14. Mantan

1.2K 51 1
                                    

Setelah memutuskan untuk membiarkan Shafa ikut bergabung bersama mereka, Fara dibuat tidak tenang dan nyaman berbanding terbalik dengan Acha yang begitu santai dan tidak peduli.

Padahal yang harusnya seperti itu Acha bukan Fara, jelas-jelas Shafa sedang berusaha mendekati Fara untuk mengambil perhatiannya.

"Tante suka koleksi jam tangan ya?."

"Buat gaya-gaya aja sih ngabisin uang." Jawab Fara seperti biasa dengan senyuman palsunya.

Ngobrol dengan Fara Shafa selalu dibuat mati kutu untuk menlanjutkan topik obrolannya tapi Shafa tidak menyerah begitu saja, demi Reno Shafa akan terus berusaha memenangkan hati Fara.

"Oh iya, Cha, tumben banget lo belanja di Sephora beli make up?." Tanya Shafa tidak sengaja melihat salah satu paper bag dari Sephora milik Acha.

"Biasanya kan lo paling gak peduli tentang penampilan, lo kan cewek natural."

Acha menatap Shafa untuk beberapa detik lalu tersenyum membuka paper bag itu menujukan isi nya tanpa ragu pada Shafa. "Iya, cewek natural juga tetap butuh skincare biar cakep dan gak ngandelin make up." Ucap Acha, nada bicaranya terdengar halus namun terkesan menyinggung pada Shafa.

Fara tertawa renyah mendengar ucapan Acha, tidak disangka Acha bisa melontarkan kata-kata itu sangat bagus sekali, Fara suka.

"Gue pikir lo cewek natural yang gak perlu pake skincare lagi."

Acha menompangkan dagu nya di tangan menatap Shafa lagi. "kalo gue bidadari yang cantiknya murni dari surga mungkin iya, sayang nya gue cuman manusia biasa yang masih ngandelin skincare buat nge rawat kulit muka gue, gak beda jauh kaya lo yang selalu ngandelin make up.... Eh tapi beda jauh deh." Acha tidak mau menyamakan dirinya dengan Shafa.

Shafa mengepalkan tangannya menggeram dalam hati, sialan sekali ternyata Acha. Shafa berusaha tetap tenang dan tersenyum seolah tidak tersinggung dengan ucapan Acha.

"Betul loh kata Acha, skincare tuh wajib buat nge rawat kulit muka biar gak kusem." Timpal Fara mengedipkan sebelah matanya pada Acha.

"Iya tante, aku tadi cuman nanya aja soalnya kan Acha tuh orangnya males setau aku, jadi aku pikir dia gak pake skincare."

"Eh jangan salah kamu, tiap bulan Acha tuh rutin perawatan sama tante loh. Mangkanya dia cantik natural walaupun tanpa make up kaya gini." Ucap Fara mencubit gemas pipi Acha.

Sabar, sabar, Shafa.

"Oh gitu, kalo aku boleh tau perawatan dimana tante, muka tante keliatan muda banget gak keliatan tua nya sama sekali." Puji Shafa.

Memang pada dasarnya ibu-ibu mendengar pujian seperti itu langsung seneng. "Ah masa sih?."

"Serius deh tante, aku jadi pengen biar kaya tante."

"Nanti deh tante ajak kamu."

Shafa tersenyum puas dalam hati nya. "Nanti tante kabarin aja biar aku yang jemput tante."

"Gak usah, rumah kamu kan berlawanan sama rumah tante, nanti ketemu ditempat nya aja biar tante sama Acha."

"Gak sekalian sama Reno, tante?."

Reno? Fara tidak bergeming apa yang baru dirinya katakan tadi, kesenangan karna dipuji Fara tidak sadar dengan ucapannya pada Shafa.

Raut wajah Fara dalam sekejap kembali seperti awal. "Itu juga kalo mood tante bagus buat bareng sama kamu." Ucap Fara berhasil membuat senyuman Shafa luntur.

"Kok gitu tante?."

"Soalnya tante lebih suka berdua sama Acha, kadang kalo ada orang baru canggung."

