2.14

314 52 23
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Gu Wei tidak tahu jika membawa Chen Yu ke ruangan dokter kelamin akan menyebabkan aura permusuhan tersebar di sekitar mereka. Dia juga tidak tahu alasan di balik semua itu. Dia hanya mengetahui bahwa ada api besar yang meluap-luap di mata Chen Yu ketika melihat ke arah Dokter Jin. Cukup lama Gu Wei memandang ke arah mereka secara bergantian. Segera setelahnya, dia menemukan kemungkinan di mana aura permusuhan sangat kental dirasa akibat jiwa dominan milik Chen Yu dan Dokter Jin saling berlomba-lomba untuk menunjukkan siapa yang lebih unggul.

Dua lelaki itu memiliki tubuh kekar dan atletis. Namun, Chen Yu masih kalah jauh sebab baru beberapa bulan dia membentuk otot-otot kekar di tubuhnya. Berbeda dengan Dokter Jin yang rutin berolahraga sejak beberapa tahun yang lalu. Jelas Dokter Jin tampak lebih kekar daripada Chen Yu. Untuk soal aura dominasi, Chen Yu pemenangnya. Gu Wei menggigil seketika, berusaha mencairkan suasana tegang yang justru semakin berlipat ganda ketika dia mendapatkan sentuhan dari Dokter Jin.

Gu Wei dan Dokter Jin sudah lama berteman, mereka tinggal di kamar asrama kampus yang sama meski memilih bidang yang berbeda. Keduanya cukup akrab, jauh lebih akrab ketimbang dengan Dokter Song. Tidak jarang mereka melakukan pergerakan intim seperti bergandengan tangan dan berpelukan. Tentunya, hal itu dilakukan lebih dulu oleh Dokter Jin. Sementara Gu Wei tidak menerima maupun menolak, membiarkan pihak lain bertindak sepuasnya asal tidak berlebihan.

Ketika memasuki ruangan Dokter Jin, Chen Yu disambut oleh tatapan datar dan dingin mematikan, seakan-akan peperangan akan terjadi jika saja Gu Wei tidak ada di antara mereka. Hal itu terus berlanjut hingga saat ini mereka telah duduk di kursi masing-masing.

Dokter Jin mendekat ke arah mereka. Gu Wei telah bersiap jika dia akan mendapatkan pelukan dari sang teman seperti biasanya. Namun, siapa sangka dia justru merasakan kecupan hangat yang menyentuh puncak kepala. Dia terkesiap sekaligus merasa takut ketika aura bahaya pada sosok yang duduk di sampingnya semakin melekat kuat. Perlahan tetapi pasti, Gu Wei membawa pandangan ke arah samping dan segera menemukan ekspresi buruk rupa di wajah Chen Yu. Dia berdiri seketika, takut jika sewaktu-waktu akan mati di tangan lelaki tampan itu.

Kembali memfokuskan diri kepada Dokter Jin, Gu Wei menopang tubuh lemasnya dengan menggenggam kuat lengan temannya itu. Mendekatkan diri untuk berbisik mengenai alasan kedatangan mereka. Dalam pandangan Chen Yu, mereka tampak seperti sedang berciuman. Dia tidak sanggup menahan api kemarahan yang semakin berkobar. Begitu besar keinginan untuk membanting meja menguasai hati, tetapi dia berusaha keras menahan keinginan tersebut agar tidak menakut-nakuti Gu Wei.

Tidak lama kemudian, Dokter Jin tertawa kencang. Suara tawa begitu renyah dan berisik, sangat tidak cocok dengan tampilan fisiknya. "Sial, sial, sial … ini terlalu lucu!" seru Dokter Jin.

Dia tertawa dalam waktu yang cukup lama, seakan-akan jika tawanya berhenti, napasnya juga ikut berhenti. Kekesalan pada diri Chen Yu semakin menyebar luas. Dia baru saja akan melangkah pergi sebab tidak sanggup melihat adegan terlalu intim dari kedua lelaki itu ketika sebuah suara dingin menginterupsi.

"Ikut aku." Itu adalah suara Dokter Jin yang sangat dingin dan tegas, tampak seperti siluman bunglon yang dapat mengubah diri dengan mudah.

Gu Wei segera beralih ke arah Chen Yu, menuntun lelaki tampan itu dan mendudukkan di ranjang yang ada di dalam ruangan tersebut. Sementara Dokter Jin dengan cepat mensejajarkan wajahnya dengan adik kecil Chen Yu yang sudah bertranformasi menjadi makhluk ajaib yang panjang, besar, dan keras. Dia menyipitkan mata, jari jemari mengusap dagu sembari berpikir keras.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora