#2

538 75 2
                                    

***

Jam istirahat sebentar lagi akan usai. Hadin tidak punya waktu banyak untuk bertemu dengan sang kekasih. Mana yang dicari tidak ada lagi. Dihubungi juga susah. Ini pasti gara-gara jawabannya di IG live kemarin. Rere juga segala pakai ide menarik perhatian anak baru dengan menyuruh dia live di akun ekskul futsal. Memang jadi banyak yang bertanya soal futsal dan join recrutment tapi pertanyaan pribadi banyak juga dan bikin Hadin agak muak. Mau tidak mau dia menjawabnya dan malah menimbulkan masalah sama Grit.

Tapi harusnya Grit tidak marah. Seperti kemauan Grit kalau hubungan ini tidak boleh ada yang tahu walaupun Hadin bandel sampai Enok bisa tahu juga. Syukurnya Enok bisa jaga rahasia. Jadi selama satu tahun ini aman-aman saja.

Hadin menelepon kembali perempuannya. Sama seperti yang Grit lakukan, ia juga menamai kekasihnya dengan nama dengan Captain G.

"Gritte Ayanna!"

Suara Hadin mengejutkan semua orang di lapangan futsal. Bagi mereka melihat interaksi keduanya seperti itu adalah hal biasa, mereka cuma melirik sebentar lalu kembali ke aktivitas masing masing. Sedangkan empunya nama yang sedang duduk di sudut tribun, mau tak mau bergerak mendekat. Takut juga karena ia tahu maksud kedatangan sang tuan. Takut Hadin nekat.

"Kamu marah karena aku bilang aku sama kamu nggak pacaran di IG live kemaren?"

"Nggak usah serius mukanya. Ntar anak-anak ngeliat." Grit mencoba memelankan suaranya.

"Aku kalo ngomongin strategi ke kamu kayak gini juga."

"Yah sekarang kan lagi nggak main."

Hadin agak frustasi juga mau membenarkan raut wajahnya yang serius itu. Mau gimana pun kalau sama Grit baik itu soal futsal atau soal hubungannya, Hadin bakal mandang Grit lekat-lekat.

"Aku nggak marah kamu bilang aku sama kamu nggak pacaran tapi aku marah kenapa kamu harus jawab pertanyaan itu." ungkap Grit.

Tarikan napasnya panjang, mencoba tenang. Hadin dapat poinnya. Grit memang marah soal IG live kemaren. "Mereka nanya mulu, Cantikkkk. Komentarnya penuh sama pertanyaan itu. Sampai yang nanya soal futsal tenggelam. Aku udah nahan juga nggak jawab. Tapi mereka makin spam. Kamu juga nonton kan kemaren,"

"Banyak banget kayaknya yang suka sama kamu."

"Astaga, emang aku seganteng itu?"

Grit menghela napas malas.

"Kamu pasti belum makan, kan?" Ditengah kalutnya usai dimarahin sang kekasih, Hadin masih mikirin Grit yang nggak ke kantin. "Aku tarok roti di loker kamu. Bawa ke kelas aja ya. Udah mau bel soalnya."

"Kaki kamu gimana?"

Belum lagi Hadin mengambil langkah, jatuh pertanyaan yang sama dengan pagi tadi untuknya. Kalau boleh cerita, cemburu Grit yang seperti ini sudah jadi konsumsi sehari-hari Hadin. Kadang kesal juga tapi lebih banyak lucunya. Lihat Grit marah-marah itu Hadin suka.

"Disenyumin kayaknya udah sembuh sih,"

"Sparing yuk."

Laki-laki itu ketawa. Emang paling seru ngisengin Grit. Dan Grit juga pelan-pelan menarik bibirnya, membentuk senyum manis di sana. Berantem karena hal-hal kecil dan baikan karena hal-hal kecil juga. Satu tahun sama Grit, Hadin paham betul gimana perempuannya ini. Mungkin kalau pada bilang dia bulol kayaknya emang. Apa aja yang dilakuin Grit, Hadin tetap sayang Grit.

"Mau bareng nggak ke kelas?"

"Yuk," Dia jadi paling bersemangat sekarang.

"Jangan gitu mukanya. Ntar dilihatin anak-anak."

THE CAPTAINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang