#12

281 38 0
                                    

***

"Beneran nggak sih?"

Aslinya yahhh Grit nggak sepercaya diri itu juga. Ralat. Maksudnya dia nggak percaya sama Hadin soalnya Hadin suka puji-puji dia even dia lagi jeleeeek banget di lapangan.

Yah maksud Grit kalau lagi jelek yah bilang aja jelek. TAPI KOK GRIT MAKSA. Orang emang selalu cantik di mata Hadin. Mau gimana lagi.

"Kamu potong rambut nggak?" Dia tiba-tiba mengambil tempat selangkah lebih dekat dengan Hadin dan menyisir rambut laki-laki itu dengan jemarinya. Tindakan implusif Grit ini nyaris bikin Hadin mati di tempat. Dia bahkan belum menjawab pertanyaan penuh keraguan sang puan. "Bener kata Anna rambut kamu dah mau nutup telinga ini." sambungnya.

"Menurut kamu gimana?"

Hadin itu aslinya emang beneran mau mati di tempat tapi dia berusaha tetap cool. Hadin sendiri yakin kalau Grit nggak sengaja melakukan ini buat ngisenginnya. Emang Grit seimplusif itu tanpa memikirkan bagaimana mentalnya sehabis ini.

"Gimana apanya?"

"Jelek emang aku gondrong?"

"Cakep kok."

TUHHHHH LIHAT. Grit nggak sadar sama apa yang dia lakuin. Yah kayaknya kejujuran Grit emang ditanggapin Hadin terlalu berlebihan aja sih. Tapi tolonglah. Hadin nggak bisa diginiin. Dipuji-puji Grit.

"Kalo rambut aku gondrong sampai pantat tetap cakep nggak?"

Plak!

Grit memukul lengan Hadin cukup keras. "Lu tuh bisa nggak ngomong yang normal-normal aja?"

"Ada orang rambutnya sepantat."

"Yah emang ada tapi lu mau gitu?"

"Kalo menurut kamu cakep oke."

"Dahlah. Malas ngobrol sama kamu." timpal Grit kemudian masuk ke salon.

Hadin mengekor di belakang. Tetap berisik. "Makasih tapi dah bilang cakep. Jarang-jarang kamu muji aku."

Anna menangkap cepat kehadiran abangnya dan pacarnya itu. Hadin nggak tahu sejak kapan tampang Anna jadi sesonggong ini. Masa sih dia pas kelas dua SMP mukanya begini juga. Hadin mikir adik bungsu nan manis dan lucunya kemana. Kenapa beda banget sekarang?????

Yah mungkin Hadin harus stop bilang Anna anak kecil lagi. Dia dulu pas kelas dua SMP juga ngerasa udah gede. Namanya juga ABG (anak baru gede). Nggak boleh banyak protes karena udah pasti pinterin dia.

"Adek cuma make atm abang buat beli lipbalm." Dia memberikan kartu kredit itu ke Hadin. Karena tahu dia mau jajan makeup, Hadin berbaik hati ngasih atm. Paling berapa sih makeup bocil, ya kan. "Tadi adek nelpon Kak Wira dia mau nitip sesuatu apa nggak,"

Tapi sebuah malapetaka datang.

Hadin juga udah curiga sihhhhh. Paperbag di dekat Anna bukan cuma satu tapi ada tiga. Hadin nggak bakal mikir macam-macam. Mungkin belanjaan Grit atau dia beli apa gitu yang yahhh masih harga wajarlah. Tapi dia tiba-tiba mention nama Wira. Itu anak orgil tahu nggak.

"Katanya, Abang baru menang turnamen jadi dia minta beliin sepatu." GITU ANNA NGOMONG apa nggak keluar biji mata Hadin. "Sekalian kata dia Mas Dika juga beliin."

Grit yang berada di antara dua kakak-beradik itu nahan ketawa. Dia tadinya nggak bolehin juga Anna buat beli sepatu. Boleh aja tapi ada baiknya kasih tahu Hadin dulu. Cuma Wira emang ngeselin sih. Katanya biarin aja balasan karena masalah di rumah tadi.

"Abang juara umum kemaren kan? Sama jadi pencetak gol terbanyak?"

"Siapa yang bilang gitu?"

"Kak Wira tadi ditelpon."

THE CAPTAINSWhere stories live. Discover now