2.56 🔞

505 47 27
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Ketika Gu Wei akan membuka pintu mobil, tiba-tiba tangannya ditarik. Kemudian, dia merasakan punggungnya yang membentur sisi mobil dengan cukup kuat. Dia tidak diberi kesempatan untuk mengekspresikan rasa sakit sebab pihak lain sudah lebih dulu berbicara.

"Mencoba untuk kabur?" Di bawah tatapan intens milik Chen Yu, Gu Wei selalu menunduk demi menyembunyikan cairan bening yang telah menggenang di pelupuk mata.

Chen Yu menggeram ketika mendapatkan pengabaian tak berujung. Dia menggenggam kuat rahang Gu Wei hingga tatapan mata mereka bertemu di satu titik. Tidak sulit untuk mendeteksi perasaan yang melanda diri lelaki manis itu, tetapi dia tetap tidak melakukan sesuatu, berpura-pura buta akan segala situasi yang melanda. Namun, dia tidak lagi dapat berdiam diri ketika bibirnya dijarah secara agresif.

Gu Wei melampiaskan segala emosi negatif melalui ciuman ganas.

Ketika pagutan terlepas, bibir Chen Yu mengalami bengkak yang parah. Dia merasa takjub sampai tidak mampu berkata-kata. Sangat jarang bagi Gu Wei untuk mengambil inisiatif terlebih dahulu. Aksi intim lebih banyak dimulai oleh Chen Yu, sementara lelaki manis itu hanya menerima dan bergerak secara pasif. Kali ini, kenapa mereka seolah mengalami pertukaran jiwa?

Chen Yu belum sempat memikirkan jawaban terbaik ketika sudah mendengar suara yang dipenuhi nada perintah menyambangi telinganya, "Masuk!"

Chen Yu secara refleks menjadi patuh, duduk diam di dalam mobil tanpa bertanya ke mana pihak lain akan membawanya pergi. Melewati jalan yang akrab, tetapi Gu Wei menghentikan mobil di tengah perjalanan. Chen Yu yang enggan bertanya hanya membuat beberapa jenis praduga melalui ekspresi wajah pihak lain.

Wajah putih Gu Wei berubah dengan cepat menjadi kemerahan. Dari situ Chen Yu menebak jika lelaki manis itu mengalami demam secara tiba-tiba dan membutuhkan obat. Sekarang, dia tahu alasan mereka datang ke apotek. Sebagai kekasih yang diliputi kepekaan tinggi, dia memutuskan untuk bergerak cepat. "Kamu tunggu di sini. Biar aku yang membeli obat."

Sayangnya, kebaikan hati tersebut ditolak secara mentah-mentah, "Jangan bergerak! Duduk diam di tempatmu!"

Chen Yu tidak akan paham apa yang ingin dibeli Gu Wei.

Butuh waktu yang lama bagi Gu Wei untuk kembali. Entah obat apa yang dipilih, tetapi Chen Yu berusaha memahami dengan baik. Bagaimanapun, kekasihnya itu adalah dokter yang mungkin saja akan memilah-milah dengan baik sebelum membeli. Ketika Gu Wei duduk kembali di kursi kemudi, Chen Yu cepat-cepat memeriksa suhu tubuhnya. Benar saja, kening itu benar-benar panas hingga nyaris menyentuh titik didih. Namun, terdapat sedikit keanehan yang dia temukan, yaitu hawa panas hanya singgah di wajah Gu Wei. Sementara anggota tubuh yang lain berada dalam suhu normal.

Meski demikian, Chen Yu segera mencurahkan perhatian lebih. "Aku yang akan mengemudi. Kamu tidak sehat, gunakan sisa perjalanan untuk istirahat."

Lagi-lagi, kebaikan hati mendapatkan balasan yang buruk. Gu Wei melotot, membuat Chen Yu menyumpal bibir rapat-rapat. Dia diperlakukan seakan apa pun tindakannya, tidak pernah benar di mata pihak lain. Demi menghindari perdebatan yang berpeluang untuk terjadi, dia memutuskan mengalah dalam segala hal. Meski dia masih belum bisa mengalah pada satu hal yang sangat patut diperjuangkan.

•••

"Jangan takut … aku akan lembut," melalui perkataan tersebut, Chen Yu tahu bahwa Gu Wei terdengar benar-benar menjanjikan apa yang diucapkan. Namun, dia baru saja mengatakan apa? Kenapa perkataan yang seharusnya Chen Yu keluarkan dirampas seenak jidat?

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Where stories live. Discover now