#7 After Friends Found Out.

344 38 0
                                    

***

"Kata Papa kamu sampai jam 2 semalam,"

"Hahahaha iya. Papa kamu juga main."

"Kamu boleh kok kalo mau nolak ajakan mereka, Din. Mereka emang sebrutal itu sama olahraga."

Hadin menanggapi dengan tawa sembari tetap fokus menyetir. Kalimat Grit terdengar lucu untuknya. Karena ini bukan pertama kali Hadin main tenis sama papa dan kakaknya.

"Eh tapi kamu sama Mahawira juga main tenis meja sampai subuh kan waktu itu." ujarnya lagi. Baru ingat kalau adik laki-laki Hadin yang satu ini juga sebrutal itu sama olahraga.

"Makanya." Masih ketawa sang tuan.

"Yaaah cocok sih kamu sama keluargaku. Besok ajak aja Mahawira ke rumah. Kan pas tuh dua lawan dua." Ini aslinya melarang Hadin tapi yang dilarang malah ketawa-ketawa setuju.

Kalau berangkat sekolah, keduanya memang tak banyak bicara. Lebih tepatnya Hadin. Karena memang jalanan di pagi hari sangat-sangat ramai. Apalagi kalau sudah di persimpangan mendekati sekolah. Jadi Hadin harus fokus menyetir. Soalnya tak hanya sekolah mereka saja di sana, tapi ada SD dan SMP. Belum lagi pekerja kantoran yang lewat.

"Eh scrunchie ini maksud kamu ya?"

Hadin melirik sebentar. "Udah dibalikin Anna?"

"Kamu ih aku bilang nggak usah dibalikin."

"Aku nggak ada bilang. Cuma tadi aku ngasih tau kalau kamu mau ngajak main." ungkap Hadin. Melajukan mobilnya pelan-pelan. "Dia sendiri yang balikin berarti. Aku nggak tahu."

"Dasar Anna. Pasti ntar kalo ketemu minta maafnya tiga kali karena minjem ini."

Hadin cuma ketawa saja. Nggak kaget lagi soal itu.

***

Yuri menyikut tangan Enok saat ia mendapati kemunculan Hadin dan Grit datang bersama. Mungkin kalau Enok sudah biasa melihat kedekatan mereka sebagai sepasang kekasih tapi karena Yuri baru tahu agak kesal sedikit.

Buat mereka yang memikirkan hal ini penting mungkin bakalan pusing. Hubungan apa yang sedang dijalin Hadin dan Grit. Kalau memang cuma teman seperti kata warga sekolah dan mereka sendiri, kenapa mereka bisa nempel banget dan ketawa-ketawa bareng seolah dunia cuma milik berdua. Mengundang banyak pasang mata untuk memperhatikan mereka.

"Ternyata perasaan kesal lihat lu berdua pacaran apa nggak, nggak ada apa-apanya pas tahu lu berdua beneran pacaran. Suer." Yuri langsung menyerang Hadin dan Grit ketika keduanya kompak duduk di hadapannya dan Enok. Apa sih yang diharapkan sama pasangan aneh ini, bahkan sebelum tahu mereka pacaran saja, Yuri udah menganggap mereka pasangan aneh di antara semua eksul sekolah.

Grit melihat-lihat menu, mengabaikan Yuri. "Makan apa ya?" Matanya mengamati tiap kata.

"Nggak usah mikir deh. Ntar ujung-ujungnya bakso juga." timpal Enok, paham betul menu andalan sang puan. Ia telah menjadi saksi bisu Hadin dan Grit kalau mau ngedate di kantin selama setahun ini. Saksi bisu itu nama kerennya, kalau nama jeleknya obat nyamuk.

"Kamu udah ketemu sama anak yang punya resto itu?" tanya Hadin sembari meraih botol air mineral di tengah-tengah meja, membukakannya untuk sang pacar.

"Masih belum ketemu, Grit?" sambar Yuri.

"Belum."

"Ntar gue coba bantu nyari di ruang TU."

Enok tak mau kalah, ikut menyambar. "Anjing. Berapa hari tuh ngecek semua anak baru?"

"Ah, lu sama aja kek Hadin. Nyerah duluan."

"Futsal doang mereka nggak nyerah." kata Yuri.

"Itu mah Grit juga kali." serang Enok.

THE CAPTAINSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant