Bukan Pemeran Utama (3)

18.8K 1.7K 146
                                    

.

.

.

Arjuna kini tengah menghabiskan waktu makan siangnya bersama sekumpulan teman-temannya. Ada sekitar enam orang dimeja restoran dengan konsep outdoor tersebut, hingga suasana makan siang pria itu tampak lebih ramai dari biasanya.

Canda tawa terus dilontarkan oleh beberapa temannya tapi nyatanya Arjuna sama sekali tak bisa tertawa. Pria itu malah terus memandang gelisah kearah ponselnya.

Beberapa kali ia mendial satu kontak, tapi sama sekali tak mendapatkan tanggapan, begitu pula pesan yang ia kirimkan.

Arjuna mendengus kasar sehingga membuat Bimo- salah seorang teman yang yang merangkap rekan sekantornya bersuara.

"nih anak kenapa sih? risih anj*ng gue liatnya!" maki Bimo tak tahan.

Bagaimana tidak? Sikap gelisah Arjuna begitu kentara hingga menarik perhatian yang lain. Mata pria itu tak lepas menatap gusar pada benda persegi yang ada dihadapannya, sama sekali tak menghiraukan ucapan temannya.

Terdiam sebentar, Arjuna akhirnya menjulurkan tangan kearah Jefry yang kini mengernyit heran.

"Pinjam HP lo" jelas pria itu singkat.

Jefry tidak juga bereaksi melainkan hanya menatap Arjuna penuh tanya, begitu pula dengan teman-temannya yang lain.

"Udah sini" Arjuna dengan tidak sabaran merampas ponsel Jefry yang tergeletak begitu saja diatas meja.

Terdengar Jefry mengumpat namun tetap membiarkan tingkah aneh Arjuna yang sudah berjalan menjauh dari mereka.

Arjuna sendiri segera menghubungi nomor seseorang lewat ponsel yang dirampasnya hingga panggilan tersebut langsung terhubung.

"halo? Mas Jefry? Ada apa nih?" suara seorang wanita menyapa dengan lembut diseberang sana.

"halo?" Kania kembali menyapa saat tak ada suara yang menyahutinya.

Arjuna menipiskan bibirnya geram. Sudah ia duga, Kania pasti langsung mengangkat panggilan dari ponsel Jefry. Padahal sebelumnya Arjuna menelpon dan mengirim pesan pada gadis itu puluhan kali, tapi sama sekali tak dihiraukan. Apakah Kania benar-benar berniat menjauhinya?, tapi kenapa?.

"ini aku" ucap Arjuna dengan suara beratnya. Pria itu sekuat tenaga menahan rasa frustasinya akan sikap Kania.

"Mmmm, mas Juna?" tanya Kania ragu.

"kamu bahkan gak mengenali suaraku?"

"a-aku cuma mastiin aja" Kania sendiri merasa gelagapan karena nada bicara Arjuna yang terdengar tak enak.

"lupakan, bubur tadi pagi udah dihabisin?" tanya Arjuna melunak karena mengingat gadis itu sedang sakit.

"udah, mas" jawab Kania lamat-lamat. Pikiran gadis itu mulai berkelana. Kenapa Arjuna harus segigih ini menghubunginya hanya untuk menanyakan hal tersebut?.

"beneran?" pria itu bertanya memastikan.

"iya..." lirih Kania.

Perasaan gadis itu tiba-tiba menyendu memikirkan bagaimana pedulinya Arjuna, padahal pria itu tak perlu merepotkan diri sejauh ini.

"sekarang? Sudah makan?" tanya Arjuna lagi.

"emmm, ini lagi nunggu pesenanku dateng"

"jangan makan yang terlalu berminyak dulu" Arjuna memperingati.

"aku pesen soto ayam"

"good, habis itu jangan lupa obatnya diminum"

"iya, aku tahu. Mas Juna terlalu berlebihan, bahkan sampe nelpon pake nomor mas Jefry" Kania memberanikan diri menyampaikan ketidaksukaannya.

My Short StoryWhere stories live. Discover now