Tiba Saatnya (5)

30.8K 1.7K 89
                                    


@

@

@

@


Sudah beberapa hari ini Dean pulang dengan aura menyeramkan dan tidak bersahabat hingga orang-orang tidak berani berbicara padanya. Dean hanya akan berusaha meredakan emosinya jika berhadapan dengan anaknya.

Dean kelimpungan mencari keberadaan istrinya. Berkali-kali ia menemui Intan, sahabat sekaligus pengacara pribadi Maura tapi ia hanya akan mendapat penolakan dan ujaran penuh benci wanita itu.

Berkali-kali pula ia mendatangi studio Maura yang kini hanya diisi oleh beberapa pegawainya. Dan mereka hanya akan mencicit menjawab tidak tahu karena Dean berbicara dengan tak sabaran dan penuh emosi.

Dean menghempaskan dirinya disofa dalam kamarnya. Ia bersender lelah dan menutup matanya dengan lengan.

"Papa" Dean menoleh dan mendapati anaknya berdiri disamping pintu.

"Sini" Dean meminta anaknya mendekat, lalu begitu Mira dekat pria itu mengangkat Mira untuk duduk dipangkuannya.

"Papa... mama liburannya masih lama ya?" Dean memejamkan matanya mendengar pertanyaan sang anak.

"Kamu kangen mama?" Mira mengangguk dan menatap ayahnya.

"Papa juga" bisik Dean.

"Kita telepon mama ya pa, kita suruh mama pulang"

"Udah malem sayang, mama pasti udah bobo... kamu juga bobo ya sekarang"

"Aku mau ngomong sama mama" kekeh Mira, matanya sudah berkaca-kaca.

"Iya, tapi mama udah bobo... tadi papa udah coba telpon, kita bobo ya... papa yang akan jemput langsung mama" Dean mencoba meyakinkan anaknya.

"Papa janji?"

"Janji" yakin Dean, juga berjanji pada dirinya sendiri.

Setelah yakin anaknya sudah pulas Dean dengan pelan beranjak turun dari kasur dan keluar dari kamarnya.

"Dean..." Dean menoleh saat mendengar suara ibunya memanggil.

"Mama belum tidur?" Tanya Dean lalu kembali memunggungi sang ibu untuk membuka kulkas.

"Kamu sama Maura kenapa?"

"Kami gak papa" ucap Dean lalu menandaskan minuman dinginnya. Kemudian pria itu menoleh saat mendengar tangisan ibunya.

"perasaan mama gak enak, sedari kamu sama Mira minggat kesini, mama selalu gak tenang" wanita paruh baya itu menatap sedih anaknya.

"Mama pengen tanya, tapi mood kamu selalu jelek, mama hubungi Maura tapi dia gak aktif"

"Apa ini gara-gara permintaan mama waktu itu?" tanyanya menatap Dean penuh harap.

Dean menoleh mengalihkan pandangnya, menolak menjawab tanya sang ibu. Namun wanita paruh baya itu tahu jawabannya dari keterdiaman anaknya.

"Astaga Dean..." raungnya tidak tahan.

"Ini semua gara-gara mama..." tangisnya makin menjadi.

"Ya ampun... Maura pasti benci sama mama... Maura... Maura pasti.."

"Ma.. udah" Dean menghampiri sang ibu dan memeluknya.

"Mana Maura Dean? mama harus temui dia dan minta maaf, mama harus minta maaf" tangisnya dalam pelukan sang anak.

"Maura dirumah kan? Ayo antar mama kesana... mama akan memohon maaf" Lidya melepas pelukan sang anak dan menatapnya penuh harap.

"Ini bukan salah mama" lirih Dean.

My Short StoryWhere stories live. Discover now