Orang baru katanya, Shafa dibuat jengkel bisa-bisa nya Fara bilang seperti itu padahal mereka sudah kenal lebih dari satu tahun walaupun tidak terlalu dekat.

"Yaudah deh tante kalo gitu. Aku pamit duluan ya, ada urusan lagi soalnya." Shafa berdiri merapihkan pakaiannya.

"Cha, duluan ya."

"Hati-hati." Shafa pergi dari sana dengan senyuman pahitnya.








*****










"Capek banget kayanya yang abis jalan-jalan."

"Ih tadi mamah ketemu mantan mu loh pas makan, ngeselin banget." Ucap Fara yang sedang selonjoran disofa.

Reno menaruh segelas teh jahe yang baru dibuatnya lalu duduk menyandarkan punggungnya di sofa yang berhadapan dengan Fara. "Kenapa emangnya?."

"Masa dia nyidir Acha sih, katanya Acha tuh males gak mau ngerawat diri." Cerita Fara.

"Masa sih?."

"Dikira mamah bohong."

"Terus-terus." Reno jadi penasaran.

"Ini kamu pasti gak bakalan percaya, Acha waktu disindir sama Shafa dia tuh ngelawan tau, ih mamah seneng banget liatnya dia gak ngebiarin dirinya ditindas gitu aja sama Shafa." Tutur Fara.

Reno menegakan badannya mengambil teh jahe miliknya lalu meminumnya. "Tapi gak berantem kan?."

"Ngga lah."

"Syukurlah." Selagi Shafa tidak berbuat aneh-aneh maka akan Reno biarkan.

"Kaya nya sih dia berusaha ngedeketin mamah biar bisa balikan lagi sama kamu, tapi sayang nya mamah gak segampang itu buat luluh sama dia." Ucap Fara padahal tadi dirinya hampir saja luluh karna pujian Shafa.

"Biarin aja, lagian aku udah gak mau lagi sama dia."

"Bagus, lebih baik kamu sama Acha."

Reno memutar bola matanya. "Harus berapa kali lagi sih aku bilang, kalo aku sama Acha tuh sampai kapanpun bakalan tetep jadi sahabat gak lebih." Ujar Reno.

"Sahabat aja gak cukup loh, Ren."

"Sahabatan itu cuman berlaku di usia kalian pas muda aja, kalo sekarang kan kamu udah dewasa sudah waktu nya menjalin hubungan serius." Sambung nya.

"Ya tapi gak sama Acha juga, Mah. Dia sahabat aku." Reno terus menyangkal.

"Kalo bukan sama Acha mau sama siapa lagi, kamu. Memangnya kamu dekat dengan cewek selain Acha?."

"Sakarang belum tapi nanti pasti ada."

Fara berdecak, susah memang memberitahu putra keras kepalanya itu. "Mamah gak mau ya kalo model nya kaya mantan mu itu. Inget, jadi mantu mamah minimal setara kaya Acha bagus-bagus kalo dapet yang maksimal kamu." Ketus Fara.

"Mamah gak perlu mikirin itu, itu urusan aku."

"Bocah ya, mau gimana pun yang jadi istri kamu nanti pasti bakalan jadi menantu mamah. Ya jelas mamah harus mikirin lah, toh kamu anak mamah satu-satu nya kok."

"Tapi yang jalanin aku bukan mamah."

"Kamu tuh kaya papah kamu susah dikasih tau nya, keras kepala."

"Gak usah bawa-bawa papah." Reno menatap tidak suka mamahnya yang membawa-bawa papah nya dalam pembicaraan mereka.

"Lagian memang kamu ikhlas kalo nanti Acha dimilikin orang lain?." Tanya Fara balas menatap Reno tidak habis pikir.

"Kenapa harus gak ikhlas, malah harusnya aku seneng dong kalo Acha punya seseorang yang bisa ngejaga dia jadi gak harus selalu ngandelin aku."

Fara geleng-geleng. "Terserah kamu aja lah, mamah gak akan bantuin kalo semisal masa itu tiba." Pasrah Fara, memilih untuk bangun dan pergi ke kamarnya meninggalkan Reno.













To be continude

Hi, AchaKde žijí příběhy. Začni objevovat