yang dibilang Enok, mereka nggak sesering itu main bareng tapi tetap aja karena Hadin dan Grit udah kayak charger sama hape yang nempel mulu pas mereka putus dan jauh-jauhan semuanya jadi ribet.

Misal kayak Enok dan Hadin mau ke kantin, Enok harus mastiin dulu Grit sama Rere ada apa nggak di sana. Kalau ada, dia bakal ngikut Hadin cabut makan ke warung Bu Nanik depan sekolah. Begitu juga yang dilakukan Rere. Mungkin nggak seribet Rere dan Enok, Yuri dan Malik jarang ke kantin bareng. Cuma mendadak jadi konsultan dua orang yang putus itu. Terus ntar ribetnya, Malik harus berantem dulu sama Yuri karena Hadin mau nyamperin dia di ruang osis sedangkan Grit juga mau nyamperin dia. Padahal biasanya mereka kalau mau nongkrong, tinggal nongkrong aja.

Rere, Enok, Yuri dan Malik berharap Grit dan Hadin balikan biar situasi tentram lagi. Tapi melihat mereka balikan, rasanya pengen mereka putus lagi aja karena Demi Tuhan sekarang pacarannya lebih ALAY!!!!!!!

"Dari mana Grit tahu tangan love-love begitu?" Enok mendapati sang gadis menunjukkan love sign yang dibentuknya dari tangannya itu ke Hadin, pacarnya yang baru jadian lagi kemarin malam, merasa geli sendiri.

Rere sampai menghela napas, heran juga. "Nggak tahu."

"Kalo Hadin yang ngelakuin gue sih nggak kaget karena dia emang alay tapi Grit?" Yuri ikutan bersuara juga — melipat tangannya, benar-benar shock.

Malik di samping Yuri cuma menggelengkan kepala, tidak bisa berkomentar banyak. Jadi posisinya itu — Malik, Yuri, Rere dan Enok. Mereka baris di pintu masuk sekolah. Emang sengaja memantau dua pasangan yang baru balikan itu setelah Demi Tuhan kalau kalian lihat gimana mereka berdua hari ini bakalan muntah. Rere dan kawan-kawan senang banget dua orang itu balikan sampai nggak ada yang diceritain hari ini selain kisah mereka balikan tapi MEREKA ASIK SENDIRI. Sampai Rere dan kawan-kawan beneran ngerasa kayak obat nyamuk di sana. Sampai mereka berempat juga bodoamat kalau dua orang itu KETAHUAN warga.

"Bukannya kita janjian mau makan sama-sama?" Rere menyambar lagi dengan sorot mata tajamnya. "Kok mereka kayak mau makan berdua aja?"

Yuri cepat menyambar. "Kita nungguin, mereka main cabut aja."

Malik ketawa melihat raut kekesalan dari wajah Yuri — juga Rere. Jadi mereka janjian mau makan sebelum ke tempat les. Karena Hadin, Grit dan Enok harus latihan futsal jadi mereka bertiga nunggu di ruang osis — yang sekarang bukan ruangan mereka lagi. Tapi dengan santainya, dua orang yang baru balikan itu nggak nyamperin mereka dan main pergi aja.

"Di lapangan tadi begini juga, Nok?" Malik akhirnya bersuara.

"Kayaknya mereka juga nggak lihat kalo gue ada di lapangan."

"Mau kena jitak beneran kepalanya," Yuri bersumpah serapah sambil menggerakkan kakinya ke parkiran. "HEH mau kemana lo berdua?!"

Dia berteriak ke arah dua orang itu dengan tiga orang di belakangnya yang cepat membuntuti. Kehadiran mereka yang bergerombolan itu udah kayak mau demo di depan gedung DPRD. Hadin dan Grit sampai kaget.

"Lah lo pada masih di sekolah?"

"Minimal lo nggak ninggalin gue ya anjeng," sambar Enok.

"HAH?????" Hadin tersentak dikasarin pemuda itu. "Gue nggak lihat lo bangsatttttt. Gue kira lo udah pergi duluan jemput Rere." Ia membela diri.

Rere tegak pinggang. "Kan tadi gue udah bilang, gue libur syuting!!!!"

"Fokus, Din." Malik ketawa.

"Jadi lo nunggu di mana dari tadi?" Grit nanya ke Rere.

THE CAPTAINSWhere stories live. Discover now