2.61

274 42 19
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Xiao Sa ingat jika di dekat rumah mereka ada sebuah taman kecil berisikan permainan anak seperti ayunan, seluncuran, pagar pemanjat, jungkat-jungkit, dan masih banyak lagi. Tidak lebih dari tiga kali si kembar pergi ke sana semasa kecil, dengan ditemani oleh Xiao Zhan. Namun, tidak berkesempatan untuk mencoba satu pun permainan sebab taman selalu dipenuhi oleh banyak anak-anak yang saling berebut permainan dengan sangat tidak sabar.

Chen Yu yang cenderung sulit berbaur merasa sangat sedih ketika tidak bisa melindungi sang adik dari dekat. Ketika pulang ke rumah, dia mendapati lebam di lutut Xiao Sa. Kesedihan semakin berlipat ganda, dia tidak menangis untuk meluapkan emosi, justru tiada henti menanamkan kata-kata buruk untuk dirinya sendiri.

"Tidak pantas menjadi kakak! Tidak berguna!" Begitulah cara Chen Yu kecil menghukum diri sendiri. Dia tampak seperti kesurupan hingga menjadi abai sekitar. Wang Yibo dan Xiao Zhan telah berkali-kali mengajaknya berbicara, bahkan sesekali menegur. Namun, mereka selalu mendapatkan pengabaian tak berujung.

Sementara Xiao Sa tiada henti mengguncang tubuh Chen Yu dengan linang air mata kepedihan. Isak tangis mengudara kala tidak menerima respon. Bibir ranumnya yang bergetar hebat menyerukan banyak permintaan maaf. Sedikit demi sedikit, kesadaran Chen Yu kembali. Dia terkejut melihat keadaan kacau sang adik. Sebagai aksi menghibur terbaik, dia menyelimuti tubuh bergetar Xiao Sa dengan dekapan hangat, serta bisikan halus tepat di telinga lelaki manis itu, "Jangan menangis …. Gege akan melindungi Xiao Sa."

Dengan demikian, mereka berdamai dengan diri sendiri. Xiao Sa membalas dekapan Chen Yu tak kalah erat, juga melantunkan janji bahwa dia tidak akan membuat banyak ulah yang akan menerbitkan kekhawatiran sang kakak.

Kini, Xiao Sa tersenyum ketika menyadari bahwa dia telah mematahkan janji itu pada usia yang telah menginjak dewasa. Meski terlihat main-main, dia yang masih kecil akan selalu mengingat setiap detail kecil hingga tidak pernah melanggar apa yang telah dia sematkan di dalam kepala. Sementara dia yang sudah dewasa justru bertindak sebaliknya dan dia sadar akan hal itu.

Xiao Sa telah terbiasa dimanjakan oleh kasih sayang Chen Yu. Tidak dapat dipungkiri, rasa egois itu ada. Dia belum siap jika kasih sayang sang kakak akan terbagi. Setelah menikah, sudah dipastikan bahwa orang-orang akan berfokus kepada kehidupan baru. Sementara kehidupan lama sedikit demi sedikit akan tersisihkan. Xiao Sa tidak sanggup dinomorduakan. Meski demikian, dia benar-benar sadar jika pemikiran itu sangat kekanakan. Namun, dia baru saja kembali dari luar negeri, tidak bisakah dia menghabiskan waktu berdua bersama saudaranya lebih lama lagi?

"Cih! Pasangan yang menggebu-gebu," ujaran yang terdengar seperti hinaan tidak sepenuhnya bermakna buruk. Kalimat yang diakhiri dengan senyum simpul justru berkesan seperti hati Xiao Sa tengah tergelitik.

Tak berselang lama, senyum Xiao Sa memudar kala netra menangkap bayangan lelaki yang sedang mendekat ke arahnya. Tidak perlu menebak, dia sudah tahu siapa sosok itu. Perlahan-lahan, pandangan mendongak ke atas seiring mata bergerak ringan mencari bulan yang sedang malu-malu bersembunyi di balik awan hitam. Sorot mata dipenuhi kerinduan, juga kegundahan yang berpangkal di hati. Helaan napas berembus sekencang angin malam yang menyayat kulit. Kelopak mata tertutup untuk menumpahkan air mata yang tertahan.

Chen Yu yang pada saat itu akan meraih tubuh Xiao Sa pun mengurungkan niat. Segala pergerakan terhenti, tangan kekar mengambang di udara sebab tak ingin mengusik aksi luapan emosi yang menguasai diri sang adik. Jarak sepanjang tiga langkah memisahkan mereka. Salah satu kaki Chen Yu bergerak mundur untuk sikap berlutut. Digenggamnya tangan Xiao Sa yang terasa dingin, dia menggosok tangan lelaki manis itu untuk menciptakan kehangatan tiada tara.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Where stories live. Discover now